"Okay class, any questions?"
Kelas kala itu terasa biasa. Proses kegiatan belajar mengajar berjalan seperti yang seharusnya. Nampak pula para siswa-siswi baru saja selesai mencatat beberapa hal yang disampaikan oleh guru yang mengajar.
Dan ya, seperti biasanya. Selalu ada beberapa siswa-siswi yang mengajukan pertanyaan. Entah mengenai materi yang baru saja dijelaskan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan materi tersebut. Sungguh sebuah kegiatan belajar mengajar yang cukup aktif.
"Okay, so that's for today. Hope you all enjoyed and understand our lesson today." Ucap guru tersebut yang setelahnya diikuti dengan bunyi bel istirahat yang berdering. Guru itupun mulai membereskan barang-barang bawaannya di meja dan kemudian berjalan keluar kelas.
Dan seperti jam istirahat pada umumnya, area sekolah pun menjadi ramai. Banyak siswa siswi berlalu lalang dan berkumpul bersama teman-teman mereka. Begitu pula dengan lima sekawan itu. Mereka mengobrol bersama, membicarakan beberapa hal.
Dan setelah beberapa saat, Dion baru teringat bahwa HP nya berada di dalam tas miliknya. Ia lupa untuk membawanya ketika itu. Jadilah Dion pergi sebentar menuju ke kelas untuk mengambil HP tersebut.
Sesampainya dikelas, iapun menuju ke mejanya dan mendapati sesuatu berada diatas meja itu. Secarik kertas dengan tulisan-tulisan serta gambar yang entah sepertinya merupakan gambar yang cukup mengintimidasi. Dion pun membaca tulisan dikertas itu, dan seketika ketakutan mulai menyelip di pikirannya.
Iapun menaruh kertas tersebut di laci mejanya dan mengambil HP yang berada di dalam tas. Kemudian ia segera bergegas kembali ke tempat dimana teman-temannya itu berada. Setelah sampai, nampak Arthur yang menengok ke arahnya yang sedang berjalan menghampiri mereka semua. Namun Arthur menyadari kalau ekspresi wajah Dion lagi-lagi tidak seperti biasanya.
"Hm? Kenapa lo? Kayaknya itu muka gaenak amat keliatannya." Tanyanya pada Dion.
"Eh? Emm, kagak elah santuy." Jawabnya singkat.
Arthur yang melihat tingkah salah satu temannya itu merasa ada hal yang aneh dari Dion. Ia sempat menanyakannya, namun Dion tetap mengatakan kalau ia baik-baik saja. Walau sebenarnya Arthur yakin kalau Dion sedang berbohong, namun ia membiarkannya saja karena terasa tidak enak untuk terus menanyakan hal itu.
***
Jam mapel olahraga telah usai. Siswa-siswi kelas 2-3 kembali ke kelas untuk beristirahat sejenak, lalu kemudian berganti pakaian. Dan ya, mereka menggunakan ruang ganti olahraga yang sekolah miliki. Siswa laki-laki di ruang ganti laki-laki, sedangkan siswi perempuan di ruang ganti perempuan.
Dan ya setelah beberapa saat, mereka semua sudah selesai berganti lalu berjalan kembali ke kelas. Beberapa saat setelah semua siswa sudah berada dikelas, guru mata pelajaran selanjutnya sudah datang. Kegiatan pembelajaran pun dimulai lagi dikelas itu.
Sekitar setengah jam kemudian, guru tersebut menerima telepon dan segera mengangkatnya. Beberapa saat kemudian guru tersebut menginfokan bahwa ia ada urusan yang sangat mendadak dan tidak bisa ditinggal. Jadilah guru itu memberi kelas 2-3 tugas untuk dikerjakan. Setelah memberi tugas, guru itupun merapikan buku-buku yang dibawanya dan berjalan keluar kelas.
Beberapa menit berlalu dan kelas tersebut nampak seperti kelas biasa. Ada yang memang terbilang rajin karena fokus mengerjakan tugas, ada yang mengerjakan tapi diselingi dengan mengobrol dengan teman ataupun bermain HP, dan ada pula yang memang sudah mager sejak awal.
Tak terasa, bel pulang sekolah telah berbunyi. Merekapun segera membereskan semua barang-barang yang dibawa dan segera pergi keluar kelas. Dan ya, seperti biasanya Remi, Arthur, dan Dion mengobrol sembari berjalan menuju gerbang sekolah. Sesampainya didepan gerbang sekolah, terdengar seperti ada yang memanggil dari kejauhan. Dan setelah dilihat, sontak Dion langsung terdiam karena yang datang ialah Mark.
Satu hal yang membuatnya sedikit terkejut karena Arthur dan Remi pun sudah mengenal Mark, dan mereka pula sudah beberapa kali mengobrol bersama. Membicarakan beberapa hal ringan pastinya.
"Oh yeah, Mark. Maybe you often saw him, so this is Dion. He's our close friend too." Jelas Remi memperkenalkan Dion kepada Mark. Setelahnya iapun menyapa Dion dengan ramah. Dan ya, sebenarnya Dion merasa agak takut dan ngeri. Namun ia harus menahan ekspresi takutnya itu supaya Arthur dan Remi tidak mengetahuinya.
Nampak Arthur dan Remi sedang berbincabg-bincang sebentar dengan Mark. Karena pikiran Dion yang mulai dikuasai oleh rasa ngeri, iapun memutuskan untuk menjauh sebentar dengan alasan pergi ke toilet.
"Eh bor gue ke toilet dulu ya."
"Oh, iya iya yaudah."
Dion pun segera pergi kembali menuju ke arah koridor sekolah. Pikirannya kala itu sedang kurang beres pula, ditambah dengan rasa ngeri yang menyelimuti isi hatinya itu membuat ia merasa agak pusing dengan semua itu. Di toiletpun Dion terdiam selama beberapa saat untuk menenangkan pikirannya.
***
Langit kota Seoul kala itu mulai meredup. Bulan mulai naik menggantikan posisi matahari yang sudah tenggelam diujung barat. Cerah tak berawan, ditambah dengan banyaknya cahaya-cahaya yang dihasilkan dari gedung-gedung serta lampu-lampu jalan disana, juga tak lupa beberapa mobil pribadi yang berlalu lalang di jalan.
Kala itu Remi, Arthur, dan Dion sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah di mejanya masing-masing. Sesekali pula diselingi dengan mengecek akun-akun media sosial yang mereka punya. Tak lupa dengan memutar lagu-lagu kesukaan mereka masing-masing.
Beberapa saat kemudian, nampaknya Dion telah menyelesaikan tugas miliknya. Iapun memutuskan untuk mengambil gitar dan berjalan ke balkon untuk menikmati malam hari disana sembari bermain gitar.
Tak lama, Remi pun menyusul Dion karena ia lelah tugasnya belum selesai juga, sekaligus untuk bersantai sejenak.
"Ehh bor, sad amat kayaknya. Kenapa ege?" Tanya Remi dengan nada khasnya dalam berbicara. "Hm? Oh, gapapa. Emang lagi gini aja vibes nya." Jawabnya singkat. Remi tetap mencoba untuk bertanya tentang kondisi Dion, namun hasilnya nihil. Karena ia ingat kalau tugasnya belum selesai dikerjakan, jadilah Remi kembali ke mejanya untuk lanjut mengerjakan tugas yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Teen Fiction"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...