KRS 20💕

30 6 3
                                    

Happy reading

*****

"Van, bisa ngobrol sebentar?" ucapan itu seketika membuat suasana yang tadinya ramai dengan candaan tiba-tiba hening, menatap ke arah sumber suara, melihat seorang perempuan berdiri disana.

Devan menatap Renata sebentar lalu beralih kearah teman-temannya, mereka menggerakan bahu seolah-olah tak tau apa yang harus mereka katakan membuat Devan bingung, ia tak mungkin berbicara dengan Renata takut-takut nanti jika Melody melihatnya, ingin mengusir Renata namun ia merasa tak enak hati.

Menghela nafas untuk memutuskan sesuatu "Gue pergi dulu" ucapnya kepada teman-temannya, lalu menarik tangan Renata. Membuat tatapan heran dari semua temannya termasuk Ibnu, ia tau kebimbangan apa yang saat ini temannya rasakan.

"Mau ngomong apa?" ucap Devan saat sudah sampai di taman belakang sekolah.

Renata menatap Devan tepat di manik mata lelaki itu "Kamu jauhin aku?"

Sudah Devan duga, Renata pasti menyadari sikapnya yang akhir-akhir ini berubah terhadapnya, ia tak membalas pesan dari perempuan itu, atau mengiyakan ajakannya untuk keluar bersama, Devan tak ingin membuat Melody kian ragu terhadapnya.

"Gue ga bisa terlalu deket sama lo" Renata menatap Devan terkejut, bukan, bukan karna lelaki itu mengucapkan ingin memberikan jarak diantara mereka, melainkan kosakata yang Devan ubah secara tiba-tiba.

"G-gue?" ulang Renata menyakinkan.

"Kenapa?"

Ucapan Devan membuat Renata sedikit kecewa terhadapnya "Kenapa jauhin aku?"

"Gue ga bisa deketin lo, saat ada seseorang yang bener-bener bisa ngerubah dunia gue, jadi gue mohon mulai detik ini, jauhin gue, Ren" ucap Devan langsung kepada inti pembicaraannya, ia tak ingin berlama-lama dengan Renata.

"T-tapi, kenapa? Kita bisa kan temenan?"

"Jauhin gue!"

"Melody?" ucapan Renata menghadirkan tatapan tak suka dari Devan, meskipun memang benar ini semua demi Melody "Gara-gara dia kamu jauhin aku?"

Devan diam, membuat Renata tak suka menatap ke arahnya "Aku yang lebih dulu kenal kamu, Van, jadi dia ga berhak atur hidup kamu!"

"Lo yang lebih ga berhak atur hidup gue!" sarkas Devan.

"Van...."

"Kalo gada hal penting yang mau lo omongin gue pergi, dan ya, jangan terlalu berharap buat deket sama gue!" setelah mengucapkan kata itu, Devan beranjak lalu pergi, meninggalkan Renata dengan amarah yang memuncak.

"Melody, lo benalu dalam hubungan gue sama Devan, liat hadiah apa yang akan gue kasih buat lo!" Senyum miring tercipta di bibir gadis itu, menyusun rencana dalam otaknya untuk melakukan hal picik untuk merebut miliknya kembali.

***********

"Apasih yang lo suka dari cewek kampung kaya dia? Apa yang lo harepin dari dia? Jelas jauh lebih cantik gue dari pada dia, TAPI KENAPA LO LEBIH PILIH DIA DARI PADA GUE SIALAN!" Renata Berada di dalam kamarnya. Ia tak bisa menahan amarahnya saat Tadi siang Devan lebih memilih perempuan lain dari pada dirinya.

"APA LO GA BISA LIAT GUE SEKALI LAGI? APA LO GA LIAT GIMANA CARA GUE BUAT LO BALIK SAMA GUE" dadanya naik turun, menandakan seberapa marahnya ia sekarang "Gara-gara lo Mel, GARA GARA LO MELODY, DEVAN JADI JAUHIN GUE, GUE HARUS BALES LO SIALAN -- ARRGHHH" ia membanting semua barang yang berada di dekatnya, kamar yang semula rapih kini sudah seperti kapal pecah.

Ia berusaha mati-matian agar Devan-nya kembali ke dalam dekapannya, namun dengan mudahnya Melody datang tanpa menawarkan apapun dan sialnya Devan terpukau akan Melody.

Dulu, ia begitu di puja oleh Devan, ia begitu di sayangi oleh lelaki itu, hingga tak boleh ada satu orangpun yang menyakiti dirinya atau nanti akan berurusan dengan dirinya, namun kini, Devan-nya telah pergi, berganti dengan sejuta kenangan yang berada dalam hatinya, ingin rasanya ia kembali ke masa lalu memperbaiki kesalahannya waktu itu, yang membuat ia harus kehilangan cintanya, Tetapi, apa tak bisa Devan memberikannya kesempatan sekali lagi? Apa sudah tak ada maaf untuknya?.

Renata tau selama ini Devan selalu bersikap baik untuknya, selalu ada jika ia membutuhkan seseorang, namun bukan itu, bukan hanya itu yang ia mau, ia menginginkan Devan sepenuhnya, dan kini ia harus merencenakan sesuatu, agar Devan-nya dapat kembali kepadanya.

"Gue tunggu lo besok pulang sekolah, di tempat biasa!"

Bip!

Telpon itu mati, Ia sudah merencanakan ini sejak tadi siang, tersenyum miring "Selamat datang di kehidupan sesungguhnya, Melody Anatasya!"

**********

KISAH REMAJA SMK (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang