Quora, sebuah aplikasi tanya jawab yang mempertemukan seorang Anandya Winter dan Karina Asmaraloka. Kedua sosok asing yang bertemu dengan membawa lukanya masing-masing. Dan dengan berbagai permainan takdir, keduanya dipertemukan di bawah langit kota...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
/Faiman•Indo/ ; dalam Bahasa Papua memiliki arti SEMANGAT
Selamat pagi, Kak Karina. Dan selamat hari minggu😊 Besok saya tes tengah semester, doain saya biar dapet nilai yang bagus biar gak dimarahin Bunda sama Mas Hyunjae lagi:)
Selamat beraktifitas, angel😊
Memasukkan ponsel kedalam saku celananya, Winter; si gadis kaku yang hari ini tersenyum cerah itu berjalan riang menuju pelataran rumahnya. Memperhatikan berbagai tanaman hias milik Taeyeon yang tampak menyegarkan mata karena di rawat dengan baik.
Senyum Winter sedikit pudar saat mendengar suara decitan pagar dari arah depan. Memperlihatkan seorang pemuda yang tengah menuntun sebuah motor matic dengan perlahan, terlihat seperti seorang pencuri.
"Bomin!"
Yang di panggil langsung terperanjat, bahkan pemuda bermata minimalis itu hampir saja mengumpat kasar. Namun umpatannya hanya berhenti di ujung lidah tatkala menyadari jika yang memanggil namanya yaitu tetangga sekaligus teman sekolahnya; Winter. Dengan wajah yang masih terlihat kesal, Bomin menaruh jari telunjuknya di atas bibir. Menyuruh Winter agar tidak berisik, hal itu membuat gadis berkaus oblong oversize mengernyit heran.
"Mau kemana?" Tanya Winter setelah sahabatnya itu berhasil menutup kembali pagar rumahnya. Bomin menatap Winter dengan senyum tipis, menyadari jika gadis itu sekarang tampak jauh berbeda dengan sosoknya di masa lalu. Winter yang kaku, cuek, dan menyebalkan; sekarang sudah tidak ada. Hanya ada Winter si gadis manis yang polos dan lugu.
"Mau ke minimarket buat beli pewangi pakaian. Kebiasaan si Mamah nyuruhnya pagi-pagi begini. Mau ikut?" Bomin menaikkan satu alisnya kearah Winter, berharap jika gadis mungil di depannya mau menemaninya berbelanja. "Gak deh, males."
Rasanya Bomin ingin sekali menarik kembali kata-kata pujian yang tadi ia sebutkan untuk Winter. Ternyata gadis itu tetap saja dengan sosoknya yang dulu, pemalas.
"Temenin aku lah, Win. Ntar tak beliin piscok satu box." Ujar Bomin dengan seringaian licik, sangat tau kelemahan Winter. Terbukti dengan gadis mungil yang tengah berpikir keras. "Oke, deal!"
-
"Emang harus ya, beli pewangi pakaiannya yang merknya Downy?" Winter bertanya kearah Bomin yang tengah memilah-milah pewangi pakaian yang berjejer rapi dalam satu rak. Pemuda itu menatap Winter sekilas, "Mamahku 'kan pecinta Downy, Win. Kayak baru kenal aja, sih...."
"Iya juga, Tante Irene emang konsisten banget make Downy dari dulu."
Bomin hanya mengangguk mengiyakan perkataan sahabatnya, dirinya masih fokus pada urusannya sendiri. Sampai tidak menyadari jika Winter malah meninggalkannya kearah rak-rak makanan ringan.