#17 - Is it a Date?

6 1 0
                                    

   "Hey, let's go over there!"

   Kala itu, Hongdae terlihat ramai. Terlihat orang berlalu lalang kesana kemari. Tak lupa disekitar wilayah itupun ada beberapa kelompok mahasiswa yang sedang tampil di pinggir jalan. Entah itu bernyanyi ataupun dance cover. Pemandangan tersebut sudah sangat umum ditemui di tempat-tempat umum.

   Dion sedang sibuk mengantre untuk membeli beberapa makanan untuk dimakan. Yunyeong meminta untuk dipesankan miliknya juga terlebih dahulu, karena ia perlu pergi ke toilet umum terdekat dan menyelesaikan 'urusannya' disana.

   Dalam hatinya, Dion lumayan menikmati jalan-jalan itu, karena memang ia juga dapat menjelajah lebih lagi kota Seoul. Namun juga ia masih merasa was-was dengan hal yang memang sudah jelas ditakutkannya agar tidak terjadi. Dion pun sesekali melihat sekitarnya untuk berjaga-jaga.

   Tak lama, Yunyeong kembali. Dan kebetulan makanan yang dipesan pun sudah jadi, maka merekapun mengambil makanan itu lalu lanjut berjalan lagi menyusuri jalanan Hongdae. Disana, Yunyeong mengajak Dion ke sebuah toko yang menjual berbagai macam outfit yang memang harganya cukup mahal.

   Sesampainya disana, Yunyeong mulai melihat-lihat berbagai macam pakaian-pakaian yang menarik pandangan matanya. Dion pun iseng melihat-lihat sedikit. Beberapa saat kemudian, ia menemukan jaket hoodie yang sangat menarik minatnya untuk membeli barang tersebut. Namun ketika ia melihat price tag dari jaket tersebut, niat membelinya langsung turun drastis karena harganya yang terbilang fantastis. Akhirnya Dion pun mengurungkan niatnya untuk membeli hoodie tersebut dan kembali melihat-lihat dibagian lain.

   Beberapa menit kemudian, Yunyeong sudah selesai melihat-lihat. Ternyata ia membeli dua buah barang. Satu hoodie dan satu lagi bucket hat berwarna biru pastel. Dan ketika itu Dion terkejut karena Yunyeong ternyata membelikan hoodie yang diinginkan Dion tadi. Awalnya ia menolak, namun karena Yunyeong sudah terlanjur membayarnya, jadilah ia mendapat jaket hoodie mahal yang diinginkannya itu. "Thanks." Ujar Dion pada Yunyeong sembari mengangkat ujung bibirnya, membentuk senyum tipis diwajahnya.

***

   "Eh tungguin dong."

   Nampak Remi yang setengah berteriak sembari berlari mengejar Agnes yang sudah jalan lebih dulu karena ia terlalu lama menghabiskan waktu untuk menyantap makanannya. Kala itu mereka sedang berada di daerah Dongdaemun. Mengeksplor daerah sekitar, sembari memanjakan mata dan lidah dengan melihat serta menyantap makanan lokal yang ada. Tak lupa beberapa kali ketika mereka menemukan claw machine, disempatkan sedikit waktu untuk mereka bermain permainan itu. Walau selalu gagal untuk mendapatkan satu boneka saja dari mesin itu, namun mereka tetap menikmati jalan-jalan itu.

   Setelah dari itu, mereka memutuskan untuk kembali mencari hal-hal unik yang ada didaerah tersebut. Apapun itu asalkan terasa menarik. Dan ya, sudah dapat dipastikan pula mereka sedang dalam uwu times yang terasa begitu menyenangkan.

   Merekapun terlarut dalam suasana yang begitu hangat. Tawa dan canda mengudara disekitar mereka. Tiba-tiba saja ada suara seseorang yang mereka berdua sudah pasti kenal.

   "Weee asik banget dah emang couple lagi jalan-jalan." Ujar Dion mendekati kedua anak remaja itu bersama dengan Yunyeong. Dan singkatnya merekapun memutuskan untuk jalan-jalan bersama. Terasa sangat menyenangkan disana. Ditambah pula Remi yang iseng dan terus-menerus membuat Dion menjadi bahan candaannya.

   Empat remaja itu menghabiskan waktu bersama-sama dengan berbagai macam hal dan kegiatan. Memang nampak seperti sedang double date. Sungguh terasa mengasyikkan.

   Hari semakin sore. Tak terasa sudah seharian mereka semua berjalan-jalan bersama. Keempat remaja itupun memutuskan untuk ke taman sebentar. Hanya untuk berduduk-duduk saja, setelah itu mereka akan pulang. Dan tidak lupa, makanan-makanan yang masih tersisa yang mereka beli sebelumnya pun dimakan disaat itu.

   Selang beberapa saat kemudian, ada semacam food truck yang lewat. Remi dan Agnes yang sepemikiran pun langsung beranjak berdiri untuk membeli satu makanan lagi dari sana. Mereka berjalan cepat menghampiri truk tersebut. Tinggalah Dion dan Yunyeong.

   Kala itu matahari mulai tenggelam perlahan. Pemandangan kanvas langit terlihat begitu indah dan memukau dengan gradasi warna kuning, oranye, dan biru. Tak lupa awan tipis pun menghiasi. Dion dan Yunyeong mengobrol bersama. Membicarakan beberapa hal.

   "The sky looks really pretty, isn't it?" Ucap Yunyeong setelah ia diam sesaat dan menghela nafas. Dion pun masih menyimak apa yang dikatannya sembari menghabiskan makanan yang ada digenggaman tangannya. "It feels warm. It feels so comfortable here..." Ucap Yunyeong sembari menatap pemandangan sunset yang indah. Dion sempat berhenti sejenak dalam menyantap makanannya dan juga ikut menatap ke arah sunset. Dan seketika ia merasakan sesuatu yang berbeda namun terasa begitu nyaman pula.

   "Yeah, me too..." Ucap Dion yang sebenarnya ia ucapkan spontan dan tanpa direncanakan olehnya sama sekali. Dion pun mendadak mencoba untuk menjelaskan maksud dari kata-katanya. Yunyeong hanya tertawa kecil dan tersenyum melihat sikap Dion yang terkesan salah tingkah itu. "You're really cute. It reminds me of my younger brother."

   Yunyeong pun bercerita sedikit mengenai adiknya. Namun ia harus kehilangan adiknya karena kasus pembullyan yang diterima oleh adiknya itu. Yunyeong tak dapat menerima bahwa adik satu-satunya itu harus pergi selamanya karena segala bentuk bullying yang adiknya alami.

   "Thankyou for being here Dion. I feel much better now."

   "Umm, yeah no problem."

   "Oh emm... Maybe this will sound a bit weird for you, but..." Yunyeong menahan kalimatnya, nampak sepertinya ia memikirkan kalimat apa yang tepat untuk digunakan kemudian. Dion hanya diam dan agak kebingungan melihatnya. "I hope we can get more closer than this." Ucapnya kepada Dion diikuti dengan senyuman manis dari Yunyeong. Dion pun agak kaget dan tidak tahu harus mengartikan ucapan itu seperti apa. Nampak Dion mendadak terlihat seperti tersenyum tipis namun agak malu-malu. Ia memalingkan wajahnya kembali ke arah sunset. "Yeah, I hope so..." Ucap Dion dengan sangat pelan.

***

   Di tempat lain, Arthur sedang berjalan-jalan sendiri sembari melihat-lihat sekitar. Tak lama berselang, iapun memutuskan untuk duduk di taman dekat tempatnya selesai bermain claw machine tadi. Memang terkadang ia butuh hal seperti itu. Hitung-hitung sebagai me time nya kala itu.

   Terlihat kala itu memang pemandangan langit indah. Iapun memutuskan untuk duduk sebentar lebih lama disana. Sampai matahari hampir terbenam seluruhnya, menyisakan pemandangan langit pergantian dari sore ke malam. Ia melihat berbagai orang berlalu lalang. Banyak orang yang berjalan dalam grup. Arthur menghela nafas panjang dan memutuskan untuk pulang, mengingat hari sudah mulai malam.

   Sesampainya dirumah, terlihat Remi dan Dion sudah pulang lebih dulu. Sudah selesai mandi dan sekarang sedang asyik jamming. Arthur yang baru pulang pun langsung segera menaruh tas kecil nya dan segera mandi.

   Dan ya, setelahnya mereka melakukan kegiatan yang sudah biasa dilakukan setiap malam. Entah mengerjakan tugas ataupun hal-hal lainnya. Dan sampailah diwaktu-waktu dimana salah satu diantara ketiga sekawan itu pasti masuk dalam fase sadnight. Dan kali ini ialah giliran Arthur. Dan ketika ruangan sudah sepi karena dua orang sudah tertidur, suasana untuk menikmati sadnight sangat mendukung. Dan setelah beberapa lama bengong, Arthur pun mengambil gitar milik Remi dan mulai memainkannya.

  
  

  

Spring Day: Disguised MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang