Selamat membaca⬇️⬇️⬇️
Hembusan angin malam menerbangkan rambut panjang Thalassa. Wanita itu berdiri dengan Thomas di sebuah gazebo dekat laut. Netra hitam pekat milik Thalassa menatap lekat pada laut lepas di depannya. Ombak besar berdatangan menambah gemuruh dan dinginnya malam.
Thalassa sangat rindu kehidupannya di bawah laut. Rindu bermain dengan ikan-ikan kecil di terumbu karang, rindu berenang bebas tanpa tujuan. Wanita itu kini hanya bisa mengembuskan napas tanpa bisa bercerita pada siapa pun tentang rasa rindu mendalamnya.
"Kau harus terbiasa dengan keadaan seperti ini," ucap Thomas pada Thalassa.
"Maksudmu?"
"Semenjak kejadian itu, Tuan Arnav sering menyendiri di dekat laut. Tentunya sebagai penduduk kota Staiq pastinya kau tahu tentang kecelakaan kapal beberapa bulan yang lalu. Dan Tuan Arnav adalah salah satu korban selamat dari kecelakaan itu."
Thalassa dan Thomas masih menunggu Arnav yang sejak tadi sore duduk menyendiri di tepi laut. Dan itu bukan pertama kalinya bagi Thomas. Tuannya sering memintanya agar diantar ke laut entah itu pada malam hari atau pun siang hari.
Seketika kejadian pada waktu itu, saat Thalassa menemukan Arnav tenggelam berputar di pikiran Thalassa. "Astaga."
"Kau kenapa?" tanya Thomas cemas karena tiba-tiba Thalassa berekspresi seperti orang yang terkejut.
"Ti ... tidak, Thomas. Hanya saja aku menyesalkan mengapa Tuan Arnav bertingkah demikian."
"Itulah. Sudah berulang kali aku memberitahunya untuk tidak melakukan hal itu."
"Kau tahu alasan mengapa Tuan Arnav sering menyendiri di laut?" tanya Thalassa penasaran.
"Sayangnya tidak."
Thalassa menatap punggung Arnav. Kemeja putih yang dikenakannya sedikit kotor akibat pasir yang mengenainya.
"Thomas, bolehkah aku ke sana?" Thalassa menunjuk ke arah Arnav.
"Silahkan." Thomas mengangkat tangannya mempersilahkan Thalassa untuk menghampiri Arnav.
Sedikit ragu Thalassa yang kini berprofesi sebagai maid pribadi Arnav itu mendekat. Ia ikut duduk bergabung bersama tuannya di hamparan pasir basah. Hal pertama yang Thalassa lihat adalah tatapan kosong yang dipersembahkan sang tuan.
"Siapa yang mengizinkanmu berada di dekatku?"
"Maaf, Tuan. Aku rasa Anda membutuhkan teman bicara. Bukankah seperti itu?" Mungkin Thalassa lancang berbicara seperti itu. Tapi, wanita itu adalah tipe yang sangat tidak tega melihat orang lain bersedih.
"Jangan merasa seolah kau tahu tentangku." Arnav tak mengalihkan pandangannya dari bentangan laut di depannya.
"Tuan, mungkin di mata tuan aku hanyalah maid pribadimu yang bertugas menuruti semua perintah dan menyiapkan segala kebutuhan Tuan. Tetapi, jika Tuan membutuhkan teman bercerita, aku bersedia."
Arnav berdecak. Ia pikir segala kalimat yang dilontarkan Thalassa adalah bualan belaka. Selama ini Arnav tak pernah memiliki seseorang yang dekat dengannya atau bisa dikatakan semacam sahabat, teman atau apa pun itu.
"Mengapa?" Thalassa memiringkan kepalanya melihat ekspresi Arnav yang terlihat seperti meremehkan.
"Bulllshit! Aku tak butuh semua itu. Apa yang kau katakan tadi? Teman?" Arnav tertawa tak suka.
"Itu artinya bisa dikatakan Anda tak memiliki seorang teman?" tebak Thalassa.
Arnav bergeming tanpa suara. Tak berminat menjawab pertanyaan tidak penting maidnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Shine
Fantastik(Fantasy-Romance 🔞) Laut Athes dan laut Auriga adalah dua laut yang memiliki warna berbeda namun berdekatan. Pada suatu malam kecelakaan kapal besar terjadi dan membuat dua laut itu dipenuhi kepingan bangkai kapal dan beberapa korban tak selamat. ...