Jikalau Remi dan Arthur sedang menginap dirumah Dion, di lain tempat, Rachel sedang berada dirumahnya. Ia pula ditemani Zefa yang sedang asyik ber-chatting ria bersamanya. Membicarakan mengenai banyak hal. Sesekali Zefa iseng menanyakan mengenai Arthur kepadanya. Disamping itu, Rachel pun sembari mencicil kerjaannya untuk mengedit video dan poster. Sebab ia pada saat itu ditugaskan untuk menjadi editor poster dan suatu video untuk sekolah.
Beberapa menit kemudian, Rachel iseng mengirim pesan chat ke Agnes. Sebab pada saat itu kontak Agnes masih terlihat online. Jadilah Rachel saat itu ditemani dua orang untuk menjadi penemannya sembari menyelesaikan pekerjaan editingnya itu. Sesekali ketika bosan pun, ia mulai menggambar hal apapun. Sebab menggambar merupakan hobi pertamanya yang ia temukan sejak kecil.
Setelahnya, apa yng dikerjakan pun telah beres. Dan iapun menyempatkan waktunya sedikit untuk membaca-baca berbagai macam hal, seperti fakta-fakta tentang dunia, kesehatan, sosial, dan lain sebagainya. Entah namun ia lumayan tertarik dengan bahan bacaan ringan seperti itu. Seusai itu, beristirahat menjadi pilihan yang diambil, sebab mengingat sudah sangat larut malam, dan ia masih saja terjaga. Jadilah setelahnya, tak lama seusai kegiatan baca-membaca, Rachel pun terlelap diatas kasurnya.
***
"Jir serem juga ternyata."
Arthur bergumam pelan. Ia mendadak terbangun dari tidurnya yang lumayan nyenyak. Awalnya hal tersebut terasa janggal karena Arthur terbangun tanpa alasan yang jelas. Bagaimana tidak, jam setengah tiga pagi tiba-tiba saja ia kembali terjaga. Namun ternyata tak lama kemudian, ia merasa harus pergi ke toilet sebab "panggilan alam" lah yang membangunkannya ditengah malam itu.
Arthur turun ke lantai satu. Memang kebiasaan dirumah Dion ialah di ruang-ruang utama seperti ruang tamu dan ruang keluarga terdapat lampu kecil yang biasa dinyalakan ketika malam dan penghuni rumah sudah mau pergi tidur. Dengan alasan apabila ada yang mendadak terbangun untuk pergi ke toilet, orang tersebut tidak akan kesusahan untuk melihat arah ia berjalan.
Memang tak dapat dipungkiri, rumah yang terkesan lumayan luas dan besar identik dengan kesan yang lumayan seram apabila sudah di malam hari. Walau ada penerangan sedikit, tetap saja tiap ruangan terasa "kosong" dan seram. Awalnya ia berpikir bahwa akan muncul semacam 'jumpscare' layaknya di film-film horor. Namun ia percaya rumah Dion aman dari segala macam hal tersebut. Mungkin itu hanya pikirannya saja yang sudah berimajinasi liar lebih dulu.
Setelah selesai dengan segala urusannya di toilet, iapun kembali menuju ke kamar Dion. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya agar tidak menimbulkan suara. Tidak enak rasanya jika mendadak tuan rumah terbangun karena tamu.
Sesampainya dikamar Dion, terlihat dua kawan baiknya masih tertidur pulas. Arthur menghela nafas panjang. Entah apa yang ada dipikirannya kala itu, namun ketimbang kembali ke kasur untuk melanjutkan mimpinya, ia justru duduk di tempat duduk dekat jendela. Maka orang yang duduk disitu dapat langsung melihat pemandangan diluar. Sebenarnya itu bukanlah tempat untuk duduk, namun karena tempat tersebut memiliki space kosong persis didepan jendela yang cukup untuk ditempati, jadilah tempat tersebut dapat disebut tempat duduk
Arthur duduk disana. Menyenderkan kepalanya ke jendela, menatap keluar. Melamun. Memikirkan banyak hal. Tatapannya kosong. Pikirannya terbang menjelajah. Memikirkan ini dan itu. Membatin ditengah kesunyian. Entah bagaimana, walau tatapannya kosong, namun kala itupun hal tersebut dapat berbicara mengenai banyak hal.
Beberapa saat kemudian, Arthur tersadar dari lamunannya. Tak terasa ia sudah duduk dan berada disana sekitar dua puluh menit lamanya. Iapun memutuskan untuk kembali tidur. Sebelum tidurpun, ia terdiam menatap langit-langit kamar. Dan sebelum ia tertidur, gumaman kecil terdengar.
"Keep going. Don't lose hope. It's gonna be okay."
***
Matahari mulai menampakkan dirinya diujung timur. Arunika nampak indah dipandang mata. Memancar seperti halnya sebuah harapan baru telah tiba kembali. Ketiga sekawan itu nampaknya sudah kembali dari alam mimpi dan khayalan masing-masing. Setelah selesai mengumpulkan kesadaran, mereka tidak langsung beranjak dari kasur, namun lagi-lagi mengecek HP masing-masing. Terlebih lagi baterai HP Arthur dan Remi sudah terisi penuh. Karena kehabisan kuota, Arthur menggunakan Wi-Fi rumah Dion untuk membeli kuota menggunakan pulsa cadangan yang sengaja ia simpan apabila dibutuhkan.
Rencananya sore ini Arthur dan Remi akan pulang ke rumah masing-masing. Mengingat besok merupakan hari senin dan mereka mau tidak mau harus kembali pergi ke sekolah. Walau sebenarnya malas. Merekapun kemudian bergilir, bergantian untuk mandi.
Setelah ketiga sekawan itu selesai, kemudian mereka mulai ber-vibin' ria dikamar Dion. Entah dengan memainkan alat musik, ataupun sekedar mengobrol ringan. Kemudian Remi melanjutkan obrolan dengan membahas sesuatu yang sebenarnya tidak begitu penting.
"Eh, semalem kok gue agak merinding ya?"
"Halah, lebay lo. Paling kedinginan doang." balas Arthur singkat.
"Kagak. Bukan itu. Tapi semalem kan gue sempet kayak kebangun dikit gitu. Dan gue liat kayak ada yang lagi duduk-duduk gitu deket jendela." jelas Remi panjang mengenai apa yang dilihatnya semalam, yang sebenarnya ia maksud adalah Arthur. Mungkin ia tidak menyadarinya.
"Oohh... Oke bang halu, serah lo aja deh." balas Dion tidak percaya, karena ia sangat yakin bahwa itu hanyalah efek ketika seseorang mendadak terbangun, jadilah bisa jadi apa yang dilihatnya ialah imajinasi belaka. Arthur yang mendengar itu agak kaget, karena ia mengira kalau diwaktu itu, hanya Arthur sendiri yang terbangun. Ternyata Remi melihatnya, namun tidak menyadari kalau yang ia lihat adalah Arthur. "I'm glad it doesn't come out loudly last night,". Sebab sebenarnya semalam Arthur menahan rasa sakit kepalanya yang mendadak datang karena perasaannya yang mendadak naik-turun dan menjadi tidak stabil. Ia juga mencoba menahan dirinya agar tidak terpengaruh dari segala hal-hal buruk yang menghantui pikirannya akhir-akhir ini. Namun setidaknya, ia senang dapat memberi waktunya untuk quality time dengan kedua teman terdekatnya itu.
Menjelang siang, perut mereka mulai mengadakan konser tunggal dadakan. Maka dari itu, ketimbang membeli makanan siap saji, diputuskan untuk mereka memasak sendiri untuk makan siang kala itu. Ayah, ibu, serta adik Dion sedang keluar rumah sejak pagi tadi. Dan mungkin baru akan pulang ketika menjelang malam. Jadilah hanya mereka bertiga berada disana.
Singkatnya, proses masak-memasak yang agak ricuh itupun usai. Memang untuk beberapa orang, memasak merupakan hal yang lumayan sulit. Arthur dan Remi yang sudah terbiasa membantu ibu mereka memasak dirumah pun mendadak menjadi agak berantakan karena memasak bersama kawannya yang terbilang bobrok membuatnya tak bisa fokus untuk mengerjakan yang harus dikerjakannya. Sebab ia tak bisa menahan tawa, juga keinginannya untuk terus melanjutkan jokes yang sedang dibicarakan.
Setelah selesai dengan semua proses itu, dan juga selesai menyantap makan siang buatan mereka itu, entah bagaimana namun Arthur memutuskan untuk tidur siang, mungkin karena ia sedikit mengantuk sekaligus lelah dengan acara memasak dadakan tadi beserta dengan kerusuhan-kerusuhan yang ada. Kebetulan memang sekarang jam satu siang, serangan kantuk pun biasa terjadi disaat-saat seperti itu. Sedangkan Dion dan Remi asyik dengan obrolan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Novela Juvenil"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...