"Oh, jadi si Bob anak dari seberang ya?" lirih Grace merasa bersalah.
"Iya, Ge. Makanya kalau dapat anak seperti itu, jangan langsung dihakimi ya, mungkin di balik kenakalan mereka ada alasan yang memang tidak bisa mereka katakan.
Grace mengangguk sambil meneteskan air mata. Walau ucapannya kadang kasar, Grace adalah pribadi yang mudah iba.
Syauqi yang baru saja muncul membawa beberapa obat untuk Nura ikut terkejut.
"Grace kenapa?" tanya Syauqi heran.
"Lagi kesambet malaikat, Qi."
Keduanya tertawa setelah sebuah bantal mendarat ke kepala Syauqi.
"Oh, iya lusa kalian ikut ke Pos Kesehatan Silawaan yah, kita akan mengadakan pengobatan gratis. Kalian bisa jadi asisten dokter."
Keduanya mengangguk sempurna. Kali ini kesempatan jalan-jalan tersembunyi ada di benak keduanya.
***
Nura kini memasuki kelas lima dengan kapur warna-warni di tangannya. Di ikuti Letnan Arma yang juga ingin mengumumkan libur natal dan akhir tahun bagi para siswa.
"Mama Guru, Bapak Tentara, itu kapur mau buat apa?" tanya para siswa keheranan.
Letnan Arma hanya berjalan lurus ke belakang sambil menggeser beberapa meja.
"Coba masing-masing bergabung dan membentuk tujuh kelompok!"
Letnan Arma sudah menggambar tujuh busur yang bersusun kebawah.
"Warnai busurnya dengan gambar pelangi." Dengan antusias semua anak kini ikut mewarnai dinding.
Letnan Arma kini mengangguk puas dengan warnanya dan menganggar sebuah sungai di tengah-tengah pelangi.
Bob dengan binar mata berkaca-kaca seolah merasa haru melihat gambar itu.
"Sekolah akan libur selama tiga minggu. Pelangi pertama di Belu akan muncul di antara waktu itu, jadi PR kalian adalah mencari tahu apa yang ada di ujung pelangi," ucap Letnan Arma dengan serius sambil menatap ke arah Nura.
"Oke sampai ketemu tahun depan ya semua."
Semua bertepuk tangan sambil melemparkan tas. Hanya dengan libur kecil, anak-anak akan mendapatkan kebahagiaannya.
***
Kini, truk militer kembali membawa rombongan Nura menuju desa seberang. Cuaca pagi yang segar membuat Grace dan Nura ikut melebarkan pupil menikmati perjalanan panjang.
Berbagai peralatan dan perlengkapan kini diturunkan satu bersatu di sebuah tanah lapang. Ramai masyarakat bahkan ikut membantu para TNI dengan antusias.
Bahkan para masyarakat dari jauh ikut berdatangan baik dengan berjalan kaki atau memakain angkutan umum. Suasana pos kesehatan bulanan itu sangat ramai. Para tentara ikut menjadi petugas kesehatan dan membantu para dokter.
Grace dan Nura kini bertugas mendampingi Dokter Syauqi dan Stefan di bagian penyakit dalam. Sementara di samping mereka, terdapat beberapa dokter muda untuk anak-anak.
Beberapa orang tua dan anak-anak yang hadir kebanyakan keluhannya adalah sakit perut dan diare. Hal yang lumrah terjadi di musim hujan.
"Bapak jangan lupa cuci tangan sebelum makan e." Syauqi tersenyum setelah memeriksa pasien dan Nura ikut memberikan beberapa jenis obat.
"Dok lihat de, itu kan Kapten Arma dari Pos Dafala," ucap salah seorang perawat di samping Nura.
"Emang bener ya, dia paling tampan dari semua tentara perbatasan, lihat tuh ototnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ujung Pelangi Atambua
RomanceKatanya, semua yang ada di bumi ini punya kilas balik masa lalu yang menyertai kehadirannya. Katanya lagi, semua yang terjadi itu punya alasannya masing-masing. Lantas, apa benar, baik mencintai atau membenci juga harus beralasan? Sama halnya dengan...