"Oke, sampai disini dulu pelajaran hari ini. Ibu tutup yaa. Terimakasih..."
Hari yang biasa. Kegiatan belajar mengajar berjalan layaknya seperti hari-hari lainnya. Terasa suntuk di siang hari, namun kabar baiknya para siswa hanya perlu menunggu beberapa menit lagi untuk bel istirahat kedua berbunyi. Terlihat kelas Agnes; XI MIPA 1 dapat dikatakan suasananya pada saat itu sangatlah suntuk dan melelahkan. Agnes yang sedari tadi sudah sangat mengantuk memutuskan untuk ke koperasi sekolah untuk membeli sebotol kopi yang dapat langsung diminum. Kebetulan koperasi sekolahnya pun menjual tidak hanya alat-alat keperluan seperti ATK dan lain sebagainya, namun juga beberapa cemilan dan minuman.
Agnes berjalan melalui koridor lantai dua. Menuju ke tangga. Dan seperti biasa, pemandangan berupa beberapa anak tongkrongan yang sedang berkumpul dan merokok ria di toilet. Kebetulan karena posisi toilet laki-laki itu paling ujung dari koridor namun dekat dengan tangga, jadilah disitu tempat berkumpul mereka. Dan terlebih lagi, di koridor dekat toilet tersebut tidak ada CCTV. Tak heran apabila beberapa siswa tongkrongan menjadikan tempat itu menjadi salah satu tempat favorit mereka disekolah. Agnes pun langsung bergegas turun ke lantai satu karena malas melihat pemandangan yang ia lihat itu, juga menghindarkan dirinya dari masalah-masalah yang berkemungkinan akan menimpanya apabila ia tetap berada disana dalam waktu yang lama.
Seusai membeli kopi siap minum di koperasi, Agnes kembali ke kelasnya. Dan didapatinya teman-teman sekelas Agnes sedang asyik ber-nobar ria menggunakan perangkat proyektor yang ada dikelas. Film yang diputar pun merupakan film yang terbilang masih hangat dan belum begitu lawas tanggal rilisnya. Jadilah Agnes pun ikut serta dalam acara nobar tersebut. Mungkin jam istirahat pun akan dihabiskannya untuk nobar bersama dengan teman-teman sekelasnya. Satu hal menarik ketika sedang nobar kala itu ialah mendadak hampir setengah dari teman sekelas Agnes sibuk maskeran. Bahkan tak ketinggalan para anak cowok pun juga ikut serta. Hal tersebut menambah keceriaan yang terasa di kelas Agnes.
***
Sementara itu...
"Wess, ayolah. Jarang-jarang kan kalo semuanya bisa kayak gini."
Asyik dan ramai. Tergambar dari suasana yang mengudara diruang kelas Arthur; XI IPS 1. Terlihat dari segerombolan anak cowok kelas Arthur sedang berkumpul dipojokan kelas. Nampaknya mereka merencanakan untuk pergi ke water park bersama-sama. "Semua ikut ya nih. Jangan ada yang palkor. Satu palkor, gausah temenin." ucap salah satu anak cowok yang daritadi terlihat yang paling heboh mengenai rencana itu. Arthur, Remi, dan Dion yang sebenarnya sudah mulai menipis keuangannya karena jalan-jalan mereka dua hari lalu sebenarnya ingin ikut. Namun mengingat keuangan mereka yang sedang jebol, jadilah mereka mengurungkan niat. Tetapi ketika Arthur akan menyampaikan bahwa ia tidak dapat ikut, anak cowok di gerombolan tersebut pun berkata bahwa apabila ada yang tidak dapat ikut karena tidak punya uang yang cukup, maka ia akan membayarkannya. Lengkap dengan tiket masuk waterpark beserta makanan. Arthur, Remi, dan Dion pun nampak lumayan senang karena itu.
***
Tringgg tringgg...
Bel istirahat yang sudah ditunggu-tunggu oleh segenap siswa pun akhirnya berbunyi. Para penjaga warung kantin pun sudah bersiap dengan serbuan para siswa yang kelaparan.
Namun, ketimbang berkeliaran diluar kelas, anak-anak cowok kelas Arthur tidak demikian. Apabila kelas Agnes seluruhnya tidak keluar kelas ketika istirahat karena asyik nobar, lain hal dengan kelas Arthur yang dimana anak-anak cowok tetap didalam kelas sembari bermain Minecraft bersama. Walau game tersebut bukanlah game baru di tahun itu, namun tetap terasa menarik apabila dimainkan bersama-sama dengan pemain dalam jumlah besar. Terlihat 18 anak cowok kelas Arthur sibuk dengan laptop mereka. Bermain game tersebut dengan mode survival memang terasa menarik dan lumayan menyenangkan. Bahkan dapat dikatakan mereka mampu membuat rumah besar hanya dalam waktu yang relatif singkat. Sesekali terdengar teriakan dan umpatan karena terkejut melihat mobs yang muncul tiba-tiba. Sungguh kelas yang heboh.
Tringgg tringgg....
Tak terasa, jam istirahat telah berlalu. Tiga puluh menit itu dihabiskan mereka hanya untuk bermain game bersama. Memang terkesan sangat menarik. Jarang sekali dapat ditemukan hal seperti itu.
3 jam mata pelajaran sesudah istirahat kedua merupakan jam mata pelajaran yang terasa paling membosankan bagi kelas XI IPS 1. Dan mau tidak mau, mereka harus melewati itu setiap minggunya. Dan sudah dapat ditebak, lagi-lagi catatan menumpuk dan tugas-tugas yang lumayan merepotkan menghiasi suasana kelas pada saat itu.
Ketika semua siswa sedang sibuk mengerjakan tugas, tiba-tiba suara dari speaker pengumuman sekolah berbunyi.
"Selamat siang. Maaf bagi bapak ibu guru yang sedang mengajar. Diberitahukan kepada nama-nama yang akan disebutkan, harap segera turun ke lobby." Maka disebutkanlah nama-nama tersebut satu persatu. Total ada dua belas orang. Enam orang dari kelas 10, dan enam sisanya dari kelas sebelas. Termasuk tiga sekawan itu; Remi, Dion, Arthur.
Baru saja mereka selesai meminta izin kepada guru dikelas untuk turun kebawah, tiba-tiba saja speaker pengumuman berbunyi kembali dan menginfokan kalau mereka tidak usah turun ke lobby. Sebab wali kelas mereka akan menghampiri mereka dikelas masing-masing. Karena merasa di-prank, banyak siswa tertawa karena itu.
Tak lama, wali kelas XI IPS 1 pun datang dan masuk ke ruangan. Entah bagaimana namun Remi awalnya berpikir "Kok gue ada bad feeling ya?". Dion membalas dengan isi pikirannya yang terkesan agak berlebihan dan agak tidak mungkin, sebab ia beranggapan bahwa semua nama-nama yang disebut tadi akan kena masalah, terlebih mereka bertiga. Walau merekapun tidak tahu sama sekali masalah apa yang telah mereka timbulkan.
"Oke, singkat saja ya. Ibu mau menginfokan bahwa tahun ini sekolah kita berkesempatan untuk menjalankan program pertukaran pelajar. Dan kebetulan tahun ini kita dapat bertukar dengan teman-teman kita dari negeri Gingseng, Korea Selatan." Sontak hal tersebut membuat seisi kelas terkejut. Kemudian mulai terdengar suara dari sana sini, bahkan dari beberapa kelas lain pun demikian yang mungkin sudah diberi tahu oleh walasnya.
"Dan kebetulan, tiga teman kalian dari kelas ini akan menjadi perwakilan sekolah kita untuk bertukar kesana. Boleh Remi, Arthur, dan Dion maju kedepan." jelas guru tersebut panjang lebar. Ia juga menginfokan bahwa ia dan guru BK sudah menginformasikan hal tersebut ke orangtua masing-masing, dan orangtua merekapun menyetujuinya. Arthur yang masih clueless karena akan pergi ke luar negeri pun masih nampak seperti senang namun juga bingung dalam waktu bersamaan.
Setelahnya mereka diminta untuk ikut bersama dengan walas untuk ke ruang kepala sekolah. Disana mereka akan diberi arahan. Juga mereka diberitahu bahwa minggu depan, mereka akan terbang ke Korsel dan akan menjalankan program tersebut selama kurang-lebih 4 bulan. Dan nantinya, mereka akan dibagi menjadi dua, yaitu 6 orang dari kelas 10 dan sisanya dari kelas 11. Mereka akan menempati salah satu sekolah di daerah Itaewon.
Selesai diberi arahan, mereka diminta untuk kembali ke kelas. Dan diingatkan bahwa hari Jumat sepulang sekolah, mereka diminta untuk kembali berkumpul di ruang kepala sekolah untuk diberi arahan lebih lanjut. Merekapun keluar dari ruang kepala sekolah dengan ekspresi wajah yang masih tidak percaya.
"Anjir. Beneran dong HAHAHA." ucap Arthur yang mssih tidak percaya. Kedua temannya hanya dapat menghela nafas. Melihat Arthur yang nampak senang dengan hal itu. Merekapun demikian, senang namun juga masih agak bingung dengan hal itu. "Yaudah Wen, tar kita disono ngomong 'watashi woshi woshi desu' aja." usul Remi yang langsung di iya-kan oleh Dion. "Itu Jepang, bego. Hahaha." balas Arthur. Merekapun kembali ke kelas dan langsung diserbu berbagai pertanyaan dari teman sekelas yang lain. Memang hari ittu merupakan hari tak terduga bagi mereka, terutama bagi Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Teen Fiction"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...