#3 - Gabut

33 14 3
                                    

   "How..."

   Hari baru dimulai. Matahari mulai muncul diujung timur. Langit malam mulai terganti perlahan. Gradasi warna biru tua dengan oranye sungguh memukau mata ketika sang fajar mulai merekah tiap pagi.

   Bunyi alarm HP dikamar Arthur berbunyi beberapa kali. Terlihat ia masih sangat pulas tertidur diatas kasurnya. Setelah beberapa menit, matanya mulai perlahan mengerjap. Lalu mengucek sedikit matanya sembari membersihkan kotoran yang ada dimatanya. Terlihat rambut berantakan khas orang ketika baru bangun dari tidur. Kala itu hari sabtu, dan jam menunjukkan pukul 08:36. Dan seperti halnya remaja lain, ia mulai berselancar ria di internet sekaligus mengecek berbagai sosmed miliknya.

   Setelah beberapa menit, ia selesai mengumpulkan kesadaran dan niat untuk mandi. Malas rasanya apabila harus mandi diwaktu yang terhitung masih agak pagi, karena hari itu merupakan hari libur. Terlebih lagi sebenarnya ia tidak memiliki jadwal atau kegiatan apapun untuk dilakukan hari itu.

   "Dahlah gue ngenolep aja dikamar lagi." batinnya ketika sedang menuju lantai satu untuk mengambil handuk lalu mandi. Walau sebenarnya malas, tapi lebih baik daripada tidak melakukan apapun.

   "Asik, kebo baru bangun." ucap Josia tiba-tiba ketika melihat Arthur berjalan menuruni tangga ke lantai satu. Arthur hanya membalas lawakan Josia dengan jitakan "Bacot".

   15 menit kemudian.

   Setelah selesai dengan segala macam urusannya di kamar mandi tadi, kemudian Arthur menuju dapur untuk mencari sarapan yang tidak sulit untuk dibuat. Bahkan membuat 2 potong roti dengan meises saja rasanya agak malas baginya. Jadilah pilihannya jatuh pada sereal dan susu. Karena mudah untuk disajikan. Lalu kemudian Josia datang untuk juga melihat makanan yang dapat dimakan.

   "Lo ga kemana-mana hari ini?" tanya Josia padanya. "Gak. Gaada sih. Males juga gue." Setelahnya Arthur membawa sebungkus sereal dan susu ke kamarnya di lantai dua. Tak lupa beberapa cemilan ringan juga ia bawa, hitung-hitung sebagai stok cemilan untuknya ketika sedang menolep ria dikamarnya.

   Jam menunjukkan pukul 09:12. AC dikamarnya kembali dinyalakan, yang sebelumnya sudah dimatikan ketika ia terbangun jam setengah enam pagi tanpa alasan apapun. Kamarnya yang tidak terlalu besar namun tertata rapi terasa begitu nyaman apabila berada disana selama seharian. Dengan tembok berwarna abu-abu dan krem, serta beberapa barang didalamnya. Seperti meja belajar, PC set, lemari pakaian, dan lain sebagainya. Bahkan dibawah kasurnya terdapat laci kecil yang menempel bersama dengan kerangka tempat tidurnya yang biasanya ia isi dengan cemilan-cemilan ringan.

   Sesampainya dikamar, ia meletakkan semangkuk sereal dengan susu diatas meja belajarnya, serta menaruh beberapa cemilan yang ia ambil sebelumnya di laci bawah tempat tidurnya. Kemudian Arthur mulai menyalakan PC nya. Waktu itupun rasanya malas apabila harus keluar kamar karena suasana diluar kamar agak ribut dan bising dengan berbagai macam suara. Namun dikamar Arthur justru kebalikannya. Tak heran apabila ia sangat betah dikamarnya.

   Musik mulai diputar di portable bluetooth speaker miliknya. Dan selang beberapa menit kemudian, komputer sudah menyala dan sedang memainkan games yang dipilih Arthur.

   Dari luar jendela mulai terdengar suara air mengenai kaca jendela. Ternyata diluar mulai turun hujan. Hal tersebut membuat Arthur semakin merasa nyaman berada didalam kamarnya karena suasana dan vibes yang sangat mendukung, baik dari luar rumah maupun dari dalam kamarnya sendiri.

   Ding ding.

   Bunyi tersebut berbunyi dari komputer Arthur. Ternyata beberapa teman kelasnya sedang ber-call ria di aplikasi Discord. Mungkin mereka sedang asyik mabar game tertentu. Jadilah iapun ikut serta dalam call tersebut.

   Dua jam berlalu, tetiba kemudian Dion pun meng-call nya melalui salah satu server Discord yang berisikan mereka berdua, Remi, dan juga salah satu adik kelas yang merupakan teman Dion.

   "Oit."

   "Ya?"

   "Ok."

   Sungguh sebuah pembukaan percakapan yang sangat tidak jelas untuk Arthur, Dion, dan Remi. Dan entah bagaimana mereka justru tertawa dengan inside jokes mereka tersebut. Setelahnya merekapun mulai mengobrol ria dan bercanda. Dan memang seperti biasa, saling teasing satu sama lain sudah seperti menjadi budaya bagi mereka. Walau seperti biasanya juga bahwa Arthur yang paling sering kena teasing, namun mereka tetap dapat menikmati percakapan random itu. Tak terasa, sudah pukul 13:30. Hujan pun sepertinya sudah mulai reda, bahkan hanya seperti rintik-rintik saja.

   "Eh cuy kita gabut dah hayuk. Kemana kek gitu." ucap Dion yang mulai kehabisan topik. Arthur yang masih merasa nyaman berada dikamarnya merasa agak malas. "Males gue, pw banget nih dikamar". Dan pada akhirnya merekapun setuju untuk berencana pergi ber-gabut ria ke tempat favorit Remi; Senayan. Walau malas, tetapi tidak apa-apa bagi Arthur daripada ia harus diteriaki ibunya karena terus-menerus berada dikamar seharian.

***

   "De, jaket koko dimana?"

   Mulai nampak rapi. Tergambar dari Dion yang entah bagaimana antusias dengan rencana gabutnya kala itu. "Mana saya tau, saya kan ikan." ujar adik Dion usil dan malas karena ia sedang berfokus pada game yang dimainkannya di HP miliknya. Terkadang Dion hanya heran saja dengan tingkah adiknya yang random, walau ia sendiri pun tak jauh berbeda.

   "Asik koko mau jalan ama cewe." gurau adiknya itu yang makin usil karena melihat Dion ingin jalan-jalan keluar dengan pakaian yang sebenarnya ber style casual dan tidak terlihat repot. "Sotoy lo ikan." balasnya demikian. Jam pun sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Langit pun sudah mulai cerah lagi.

   Setelah selesai merapikan pakaian, ia kembali mengecek dompetnya agar tidak ada yang tertinggal, terutama sejumlah uang yang akan ia gunakan nanti. Entah untuk berkuliner ataupun sekedar ber-gabut ria dengan menaiki transportasi umum secara asal tanpa rute yang jelas. Hitung-hitung sebagai jalan-jalan keliling Jakarta.

   Setelah selesai mengecek semuanya, iapun bersiap untuk berangkat ke stasiun MRT Fatmawati. Dan ternyata ibunya pun memberikan uang tambahan untuknya. Ibunya melakukan hal tersebut karena tahu anaknya akan pergi jalan-jalan bersama teman-teman anaknya yang ia sendiri sudah tahu bagaimana tingkah lakunya yang terbilang baik.

   "Jangan lupa ko, bawa pulang cewenya kerumah." masih saja adiknya bergurau demikian. Dion yang daritadi ingin membalas sedikit gurauan adiknya pun langsung bersuara. "Iya nanti koko bawa pulang gitar tele yang kemaren koko liat di IG, yang ganteng itu..." Adiknya yang nampaknya sudah antusias pun dibuat agak kesal karena tahu bahwa andaikan kakaknya itupun membeli gitar tersebut, ia tidak akan dipinjamkan.

   Selesai dengan semua itu, Dion berpamitan. Dan kebetulan pun, ojek online pesanannya sudah datang menunggu didepan rumah. Iapun bergegas menaiki motor ojek online tersebut, karena mungkin Arthur dan Remi sudah menunggunya di stasiun MRT disana.


Spring Day: Disguised MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang