KRS 22💕

34 4 1
                                    

Happy Reading!

*******

Bel pulang telah berbunyi, kali ini Melody ingin cepat-cepat pulang, ia tak ingin berlama-lama di sekolah dan bertemu dengan Devan, ia sangat muak saat tau tingkah lelaki itu seperti tadi. Tidak menghargai dirinya, namun tidak ingin di salahkan saat tau ia memang salah disini. Melody tak peduli dengan sikapnya yang seperti anak kecil, marah hanya karna hal seperti itu, Melody tak peduli itu, yang ia mau Devan bisa sedikit perduli dengan usahanya, harusnya lelaki itu minta maaf bukannya malah balik memarahi Melody.

"Cai pulang sekarang apa nanti?"

"Gue mau ke ruang guru dulu, di panggil Pak Bambang" jawab Cici, sambil merapihkan buku-bukunya yang ada di atas meja.

"Kalo gitu gue pulang duluan yah?"

"Lo kenapa kaya yang buru-buru gitu?" tanya Cici dengan pandangan heran ke arah Melody.

"Iya gue lagi buru-buru, Gapapa kan kalo gue pulang duluan?"

"Gapapa ko"

"Gue duluan yah, DAH DUGONG"

Melody melambaikan tangan kearah Cici, yang langsung di balas olehnya, sebenarnya Melody tak ingin meninggalkan Cici sendiri, namun karna lelaki bernama Devan ia harus pulang sangat cepat.

********

Melody sedang menunggu angkutan umum, dia juga sudah menghubungi Bara untuk menjemputnya. Namun tidak ada balasan dari Abangnya itu.

"Kenapa buru-buru pulang?"

Melody melihat kearah samping menemukan lelaki yang sedang ia hindari berdiri di sampingnya.

Melody hanya menatapnya sekilas, lalu kembali fokus melihat kearah ponselnya.

"Marah?" tanya Devan. Lagi-Lagi Melody tak menjawab ucapannya, membuat Devan menarik nafas secara kasar.

"Gue minta maaf, udah bikin lo kecewa"

"Hm"

Hanya gumaman yang Melody keluarkan untuk membalas ucapan lelaki itu, Melody malas berbicara dengannya saat ini.

"Mau maafin gue?"

"Mel"

"Mau maafin gue?"

"Bacot ih!"

Plak!

Devan memukul bibir Melody, membuat Melody meringis, lalu menatapnya dengan tak suka.

"Ko lo pukul sih?" ucap Melody tak terima, beranjak dari duduknya, lalu menatap Devan dengan sinis.

"Bibir lo kasar banget, Sekali ngomong ke gitu" sinis Devan.

"Suka-suka gue lah!"

"Tapi gue ga suka dengernya!"

"Gausah lo denger! Ribet amat jadi orang!"

"Mel?" panggil Devan dengan lembut.

"Ck! Pergi gausah ganggu gue!"

"Maafin gue dulu"

"Males"

"Melody"

"Gue gamau"

"Mel, apa susahnya buat lo bilang iya, biar masalah kelar, gausah kaya gini Mel!"

Melody hanya menatap Devan tanpa kedip, ia ingin tau, ucapan apa lagi yang ingin Devan keluarkan untuknya?.

"Ngomong lagi coba!"

"Mel--"

"Ngomong lagi gue bilang!"

"Mel udah la--"

"Enak buat lo ngomong ke gitu, Dev, lo gatau gimana usaha gue buat bikin itu semua buat lo!" ucap Melody yang terus memotong ucapan Devan "Kalo lo kesini buat bikin gue makin kesel sama lo, mending lo pergi! Gue juga ga mau liat lo!"

"Mel gu---"

"Kiri pak" ucap Melody menghentikan angkutan umum yang sedari tadi ia tunggu.

Melody masuk kedalam angkutan umum, meninggalkan Devan dengan ucapan yang sama sekali tak Melody hiraukan.

"Mel, gue belum selesai ngomong"

Melody tak peduli, angkot yang ia tumpangi sudah berjalan menjauhi Devan, membuat Devan melihat kearahnya dengan pandangan bersalah, bukan ini maksud awal Devan menemui Melody, Devan tak ingin Melody terus mendiaminya, ia tau ia salah, namun bukan itu yang mau ia ucapkan kepada Melody, ia hanya mau mengajak Melody berbaikan, tapi ia malah membuat Melody semakin marah kepadanya.

Devan menaiki motornya, lalu pergi dari sana, dengan memikirkan bagaimana caranya agar ia dapat membuat Melody kembali luluh kepadanya?.

**********

"Assalamualaikum, Melody pulang" Ucap Melody saat membuka pintu dan memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumussalam, sayang" Jawab Mamah Melody yang keluar dari arah dapur, melody langsung mencium tangan Mamahnya.

"Melody ke kamar yah mah" pamit Melody.

"Jangan lupa mandi yah" ucap Dian, yang langsung di angguki oleh Melody.

Melody menghempaskan tubuhnya di atas kasur saat ia sudah di kamarnya, lelah rasanya. Memikirkan Devan saat ini membuat Melody mengingat akan kelakuan lelaki itu, Melody sadar, kesalahan yang Devan lakukan tak seberapa, namun entah mengapa rasa marah begitu menguasai dirinya, Namun dengan begitu ia menjadi tau, Devan memang benar-benar keterlaluan akan dirinya.

Melody menarik nafasnya dalam-dalam, bosan terus memikirkan Devan ia beranjak dari kasur untuk bergegas mandi.

**********

KISAH REMAJA SMK (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang