So now, it's just the beginning.
Do I really can make it?
I'm scared.
I'm scared for not doing my best,
Or, giving dissapointing results.
Courage, please don't fail me now.***
Flashback...
18 Januari 2017.
Siang hari yang cerah. Di suatu sekolah menengah pertama swasta di daerah Depok yang terlihat lumayan ramai, di suatu kelas. Kala itu terasa hangat. Namun yang dirasakan Dion tidak demikian.
"Ya maap gue gatau, bener-bener gatau..."
"Halah, alasan mulu lo. Liat, sekarang kita kena masalah gara-gara lo tau gak??"
Sungguh, siang yang panjang, juga menguras tenaga. Baik fisik maupun psikis. Tekanan berada dimana-mana. Seperti terus-menerus menekannya tanpa henti. Dan kini, sebuah masalah baru yang sebenarnya bukan karena kesalahannya menimpa Dion dan beberapa temannya. Untunglah setelah melalui beberapa hal, masalah tersebut dapat diselesaikan. Walau pada akhirnya beberapa teman-teman Dion justru menjadi seakan-akan menjauhinya.
Singkatnya, jam sekolah pun usai. Dion pulang menuju ke rumahnya. Dan entah bagaimana, beberapa teman kelasnya menatap Dion dengan sinis kala itu. Tak lama, iapun sampai dirumah. Namun nampaknya, kedatangannya kerumah kala itu menjadikan hari itu menjadi mimpi terburuk Dion sepanjang hidupnya yang hingga sekarang, baik apa yang dilihat, didengar, dikatakan, dan dirasakan pun masih membekas dengan sangat.
***
Matahari tampak cerah kala itu di kota Seoul. Kala itu sedang dalam jam kegiatan olahraga. Dan semua; kedua belas siswa Indonesia itu sudah memakai seragam khas sekolah itu. Kaos merah dengan lengan berwarna biru tua, serta nametag yang dibordir disebelah kanan dada baju seragam tersebut. Dan bagi beberapa siswa mager, hal tersebut merupakan hal yang sangat merepotkan untuk dilakukan. Terasa lebih baik bagi mereka untuk tetap berada didalam kelas dibanding harus mengikuti kegiatan yang membuat fisik terasa lumayan lelah.
Beberapa saat berlalu, dan waktu makan siang pun datang. Merekapun mengambil jatah makan masing-masing dari mereka. Singkatnya, selesai makan siang, teman-teman kelas Arthur memutuskan untuk berjalan-jalan sedikit dan berkumpul didepan ruang perpustakaan. Namun Arthur tidak ikut bersama. Ia memilih untuk berjalan-jalan sendiri untuk saat itu. Dan setelah beberapa menit, ia menemukan tempat yang jarang dikunjungi para siswa sekolah itu. Seperti di rooftop. Suasana siang yang berawan dan desir angin sepoi-sepoi yang berhembus membuat suasana terasa sangat mendukung.
Sesampainya disitu, ia duduk dikursi yang ada. Kemudian tatapannya menjadi kosong, ia melamun. Pikirannya lagi-lagi terbang kemana-mana. Setelah beberapa menit, Arthur tersadar dari lamunannya dan mulai memainkan kalimba yang dibawanya. Mendadak mood nya kembali naik turun. Daripada terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, lebih baik ia menyelesaikan dan menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu. Entah, namun kala itu suasana yang dirasakannya sedang dalam tahap melankolis.
***
"Dude, lumayan capek juga ya hari ini."
"Iyasih..."
"Annyeonghaseyo yeorobun. Jigeum mwohae?" Ucap Dion yang baru saja selesai mandi. Terlihat wajahnya sudah tersegarkan kembali setelah menjalani aktivitas pembelajaran disekolah Korea yang baru terhitung ke dalam hari kedua. "Wess iyadah bang jago." ucap Arthur yang lumayan kagum karena dua hari ini, nampaknya progress Dion cukup terlihat dalam pemahaman bahasa Korea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Teen Fiction"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...