KRS 21💕

27 4 4
                                    

Pagi ini Melody terlihat sangat antusias sekali, ia menyiapkan bekal untuk Devan, entah mengapa setiap mengingat Devan ia selalu tersenyum bahagia, apa Devan sudah merubah warna hidupnya? Apa Melody tidak salah menempatkan hatinya?.

Melody berjalan di koridor sekolah, senyum itu tak pernah luntur dari bibir Melody.

Saat melihat sosok Devan ia langsung berlari dan menghampiri lelaki itu.

"Pagi, Dev" sapa Melody.

Devan menoleh kearah Melody lalu tersenyum manis "Pagi juga, Melody" Jawab Devan sambil mengacak rambut Melody dengan gemas.

"Kenapa senyum-senyum?"

"Gapapa, oh iya, gue bawain bekel buat lo"

"Tumben, ga ngerepotin?"

"Engga ko, mau di makan sekarang?"

"Nanti aja pas jam istirahat, ke kelas aja yu?" Ajak Devan yang langsung di angguki oleh Melody.

*********

Waktu jam istirahat telah tiba, semua murid berbondong-bondong untuk keluar dari kelas menuju kantin untuk mengisi perut mereka. Namun tidak dengan Melody gadis itu hanya diam di tempat, menunggu lelaki yang ingin makan bersama dengan.

"Cai mau ke kantin ga?"

Cici yang berada di samping Melody langsung menatap ke arahnya "Mau sih, tapi gue mager! Gimana dong?"

"Mau gue iket ga kaki lo?"

"Buat apa?"

"Mau gue tarik biar lo gerak"

Plak!

Cici memukul pundak Melody "Sialan lo"

"Awsh-- itu tangan minta di amputasi apa gimana?"

"Minta cinta dan kasih sayang aja gue mah" Jawabnya dengan cengiran di bibirnya.

"Udah gue duga!"

"Kenapa?"

"KURANG BELAIAN LO MAH!"

"KAMPRET!"

**********

"Mau kemana? Ini makanan nya belum di makan loh?" tanya Melody saat Devan akan beranjak dari duduknya, padahal lelaki itu sama sekali belum menyentuh makanan yang sudah Melody buat.

"Mau cuci tangan dulu, bentar yah" ucapnya sambil mengacak rambut Melody.

"Gausah cuci tangan aku bawa sendok ko"

"Gapapa, bentar aja, lagian tangan aku juga kayanya kotor" ucapnya sambil melihat tangannya, Melody juga sama melihat tangan Devan, tidak kotor sama sekali, malah sangat kelihatan bersih, tetapi lelaki itu keukeuh, ingin mencuci tangannya, alhasil Melody hanya bisa mengangguk pasrah.

Ia kini menatap Devan di luar, saat ingin masuk Devan di tahan oleh temannya, Gunawan.

Melody melihat mereka mengobrol, entah soal apa itu, namun setelahnya, ia melihat Devan pergi bersama Gunawan, Melody hanya bisa menatapnya dengan nanar, Devan juga menatapnya sambil berjalan dengan Gunawan.

"Kalo emang gamau bilang aja, jangan kaya gitu" gumannya.

Ia terpaksa harus memakan makanan yang ia berikan untuk Devan, mubazir jika harus di buang.

Saat ingin menyentuh makanan itu, tangannya di tahan oleh seseorang, ia menatap Devan yang sudah tersenyum kearahnya.

"Ini kan makanan yang lo buat untuk gue, ko mau di makan?" ucapnya sambil duduk di samping Melody.

"Yaudah makan aja" mood Melody kembali buruk hari ini.

Devan membuka makanan yang dibuat melody untuknya, baru saja ingin memakannya, ia di panggil kembali oleh temannya.

"Anter gue yu, Van?"

"Kemana?" tanya Devan ke arah Gunawan.

"Kantin"

Devan menaikan alisnya "Devan mau makan, minta anter yang lain aja kan bisa, Gun, lagian kenapa ga tadi aja sekalian perginya?" bukan Devan melainkan suara yang berasal dari mulut Melody.

Gunawan menatap Melody lalu Devan secara bergantian "Ogah lah, gue maunya dia" Ucap Gunawan, dengan menarik Devan agar ikut pergi bersamanya.

Melody kembali menatap Devan dengan pandangan kecewa, kali ini ia sudah tak bisa menahan sakit di hatinya lagi, apa susahnya menolak ajakan temannya, lalu memakan makanan yang sudah susah-susah ia buat dari pagi.

Melody sengaja bangun pagi hanya untuk membuatkan Devan makanan, karna ia tau, Devan selalu tidak makan saat di sekolah. Namun sekarang perhatian yang ia kasih untuk Devan, tidak di hiraukan oleh lelaki itu.

Melody berjalan keluar dengan membawa bekal yang ia buat untuk Devan, lalu membuangnya begitu saja, biarkan Devan kelaparan, ia sudah tak peduli, toh dia saja tidak perduli dengan perasaan Melody, lalu untuk apa Melody harus perduli kepadanya?.

"Mel, ko di buang?"

Melody menoleh ke arah asal suara, ia tak terkejut saat Devan melihatnya membuang bekal makanan itu "Kenapa?"

"Kenapa makanan itu di buang?"

"Apa peduli lo?"

"Lo marah karna gue ga makan bareng lo?"

"Lo pikir sendiri aja, gue susah-susah buatin makanan itu buat lo, gue sengaja bangun pagi cuma buatin lo sarapan, biar lo bisa makan di sekolah!" Melody menatap Devan dengan sinis "Tapi lo ga peduli sama usaha yang gue buat untuk lo, jadi buat apa makanan itu? Mending gue buang!"

"Mel, dia minta anter gue!" bujuk Devan, dengan memegang tangan Melody, namun dengan cepat Melody melepaskan tangan Devan.

"Di kelas bukan cuma lo, Dev, ada banyak orang, apa lo ga bisa tolak dia dan makan bareng gue? Lo ga ngehargain usaha gue buat lo, Dev!"

"Jangan cuma gara-gara ke gini kita berantem, Mel" ucap Devan menatap Melody datar, Melody menatap Devan dengan pandangan terluka.

"Cuma? Cuma lo bilang?" Melody terus menatap Devan "Demi cuma yang lo bilang, gue rela bangun pagi, buatin lo sarapan!, Demi cuma yang lo bilang gue rela nahan lapar sampe siang karna mau makan bareng sama lo! Dan sekarang dengan gampangnya lo bilang semua itu dengan kata CUMA? Lo lucu, Dev"

"Mel, gue ga pernah minta lo untuk buatin gue sarapan"

Melody menatap miris kearah Devan "Gue pikir lo bakalan minta maaf, Dev, ternyata lo cuma mau bikin gue tambah sakit hati, dan gue GAKAN PERNAH BUATIN LO SARAPAN LAGI DEVAN! MUAK GUE LIAT MUKA LO!" kesabaran Melody sudah habis, ia beranjak pergi dari hadapan Devan, tidak memperdulikan lelaki itu yang terus berusaha memanggil dan menahan dirinya.

Usaha pertama yang Melody buat tidak di terima dengan baik olehnya, padahal sebelumnya Melody tidak pernah seperti ini, membuatkan sarapan untuk seseorang, rela di introgasi oleh Mamahnya hanya karna ia membuatkan bekal ke sekolah. Namun ternyata usahanya sia-sia, lelaki itu malah membuatnya kecewa.

**********

KISAH REMAJA SMK (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang