006

175 13 0
                                    

Universitas Grand Staiq atau dikenal khalayak umum dengan sebutan UGRAS merupakan universitas ternama di kota Staiq. Universitas tersebut juga menjadi tempat kuliah dua tuan muda Arizona yakni Arnav Darka Arizona dan Arnest Zigra Arizona. Meski mereka terlahir satu waktu ke dunia, namun bidang ahli mereka berbeda. Arnest yang sangat mencintai dunia perenangan menjadikan dirinya atlet muda dan bahkan tak jarang selalu mendapat medali kemenangan di setiap perlombaan yang diikutinya.

Arnav yang notabennya adik dari Arnest itu memiliki kelebihan dalam dunia lukis. Tetapi, karena Arnav sangat malas ia tidak menekuni keahliannya tersebut. Baginya, hidup tak perlu dibuat sulit selagi ada orang lain yang mengerjakan maka ia tak lagi memiliki kewajiban akan itu. Itulah prinsip bodoh yang dipegang teguh oleh seorang Arnav.

Pagi itu sepasang sepatu hitam yang ujungnya licin tampak melangkah di sebuah rumput hijau. Sebuah earphone yang terkalung di lehernya menambah pesona pria bertindik itu. Ia melangkah pelan namun tujuannya pasti, pria itu fokus pada jalannya saja dan tak menghiraukan apa pun yang tidak menjadi urusannya.

"Arnav!" Tiba-tiba sebuah seruan dari seseorang mengejutkan ia. Arnav jelas sangat mendengar seruan itu. Bagi makhluk sosial pada umumnya, refleks mereka akan menjawab jika namanya terpanggil. Tetapi, untuk Arnav jangankan menjawab, sekedar menoleh saja tidak. Ah, itu sangat tidak penting baginya.

Dengan tergesa seorang wanita berambut sebahu datang menghampirinya. Wanita itu kira Arnav akan menghentikan langkah untuk menunggunya. Namun, dugaannya salah Arnav justru terus berjalan tanpa rasa peduli.

Sebuah ruangan yang kehigienisannya tak perlu diragukan lagi, menyambut beberapa mahasiswa yang memiliki jadwal kelas pagi ini. Tak terkecuali tuan muda Arnav yang dengan rupawannya duduk di kursi paling belakang agar memudahkan dirinya untuk memejamkan mata jika rasa kantuk menyerang saat materi dimulai nanti.

 Tak terkecuali tuan muda Arnav yang dengan rupawannya duduk di kursi paling belakang agar memudahkan dirinya untuk memejamkan mata jika rasa kantuk menyerang saat materi dimulai nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alluna Deris Nasution-seorang wanita yang tadi mengejar Arnav kini sudah tiba di ruang kelas yang sama. "Aku tahu kau mendengar panggilanku. Harusnya kau berhenti dan menungguku." Kekesalan Alluna memuncak kala mendapat tanggapan sebatas lirikan dari lawan bicaranya.

Beberapa detik berlalu hanya kekosongan yang ada di tengah-tengah meraka. Alluna pun merogoh tasnya dan mengeluarkan secarik kertas bersifat penting. "Tara! Lihatlah! Kau juga dapat, kan? Ini undangan pesta ulang tahun Yohanna. Ayah kami rekan bisnis jadi keluargaku juga diundang. Tapi, aku mau datang denganmu saja."

Arnav masih tetap tidak menanggapi wanita berisik itu. "Arnav! Ayolah. Kita sudah lama tidak bersenang-senang. Sejak kau kecelakaan terhitung sudah sebulan kita tidak pergi bersama."

"Oh, ya? Sudah lama, ya? Jadi kau tahu aku kecelakaan?" Tiba-tiba Arnav berbicara.

"Iya, aku tahu. Berita itu sangat menggemparkan. Di ponsel, di siaran televisi, surat kabar, bahkan beritanya sampai saat ini masih saja kudengar. Aku sampai jenuh melihatnya." Alluna memegang dua pelipisnya.

The Blue ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang