000

715 33 3
                                    

Hay selamat datang dan selamat menyelami kisah yang mungkin perlu berenang lebih dalam untuk memahaminya.
______________________________________

Suasana menyenangkan terasa memeluk beberapa orang yang sudah berlalu lalang di sebuah kapal pesiar yang besarnya hampir seperempat lautan bila dilihat dari kajauhan. Mereka berdiri dengan gelas berisi cairan berwarna di tangan.

Terlihat beberapa yang saling melempar pandang dan menyapa penuh kehangatan. Semua tampak rapi dalam balutan busana formal beragam model dan warna. Para petinggi yang menghadiri acara tersebut terlihat sangat berwibawa pada malam itu.

Dari dalam ruangan terdengar suara sedikit gaduh karena ulah beberapa pelayan yang sepertinya sudah kehabisan tenaga. Bayangkan saja, sudah seharian mereka menyiapkan kapal sebesar itu. Mulai dari menata ruang dan menyiapkan beberapa makanan dan minuman.

Dr. Amov Arizona sedang memantaskan diri di cermin mewah berukuran sepadan dengan tinggi badannya yang ideal. Dia yang memiliki acara itu dan dia pula alasan hadirnya berbagai petinggi kota Staiq di kapal pesiar yang disewa dua puluh empat jam olehnya.

Sudah sekitar satu jam lamanya, tetapi acara yang diadakan sebagai bentuk rasa syukur atas disematkannya gelar Dr. di depan nama Amov Arizona itu belum juga dimulai.

"Lihat! Airnya begitu tenang. Athes malam ini bersahabat dengan kita." Ucapan pria berkumis itu memecah suasana hening dan diiringi tawa menggema darinya.

Pria lain menyahut, "Athes memang selalu bersahabat dengan manusia. Ikan-ikan yang berasal dari Athes juga sangat segar."

Tiba-tiba suara lonceng berbunyi berulang kali, disusul dengan langkah mantap seorang pria berjas putih dengan dasi kupu-kupu hitam polkadot di lehernya. Ia menyeringai bangga menatap para tamunya dari atas tangga besar yang kokoh.

Setelah langkahnya menyentuh bagian paling bawah dari anak tangga, semua mata tertuju padanya. Dan jangan lupakan dua pemuda tampan dengan alis tebal di sisi kanan dan kirinya.

"Selamat malam semuanya. Terima kasih kehadiran kalian membuatku merasa sangat dihargai."

Suara tepuk tangan memenuhi ruangan. Dari jendela sebelah kiri terlihat air laut Athes yang sepertinya ikut larut dalam sakralnya suasana. Sementara di sisi kanan kapal, tampak sebuah dermaga yang di bawahnya terdapat air laut berwarna abu dan itu adalah laut Auriga yang terkenal dengan sebutan laut keruh karena memang airnya yang selalu abu-abu tak pernah sedikit pun menampakkan kejernihan.

Berbeda dengan laut Athes yang memiliki warna air kebiruan dan akan berubah menjadi tosca di sore hingga malam hari. Ya, kapal pesiar itu sedang berdiam di perbatasan laut Athes dan Auriga.

Dua pemuda yang mendampingi Amov menampakkan ekspresi yang berbeda. Satu pemuda yang alis kirinya ditindik terlihat sangat bosan. Sepertinya dia terpaksa menghadiri acara itu.

"Gelagatmu memang selalu menyebalkan. Tapi, jangan tampakkan itu untuk malam ini saja, Arnav!" bisik pemuda bernama Arnest.

Mendengar itu Arnav membuang muka dan memilih menatap objek lain yang berada di sana. Ia sangat kesal pada Arnest yang merupakan saudara kembarnya itu.

Saat acara berlangsung, Arnav mencuri waktu dan memilih menjauh dari kerumunan yang ia anggap tidak penting. Dengan jengah, pemuda bertindik itu melepas paksa dasi kupu-kupu yang semula menempel rapi di lehernya.

Dengan geraman tertahan, ia meremas dasi kecil tak berdosa itu lalu melemparnya sembarang. Sekarang dia berdiri di dek kapal. Matanya menatap jelas pertemuan dua air laut yang berbeda warna di hadapannya.

Sebuah batang rokok berwarna putih dengan ujung menyala ia selipkan di sela bibirnya. Arnav sangat bosan. Jika bukan permintaan Amov yang memaksa, mungkin saja kini dirinya sudah bersenang-senang dengan wanita semalam di sebuah bar yang rutin dikunjunginya setiap malam.

"Kalau saja si bodoh itu tidak memaksaku. Aku tidak akan berakhir di tempat menyedihkan ini. Cih!" Arnav membuang ludah ke sisi kirinya.

Tiba-tiba alis kirinya terangkat. "Well, bagaimana jika aku buat tempat ini benar-benar menyedihkan."

Senyuman liciknya mulai tampak. Pemuda dua puluh satu tahun itu berjalan menuju ruang kemudi kapal. Tidak ada satu orang pun yang ia temui di sana. Hanya sebuah mesin raksasa yang mematung tanpa suara.

Mata tajamnya mulai meneliti barisan mesin. Tanpa paham kegunaannya, Arnav menekan salah satu tombol berbentuk oval berwarna hitam. Benar saja, tiba-tiba suara gaduh memenuhi dan menusuk gendang telinga pemuda itu.

Saat tangannya ingin kembali bermain dengan tombol-tombol lain, matanya menangkap deretan cairan warna-warni yang tersusun rapi di meja samping. Sesegera mungkin Arnav berlari ke sana dan menuang paksa beberapa cairan itu.

Tubuhnya melesat keluar dari ruang kemudi dengan membawa beberapa sisa cairan yang masih berada di dalam botol berbentuk corong. Masih tak ia sadari jika kapal besar itu sedikit demi sedikit mulai meninggalkan daratan karena ulahnya sendiri yang menekan tombol on dan membuat mesin menyala.

Tanpa berpikir panjang, Arnav membuang cairan yang ia bawa tadi. Cairan berwarna hijau tua itu kini terjun bebas menuju laut.

Bum!

Ledakan besar mengejutkan ikan-ikan kecil yang sedang melintas. Ya, hanya makhluk bawah laut yang merasakan ledakan itu. Ledakan yang berasal dari cairan hijau tua yang Arnav buang.

Gemercik ombak di atas terdengar ke telinga makhluk yang memiliki ekor hitam di dasar laut. Matanya yang juga hitam membuat makhluk di sekitar sana menjauh karena auranya yang sangat menakutkan.

Ia terbangun dari tidurnya dan melihat ke atas. "Apa itu?" batinnya.

Lantas setelahnya ia menjauh dari dasar laut dan agak sedikit naik untuk melihat keadaan di daratan. Makhluk itu kini menghentikan gerakannya karena terdengar ledakan lebih besar dari yang pertama ia dengar.

Kapal pesiar kokoh itu mulai hancur berkeping-keping. Rupanya cairan yang Arnav tumpahkan tadi adalah cairan kimia yang menimbulkan efek ledakan besar jika digoyangkan sedikit saja.

Makhluk bawah air itu menampakkan diri di permukaan laut. Ia menyaksikan sebagian kapal itu hancur. Teriakan histeris manusia membuat makhluk itu takut dan mulai menyelam kembali ke dasar laut.

______________________________________


The Blue ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang