004

238 18 0
                                    

Amov baru saja mendapat kunjungan dari saudagar besar di kota Staiq. Kecelakaan yang menimpa pria itu sempat menggemparkan seisi kota bahkan sampai terdengar ke kota tetangga lainnya. Banyak para petinggi negara yang prihatin mendengar berita tidak menyenangkan itu.

Akhir-akhir ini, mansion besar milik Amov selalu didatangi oleh rekan-rekannya untuk berbelasungkawa. Jika Arnav dan Arnest selamat dari kecelakaan besar itu, berbeda dengan pamannya. Amov mengalami luka serius hampir di seluruh kakinya. Sehingga pria yang semula gagah itu kini harus terbaring lemah di tempat tidur.

Kesehariannya dibantu seorang maid karena kakinya sedang dalam proses pemulihan. Ia meminta maid pribadinya-Grace untuk membawa ia ke balkon yang terletak tepat di samping kamar. Hanya perlu menggeser pintu kaca besar di sana untuk sampai di balkon tersebut. Kini Amov duduk di kursi roda dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah gedung bagian barat mansion yang atapnya terdapat sebuah kubah berlapis emas.

Lalu tatapan matanya turun ke bawah, jalanan paving yang tadinya kosong itu kini dilewati sebuah mobil hitam polos yang melaju pelan, tampaknya mobil itu baru saja kembali dari perjalanan. Kemudian sebuah sepatu hitam keluar disusul oleh raga tegak yang memakai celana jeans biru dan jaket kulit berwarna cokelat.

Pria itu adalah Arnest yang baru saja pulang. Ia berjalan masuk, dan sepertinya ia tidak tahu jika Amov sedang memerhatikan dirinya.

🧜‍♀️🧜‍♀️🧜‍♀️

Caroline terburu-buru karena takut jika sesuatu yang akan ia beli hari ini habis. Begitu sampai di sebuah pasar yang khusus menjual hasil tangkapan laut segar, ia bernapas lega karena tentakel cumi-cumi yang dipesan Arnest masih tersedia sangat banyak. Tak tanggung-tanggung ia pun membeli tentakel itu semuanya.

Begitu dapat, ia kembali. Wanita itu rasa tak perlu lagi membeli yang lain karena persediaan dapur sudah lengkap. Tiba-tiba jalannya terhalang oleh kerumunan orang. Ia menyela agar orang-orang itu memberinya jalan. Namun, hasilnya nihil mereka tidak mau pergi hingga akhirnya timbul rasa penasaran dalam diri Caroline.

Caroline pun berjalan agak ke tengah dan di sana ia menemukan seorang wanita yang sedang mendapat perlakuan tidak baik. Wanita itu tak mengenakan busana, herannya orang setempat justru mengarahkan ponselnya ke wanita itu. Caroline geram lalu berinisiatif mengusir kerumunan tersebut.

"Apa yang kalian lakukan? Kasihan dia. Sudah sana pergi!" Aksi Caroline mendapat gelakan tawa dari semua orang yang ada di sana. Namun, akhirnya satu per satu dari mereka pergi.

"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya Caroline prihatin.

Wanita itu melihat Caroline mulai dari atas hingga bawah. Saat melihat alas kaki yang dipakai Caroline, wanita itu menjerit, "Akhhh! Apa ini yang dipakai manusia? Bagaimana cara memakainya? Bisakah kau memberikan ini padaku? Aku akan bahagia sekali."

Wanita itu mengelus sepatu milik Caroline. "Aku sangat menginginkannya."

Caroline tersenyum. "Dari mana asalmu?"

"Laut," tutur wanita tadi.

Caroline semakin bingung. "Oh, kau tinggal di pesisir? Di mana keluargamu? Biar kuantar kau ke sana. Pasti kau lupa jalan pulang, bukan?"

Wanita itu justru menggeleng. "Kau tidak bisa ke tempat tinggalku. Kau manusia. Oh, ya, apa kau memiliki kekuatan?"

Kini Caroline yang menggeleng.

The Blue ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang