Di balik kemegahan gedung kantor yang menjulang, ada satu sosok yang berdiri di puncak kesuksesannya, Zean Alvaro. Namanya dikenal sebagai CEO muda yang berprestasi, pemimpin yang disegani, dan figur yang dihormati. Di usia tiga puluh tahun, ia sudah mencapai lebih dari yang pernah ia impikan, membuat namanya tercatat dalam deretan pengusaha muda paling berpengaruh. Hidupnya penuh dengan jadwal rapat, tanggung jawab besar, dan kesibukan yang tak pernah henti. Namun, di balik gemerlap kesuksesan, ada satu hal yang selalu diingatkan keluarganya. Gracio, ayahnya dan Shani, ibunya tak pernah berhenti mengingatkan Zean akan satu pertanyaan yang selalu mengusik "Kapan kamu akan menikah?" Setiap kali Zean pulang ke rumah, pertanyaan yang sama terus diulang, apalagi oleh Christy, adik perempuannya yang tak henti-hentinya menggoda dan menyinggung soal jodoh. "Kapan aku punya kakak ipar?" candanya, setiap kali mereka bertemu. Meski sudah terbiasa dengan tekanan ini, jauh di dalam hatinya, Zean tahu bahwa pertanyaan ini lebih dari sekadar keinginan keluarganya untuk melihatnya menikah. Mereka ingin dia menemukan kebahagiaan yang selama ini ia abaikan dalam kesibukannya mengejar mimpi. Sampai akhirnya, di suatu pertemuan yang tak pernah ia duga, Zean bertemu dengan seorang mahasiswi bernama Adel. Meskipun pertemuan itu singkat, ada sesuatu dalam diri Adel yang membuat Zean merasa tergugah. Mungkin, setelah semua waktu yang ia habiskan untuk mengejar kesuksesan, inilah saatnya untuk mempertimbangkan apa arti kebahagiaan sebenarnya bagi dirinya