007

163 11 0
                                    

Laut dalam begitu sunyi tampak seperti tak ada kehidupan. Bahkan ikan-ikan yang hidup di sana  tak terlihat satu pun. Pemilik netra hitam itu terus memfokuskan pandangannya. Tak peduli banyaknya air laut yang mungkin saja menjadi penghalang. Ia justru terus berenang menuju dasar laut. Kegiatan ini tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa karena hanya makhluk laut yang bisa menyelam ke tempat yang Thalassa tinggali.

Ya, di sinilah Thalassa sekarang, di dasar laut paling dalam. Tempat gelap itu tidak berpengaruh baginya karena bangsa mermaid bisa melihat dalam kegelapan yang paling gelap sekali pun. Bangkai kapal yang mungkin tenggelam ratusan tahun lalu menjadi tempat persembunyian Thalassa. Ia tinggal di sana seorang diri jika ia lapar ia akan sedikit naik ke permukaan guna menyantap ikan-ikan kecil dan sejenis plankton.

Thalassa akan menyadari malam tiba dari suhu air laut. Saat malam air laut akan terasa sangat dingin. Mermaid itu tidak menyadari jika ia terlelap hampir satu hari penuh. Ia belum memasukkan makanan apa pun pada perutnya. “Aku hampir lupa makan, hihi,” monolognya sendirian seraya mengusap perut rampingnya. Ia pun segera berenang menuju permukaan. Namun, tak satu pun ia menemukan ikan-ikan kecil yang biasa menjadi santapannya.

“Aneh sekali. Ke mana semua ikan-ikan?” Ia rasa ia sudah berenang sangat jauh. Samar-samar dari dalam air dia sudah melihat bulan. “Hampir ke permukaan, tetapi tak satu pun ikan kutemukan. Padahal aku lapar sekali.”

🧜🧜🧜

Kecepatan mobil yang dikendarai Arnav melaju kencang seakan membelah dua jalanan pada malam itu. Sepulang dari pesta ulang tahun Yohanna, rupanya pemuda itu tidak langsung menuju mansionnya melainkan menuju laut. Decitan nyaring yang berasal dari roda mobil yang bergesekan dengan jalan pun terdengar saat ia sampai di tempat tujuannya.

Jika biasanya ia ditemani oleh Thomas-supir pribadinya, kini berbeda halnya ia justru sendirian. Ia langsung turun dan berjalan pelan menuju laut yang menampakkan pemandangan dengan ombak kecil yang tenang. Arnav tak menghentikan langkah, ia justru berjalan hingga air laut menutupi dadanya.

Entah apa yang ada di pikirannya, ia pun menjatuhkan diri hingga air laut memakan habis seluruh raganya. Jika kalian pikir kegiatan yang Arnav lakukan adalah bunuh diri, kalian salah besar. Ia masih ingin hidup, tetapi rasa penasarannya menutupi seluruh akal sehatnya.

Ia mencobanya sekali lagi ia ingin tenggelam untuk kedua kalinya. Akan ia pastikan jika wanita yang menolongnya sebulan lalu itu benar-benar ada dan bukan hanya khayalan semata.

Arnav sudah tidak bisa menahan napasnya lagi. Sehingga beberapa butiran buih pun mulai keluar dari mulutnya. Kamera yang ia gantung di lehernya pun terlepas. Matanya membelalak dengan tangan yang mulai tak berdaya itu mencoba meraih kameranya. Namun, kamera yang ia gunakan untuk merekam seluruh kejadian itu mengapung bebas entah ke mana.

🧜🧜🧜

Thalassa mulai putus asa hampir dua jam dia mencari ikan, tetapi tetap tak ia temukan. Ia berniat kembali ke dasar laut, namun sebuah benda tak sengaja mengapung tepat di depan matanya. “Benda apa ini?” Tanpa berpikir panjang Thalassa pun mengambilnya.

“Ini pasti berasal dari daratan. Dasar manusia bisanya hanya mengotori laut.” Thalassa geram dan berniat mencari siapakah dalang yang membuang sampah itu ke laut.

Mermaid itu berenang menuju daratan. Namun, di perjalanan ia dikejutkan oleh tubuh manusia yang tak sadarkan diri. Thalassa pun segera menghampiri pria itu. Setelah menariknya menuju daratan, Thalassa pun tersadar pria itu adalah pria yang ditolongnya sebulan yang lalu.

“Kau lagi? Apakah tenggelam adalah kesukaanmu?”

Thalassa menepikan Arnav ke pasir. Jika sebulan lalu saat kecelakaan kapal Arnav langsung tersadar, tetapi kali ini tidak, ia justru tetap tak sadarkan diri. “Kau bodoh sekali. Tenggelam di tempat yang tak banyak orang. Siapa yang akan menolongmu jika begini?” Thalassa memarahi Arnav dalam ketidaksadarannya.

The Blue ShineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang