Beberapa hari kemudian...
08:00 KST.
Matahari sudah mulai meninggi, langit biru terang makin nampak. Cuaca hari sabtu ini terlihat cerah dengan sedikit awan. Terdengar alarm dari HP Arthur. Tak lama yang empunya HP itupun terbangun. Setelah mengumpulkan kesadaran, Arthur menyadari kalau dua temannya nampak rapi sekali, seperti ingin pergi ke suatu tempat.
Lalu Remi menanyakan Arthur apakah ia akan ikut. Sebab rencananya mereka berdua akan pergi ke Myeongdong. Namun nampaknya Arthur yang masih malas bangun dari kasur pun merasa malas untuk ikut saat itu. Jadilah hanya Remi dan Dion yang pergi. Sedangkan Arthur tetap berada di apartemen. Maka Arthur hanya menitip dibelikan makanan saja.
Pintu ditutup. Lalu Arthur kemudian kembali merebahkan diri lagi diatas kasurnya. Walau sudah pukul setengah sembilan pagi pun, rasanya kasur yang ditempati memiliki medan magnet yang cukup besar sehingga Arthur masih betah diatas kasur. Ditambah lagi dengan AC kamar yang masih menyala.
Tetap. Rasanya malas untuk beraktivitas hari itu. Arthur memainkan HP nya, mengecek berbagai media sosialnya, menonton video di Youtube, bermain games, dan lain sebagainya. Sempat ia terdiam menatap HP nya, kemudian diletakkanyalah yang dipegangnya itu dismpingnya. Lalu Arthur menatap langit-langit kamar. Melamun memikirkan banyak hal. Sinar matahari pagi nampak terang menyinari kamar apartemennya dan kedua teman baiknya itu. Beberapa menit dihabiskannya untuk terdiam menatap langit-langit kamar. Kemudian Arthur menghirup nafas panjang lalu membuangnya. Dan iapun memutuskan untuk beranjak dari ranjang itu.
Dan seperti biasanya, setelah bangun dari kasurnya ia lekas pergi mandi. Walau sebenarnya terasa sangat malas untuk mandi di hari libur, namun karena gabut, jadilah ia memutuskan untuk pergi mandi.
Seusai dari itu, rasanya mulai membosankan. Jadilah dengan motivasi 'mengisi waktu', Arthur mencuci lalu menjemur pakaian, menanak nasi di rice cooker, bersih-bersih sedikit, dan lain sebagainya. Faktanya, ia jarang sekali melakukan rentetan kegiatan-kegiatan itu kala dirumah, terutama di hari libur.
Pertama, ia mencuci pakaian-pakaian kotor yang masih belum dicuci. Mereka biasanya mencuci setiap hari, namun untuk menyetrika pakaian yang sudah dicuci bersih biasanya dalam dua hari sekali. Setelah mencuci dan menjemur pakaian, ia lanjut membersihkan beras, kemudian menanaknya di rice cooker. Sembari menunggu, Arthur pula menyapu dan mengepel ruangan. Dan setelah selesai, ia lanjut pergi ke minimarket terdekat untuk membeli beberapa bahan masakan. Kemudian setelah semua yang diperlukan sudah dibeli semua, iapun lanjut memasak.
Sembari memasak pun, Arthur menyetel lagu-lagu kesukaannya dari HP. Juga beberapa lagu-lagu yang diberikan oleh Dion dan Remi yang menurutnya cukup enak untuk didengarkan.
Iapun perlahan mulai mengolah bahan-bahan yang ada. Ketika sedang asyik memotong kentang, entah bagaimana tetapi Arthur berhenti memotong. Ia terdiam sejenak. Memandangi tangannya yang tadi sedang memotong kentang terhenti. Entah bagaimana namun mendadak perasaannya menjadi sedikit tidak enak.
"Is it just me...? I hope it is..."
Terlihat ia terdiam, seperti sedang memikirkan sesuatu. Dalam diamnya, tergambar ekspresi yang agak khawatir akan suatu hal. Entah hal apa yang dimaksudnya kala itu. Ketika ia tersadar dari lamunannya, nampak langit sudah mulai gelap karena mendung. Rintik-rintik hujan pun sudah mulai turun. Iapun segera mengangkat segala jemurannya, walau belum kering seutuhnya. Itu lebih baik daripada ia harus mencuci dua kali jika semua cuciannya itu terkena tempias air hujan.
Selesai dengan semua itu, iapun menyantap masakan yang sudah dibuatnya. Sebenarnya ia pula memasak dalam jumlah yang agak lebih, siapa tahu Remi dan Dion ingin makan nanti. Ataupula dapat dihangatkan kembali untuk makan malam.
Nampaknya hujan akan lama berhenti, sebab intensitas dari hujan tersebut tidaklah begitu ringan, dan tidak begitu berat. Mungkin akan awet hingga sore hari. Kemudian setelah selesai dengan semua rentetan kegiatan yang ada, Arthur memutuskan untuk merebahkan diri dikasur. Tak lama kepalanya menjadi agak pusing. Nampaknya ia menyadari sesuatu. Kemudian Arthur menuju ke meja belajarnya dan dibukanyalah sebuah laci kecil berisi sebuah plastik. Didalamnya terdapat sesuatu. Ia langsung mengambilnya. Dan sebenarnya karena kepalanya yang terasa makin berat, ia membuka lacinya dan mengambil barang didalamnya dengan dada yang berdebar lumayan kencang. Terasa emosinya seketika menjadi sangat tidak stabil. Terdengar suara gumaman pelan disela-sela hal itu.
"Why must now? Where is it...?"
***
"Gils capek juga ya tadi."
"Iyaa. Mana pake ada ujan segala."
Terlihat agak lelah namun juga lumayan puas. Itulah yang dapat menggambarkan keadaan Dion dan Remi kala itu ketika baru saja sampai di apartemen. Ditambah lagi dengan hujan dadakan membuat mereka harus mengeluarkan usaha yang lebih untuk pulang ke apartemen.
Tak lama kemudian, mereka menyadari kalau sedari tadi Arthur tak nampak disana. Remi pun memutuskan untuk mengecek ke kamar. Terlihat ternyata Arthur sedang tertidur. Terdengar pula suara dengkuran pelan darinya.
Kemudian, Dion memanggil Remi ke ruang makan, sebab disana sudah tersedia makanan bagi mereka. Remi berkesimpulan bahwa Arthur lah yang membuat semua itu. Ia tidur sebab mungkin saja karena Arthur kelelahan, karena terlihat pula baju-baju yang sudah dicuci sedang dijemur. Padahal sesaat sebelum mereka pergi, nampak sekali bahwa baju kotor agak menumpuk didalam baskom. Remi pun berdiri dan keluar dari kamar.
Kisaran 30 menit kemudian, Arthur baru terbangun dari tidurnya. Dia sudah lebih baikan. Iapun keluar dari kamar dan mendapati Remi dan Dion sudah pulang. "Wess, baru bangun." Iapun menjelaskan bahwa semua hal itu dilakukannya karena gabut, serta untuk mengisi waktu luang juga. Sebuah alasan yang memang logis, dan Remi pun menganggukkan kepala tanda mengerti maksud dari perkataan Arthur.
"Eh beli apa aja nih?"
"Liat ae gidah."
Nampaknya yang baru pulang tak lupa membeli beberapa hal. Diantaranya ialah cemilan dan berbagai macam minuman. Hitung-hitung sebagai stok untuk hari mendatang. Maklum, hobi ngemil mereka bertiga sudah mendarah daging. Tak jarang sesekali cemilan yang sama menjadi bahan perdebatan mereka, sebab disuatu waktu, tiga sekawan itu berebut cemilan yang sama dan kebetulan jumlahnya hanya sisa satu. Tetapi pada akhirnya, tetap cemilan tersebut dimakan bersama. Namun anehnya, walau demikian tetapi tubuh mereka tidaklah menjadi out of shape. Sedikit gemuk namun dengan tubuh tinggi diatas 175 sentimeter. Jadi tidak begitu terlihat. Sungguh sebuah keberuntungan.
Setelahnya, beberapa saat kemudian, Dion mengajak kedua temannya untuk besok pagi melakukan jogging bersama-sama. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba ingin melakukan hal itu. Dan iapun juga meminta untuk Arthur menemaninya sebentar untuk membantunya kembali meregangkan otot - otot tubuhnya dengan cara yang sama seperti mereka sedang latihan silat disekolah. Tak lupa dengan memantapkan teknik-teknik tertentu juga. "Wess ngikut dong eug. Penasaran nih latihan silat tuh gimans sih." ucap Remi yang langsung di-iyakan oleh Dion dan Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Teen Fiction"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...