"Thur, bangun. Ayo siap-siap ke sekolah."
Arthur mengerjapkan mata. Terdengar suara Mama Tasia membangunkannya. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 4:50, tanda ia harus segera bangun dari tidurnya dan bersiap-siap untuk ke sekolah. Karena mereka diminta berkumpul disekolah pukul enam pagi, maka Arthur harus mulai mandi dari sekarang, supaya dapat menghemat waktunya nanti. Sesaat setelah mengumpulkan kesadaran, ia mengambil handuk dan pergi mandi.
Selesai dengan itu, Mama Tasia sudah menyiapkan sarapan untuknya dan juga tak lupa untuk kedua adik beserta ayahnya. Namun kali ini Arthur harus sarapan lebih dulu dari yang lain. Ketika ia sedang menyantap sarapannya, Josia dan Elizabeth baru saja kembali dari alam mimpinya.
Selesai menyantap makanan, ia kembali merapikan seragamnya dan mulai mengecek kembali barang-barang bawaannya agar tidak tertinggal. Sungguh pagi hari yang lumayan merepotkan, namun tidak apa-apa. Sebab hal seperti ini mungkin saja tidak akan pernah terjadi lagi dimasa mendatang.
Kemudian ia menyalakan motornya untuk dipanaskan terlebih dahulu. Arthur kembali mengecek barang bawaannya. Setelah 5 menit, motor Arthur siap digunakan. Tak lupa sebagai anak yang baik, ia berdoa terlebih dahulu sebelum berangkat. Namun ternyata Arthur tidak jadi menggunakan motor, sebab ayahnya lah yang akan mengantarnya ke sekolah menggunakan mobil. Setelah dipikir-pikir, memang mustahil apabila mengendarai motor sembari membawa koper dan banyak barang bawaan lainnya.
Sebelum ia berangkat pun, Mama Tasia memberinya tambahan uang saku. Walau nanti segala macam biaya beserta uang saku mereka sudah ditanggung, dan sebenarnya orangtua tidak perlu memberikannya lagi, namun Mama Tasia tetap mau memberikan tambahan untuknya. Hitung-hitung jika Arthur ingin membeli sesuatu disana. Total yang diberikan Mama Tasia kepada Arthur sekitar satu juta rupiah.
Setelah semua persiapan selesai dan barang-barang Arthur sudah masuk bagasi mobil, ia berpamitan dengan Mama Tasia dan kedua adiknya. Setelahnya ia masuk ke dalam mobil. Lalu mobil itupun melaju, meninggalkan rumah Arthur.
***
"Iyaiya ini gue lagi otw."
Sekolah masih terlihat cukup sepi. Kala itu pukul 05:50. Jadi belum banyak siswa yang datang. Namun nampak para siswa yang akan berangkat ke bandara sudah mulai berdatangan. Tak lama, Agnes pun datang. Ia merupakan salah satu dari dua belas siswa yang terpilih itu. Ia melihat Remi yang baru saja selesai menelepon Arthur dan Dion. Merekapun saling bertegur sapa. Tak lupa Agnes pun merapikan sedikit rambutnya yang tertiup angin beberapa kali.
"Wess ke Korea kita men." ucap Agnes pada Remi. "Iyaa, yaa walau gue ga tertarik amat ama Korea, tapi lumayanlah, gratis. Hahaha." balasnya dengan candaan-candaan khasnya. Merekapun mengobrol ria disana. Lima menit kemudian, Arthur dan Dion pun datang, kebetulan mereka sampai disekolah dalam waktu yang bersamaan.
Sesampainya disana, hal pertama yang Arthur ucapkan ialah bahwa ia benar-benar heran karena Remi benar-benar membawa gitarnya. Begitupun Dion dengan cajon nya. Untunglah Arthur membawa miliknya, setidaknya agar ia tidak menjadi yang pongo ketika nanti kedua temannya itu sedang bermusik ria disana.
Tepat jam 6 pagi, kepala sekolah datang ke lapangan tempat para siswa itu berkumpul dan memberikan arahan serta nasehat singkat pada mereka. Siswa-siswi lain pun hanya melihat dari balkon depan kelas mereka masing-masing. Sekitar lima belas menit bapak itu berbicara. Nanti ia akan menginfokan lagi ketika mereka akan segera berangkat.
"Jir kok gue deg-degan ya haha."
"Gila, dream come true banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Teen Fiction"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...