#18 - Know

5 1 1
                                    

   Jakarta, 15 Februari 2021

   "Hey itu yang masih diatas, cepet turun!"

   Sekolah kala itu terlihat ramai. Sebenarnya masih dalam jam KBM, namun karena pihak sekolah seperti mengadakan sebuah acara yang mengundang beberapa tamu dari luar juga termasuk sebuah tim siaran radio, maka jadilah saat itu KBM menjadi freeclass dan terganti dengan acara tersebut.

   Dan ya, sudah dapat dipastikan. Seperti biasanya beberapa guru harus menegur siswa-siswi yang lamban untuk segera turun ke lantai satu dari depan balkon kelas mereka masing-masing. "Kalo pas KBM aja pengennya bebas. Giliran dibebasin gini, gamau pada turun kebawah. Heran ibu." Ucap salah seorang guru yang sedari tadi sibuk berteriak dan menegur para siswa-siswi itu.

   Sementara itu, di ruang serbaguna sekolah yang lebih tepatnya disebut dengan backstage, terlihat suasana yang sibuk dari masing-masing orang yang ada disana. Terlihat pula bintang tamu sedang bersiap-siap disana. Namun tak lupa juga, seseorang dengan gitarnya pun sedang bersiap-siap sembari melakukan vocal testing. Ya, Aaron mendapat bagian untuk tampil solo membawakan lagu bersama dengan gitarnya nanti. Tak lupa pakaiannya pun ia perhatikan sekali lagi agar terlihat rapi.

   Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya kini giliran Aaron yang akan tampil. Ia mengambil serta gitarnya dan segera naik ke atas panggung. Entah bagaimana namun penonton seantero sekolah, terutama siswi perempuan langsung berteriak histeris ketika melihat Aaron naik ke panggung.

   "Demi alek, cakep bangett aakk."

   "Nikmat mana lagi yang kau dustakan bund?"

   "Dekel kelas IPA apa IPS ituu? Sumpah cakep banget, valid no debat."

   Terdengar beberapa siswi perempuan seperti terpukau dengan penampilan Aaron. Tak sedikit pula yang langsung bergibah mengenai hal itu. Dan tak sedikit juga yang langsung seperti sedang fangirling. Sungguh sepertinya spotlight kala itu telah diambil oleh Aaron karena penampilannya yang memukau.

   ***

   Seoul, 15 Februari 2021, 17:00.

   "Eh pada mau makan apa nih?"

   "Mesen aja lahh, lagi mager gue kalo kudu masak dulu."

   Malam yang biasa di Seoul. Kala itu di apartemen, tiga sekawan itu sedang bermain alat musik mereka bersama. Sesekali mereka saling bertukar alat musik untuk dimainkan. Dan merekapun mulai merasa lapar, namun yang mendapat giliran untuk memasak kala itu; yaitu Dion sedang malas untuk memasak. Jadilah delivery service menjadi pilihan yang diambil.

   Singkatnya, makanan yang dipesan pun datang. Makanan tersebut seketika langsung habis karena memang ketiga teman baik itu sudah lapar sedari tadi. Setelahnya, bungkus-bungkus berbagai macam makanan tadi pun dibereskan dan dibuang selesai mereka makan. Dan kemudian merekapun lanjut bermusik ria.

   Dan ya, selain bermusik bersama, mereka mulai membicarakan beberapa hal. Sebenarnya hal-hal kecil namun entah bagaimana dapat berlangsung lumayan lama, seperti konsol game PS dan berbagai jenisnya, games, dan lain sebagainya. Lalu disambung dengan acara tukar-menukar rekomendasi lagu yang didapat. Walau memang lagu dengan genre yang sekarang ini mereka sering dengar merupakan genre yang belum lama ini Arthur dengarkan, namun ia cukup menikmatinya.

   "Eh btw gue mau nanya. Waktu itu pas bel kelar istirahat kan lo baru dateng dari luar tuh, kok kayak abis kesakitan gitu sambil megangin perut?" Tanya Arthur mendadak karena ia baru teringat hal tersebut untuk ditanyakan pada Dion. Seketika Dion sempat merasa kaget dengan matanya yang menampakkan ekspresi tersebut. "Hah? Oh ga kok, itu tadi ga sengaja kepentok kayak tiang gitu. Jadi berasa nyeri gitu dah." Jawabnya dengan berusaha sekali untuk menyembunyikan ekspresi kagetnya itu. Jika tidak, takutnya Arthur dan Remi akan bertanya-tanya lebih lanjut lagi. Terutama Remi yang apabila sedang mendengar penjelasan seseorang, pasti ia menyimak dengan saksama. Jadi satu hal yang terasa janggal baginya akan langsung ditanyakan lagi lebih lanjut.

   Singkatnya, malam pun semakin larut. Dan sudah waktunya ketiga kawan itu tidur. Namun Dion masih terjaga; tubuhnya lelah namun pikirannya tidak mengizinkannya untuk beristirahat. Rasa takut mulai menyelimuti. Pikirannya mulai terbang kemana-mana. Ia harap yang ditakutkannya itu tidak terjadi. Lalu gitarpun diambil untuk membantu menenangkan pikirannya sebelum pergi tidur.

***

   Keesokan harinya, seperti biasa mereka bersekolah dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Tak ada yang aneh hingga ketika sedang dalam mata pelajaran geografi, terdengar seperti kaca pecah tak jauh dari kelas 2-3. Ternyata terlihat beberapa anak sedang berkelahi. Ada yang melempar batu, maupun langsung dengan adu tinju satu sama lain. Bahkan ada yang sampai babak belur.

   Guru-guru pun langsung menuju ke tempat terjadinya keributan itu. Dan ketika guru mulai berdatangan, nampak para siswa yang berkelahi mulai menghentikan acara adu tinju tersebut. Terlihat satu orang yang familiar baginya. Tatapan mereka tak sengaja bertemu selama beberapa detik. Ya, orang itu ialah yang memukul sekaligus mengancamnya kala itu. Terlihat sorot matanya yang sangat mengintimidasi dan penuh dengan amarah serta kebencian. Dion mendadak bergidik ngeri dengan hal itu. Tak lama iapun dibawa oleh beberapa guru ke dalam ruang konseling, bersama dengan beberapa siswa lainnya.

   Setelah beberapa saat, kegaduhan pun mulai berkurang dan suasana sekitar tempat itu mulai tenang dan kembali kondusif. Namun Dion masih diam ditempatnya berdiri tadi, dan karena Arthur menyadarinya, iapun langsung ditarik Arthur untuk segera kembali ke kelas.

   Sesampainya dikelas, guru pun memberi nasihat sedikit terkait kegaduhan yang sempat terjadi. Diharapkan agar siswa siswi lain tidak melakukan hal serupa seperti yang sudah terjadi.

   Beberapa saat kemudian, bel tanda istirahat makan siang berbunyi. Para siswa siswi pun langsung berhamburan keluar kelas. Dan ya, sudah pasti banyak diantara mereka yang membicarakan mengenai kegaduhan tadi. Tak terkecuali Agnes dan kawan-kawan. Rasanya ber-gibah ria di Korea agak kurang, sebab tak ada semangkuk seblak pedas yang menemani obrolan dengan topik yang masih hangat tersebut.

   "Eh tadi itu, yang abis gelud kayaknya gue tau salah satu nama anaknya." Ucap salah satu teman Agnes yang sedang asyik membicarakan kejadian tadi. Lalu Agnes pun penasaran. Dan menurut hasil yang diperoleh oleh teman Agnes ini, orang tersebut bernama Mark. Ia merupakan anak paling terkenal disekolah itu karena ulah-ulahnya yang legendaris. Dan ya sesuai namanya, Mark merupakan blasteran Korea-Amerika. Awalnya bertempat tinggal di Florida, Amerika Serikat. Namun di umur 7 tahun ia dan sekeluarganya pindah ke Seoul, Korea Selatan.

   Dan tanpa disengaja, Dion mendengar sedikit pembicaraan Agnes. Dan kini ia tahu siapa nama anak itu. Bukan untuk membalas dendam, namun untuknya dapat lebih berjaga-jaga lagi supaya tidak terkena hal-hal yang tak diinginkan.

   Tak lama, jam istirahat pun selesai. Semua siswa kembali ke kelasnya masing-masing. Namun, Dion nampak berbeda. Ia seperti tidak mau diajak mengobrol atau apapun itu. Ia pula berusaha menghindari kontak dengan waktu yang lama, terutama kepada kedua teman baiknya. Entah namun kala itu Arthur merasa ada sesuatu yang berbeda disana.

  
  

  

  

Spring Day: Disguised MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang