"A choice to never leave the bed again..."
Terdengar suara seseorang sedang bernyanyi. Bersamaan dengan memainkan gitar. Suara tersebut berasal dari kamar. Ternyata Dion lah yang sedang melantunkan melodi salah satu lagu kesukaannya beserta dengan petikan dan genjrengan dari gitar Remi yang sedang ia pinjam. Terlihat Arthur dan Remi juga berada disana. Namun dengan kegiatan mereka masing-masing.
Sebuah pemandangan biasa. Tak ada sesuatu spesial. Sibuk dengan dunianya masing-masing. Yang satu sibuk bermain gitar dengan membuat riff, yang satu sibuk bermain game, dan yang satu lagi sibuk dengan editing yang sedang ditekuni. "Eh kopi gue tadi mana?" Tanya Arthur mencari minumannya yang direspon kedua temannya itu dengan kedua bahu mereka diangkat.
Tak terasa, sudah beberapa waktu lamanya mereka berada di Korea Selatan. Bersekolah dengan cara yang sedikit berbeda dari di Indonesia, juga dengan lingkungan yang pada awalnya terasa sangat asing karena terhalang oleh dinding bahasa. Namun sudah lumayan banyak pengalaman yang mereka dapatkan. Juga hal-hal menarik pun dialami satu persatu setiap harinya.
***
Jika mereka berada ditempat itu, rasanya banyak sekali hal menarik yang dijumpai. Namun bukan berarti semuanya selalu berjalan dengan baik.
Kala itu sedang jam makan siang. Seperti hari-hari biasanya para siswa berkumpul ke daerah kantin untuk menyantap jatah makan siang mereka. Kala itu Dion sedang sendiri disana tanpa ditemani Remi, Arthur, ataupun Hyeonsu dan Yunyeong. Sebab mereka sedang ada sedikit urusan dengan guru.
Singkatnya, Dion selesai dengan urusan makan siangnya. Iapun berniat untuk berjalan-jalan keliling sekolah. Dan ketika sampai di lantai 4, tepatnya didekat ruang laboratorium kimia, Dion mulai merasakan hal tidak mengenakkan disana. Sebab memang koridor itu jarang dilewati oleh guru ataupun siswa.
Tak lama, sesaat kemudian terdengar dari belakang suara langkah beberapa orang yang lebih terkesan setengah berlari. Namun nampaknya Dion agak terlambat. Ketika ia akan menengok ke arah belakang, sudah nampak 4 siswa sekolah itu menangkapnya dan menyeretnya ke salah satu ruang laboratorium didekat situ.
Iapun dibawa ke dalam laboratorium kimia. Mereka mengunci pintu lab dan menutup gorden ruangan tersebut. Terdengar mereka sedang berbincang sedikit dengan bahasa Korea. Kemudian keempat siswa itu mengajak Dion untuk mengobrol sedikit, tepatnya menginterogasi dirinya. Nampaknya keempat siswa itu merupakan beberapa diantara sekian banyaknya orang yang merupakan fans dari Yunyeong. Dan mereka terlihat sangat tidak suka ketika Dion sering mengobrol dengan Yunyeong, bahkan sempat jalan-jalan berdua dengannya.
Ya, jelas sekali setelahnya Dion sempat dua kali dipukul oleh salah satu anak yang terlihat paling dominan diantara tiga lainnya. Nampaknya diantara keempat anak itu, yang satu ini merupakan anak yang sangat tempramental. Jelas sekali nampak kalau ia sangat kesal dengan Dion.
"Remember this, you foreigner. If you dare to talk or go out with Yunyeong again, I'll make sure you and your other two friends will be in serious trouble." Ucap anak tempramental itu mengancam Dion dengan nada bicara yang sangat mengintimidasi. Iapun menegaskan kalau mereka tidak punya hak sama sekali karena mereka hanyalah pendatang yang hanya berada disana dalam kurun waktu yang tidak lama. Dan sekali lagi ia memukul Dion lalu kemudian mereka berempat pun pergi keluar dari lab kimia itu. Anak itu sengaja tidak memukulnya di daerah wajah namun disekitar perut dan dada, agar bekas pukulannya tidak terlihat secara langsung.
Sebelum keluar pun, ia sempat berhenti sejenak dan kembali mengancam kalau Dion berani menceritakan mengenai apa yang terjadi padanya di lab kimia hari itu kepada siapapun, ia bersumpah untuk membuat hidup Dion selama di Korea akan menjadi mimpi buruknya.
Setelah keempat siswa itu keluar, Dion masi diam terduduk dipojok lab kimia sembari meringis menahan rasa nyeri dari bekas pukulan anak itu di perut dan dadanya. Terkesan lumayan licik karena selain membuatnya ingin muntah, namun juga sempat nafasnya terasa sesak karena satu pukulan yang mendarat tepat di bagian dadanya. Dan sembari menahan rasa nyeri, ia terdiam dan memikirkan banyak hal. Kala itu terasa familiar baginya. Dan rasa takut dan kecewa mulai memenuhi isi pikirannya.
"Please, don't."
Dion pun keluar dari lab itu dan berjalan kembali ke kelas. Sebenarnya tadi ia sempat muntah sedikit karena memang efek yang ditimbulkan dari pukulan anak itu. Untung saja ia membawa satu kantong plastik kresek.
Sembari berjalan menuju kelas, ia masih berpikir berulang-ulang untuk menceritakan hal itu pada kedua teman baiknya. Karena takut akan beberapa hal selain dari ancaman anak murid tadi. Dion pula tidak ingin orang lain menjadi terlibat dalam masalah ini.
Dion pun berjalan kembali ke kelas. Ketika sampai disana, nampak teman-teman sekelasnya sedang asyik mengobrol bersama. Iapun berjalan perlahan sembari menahan rasa nyeri di perutnya yang masih tersisa sedikit. Diharapkan tidak ada yang menyadari mengenai kondisinya kala itu. Tak lama bel masuk pun berbunyi dan pembelajaran pun kembali berjalan seperti biasa. Sempat sesekali Yunyeong mengajak bicara Dion tentang beberapa hal. Dion pun tetap merespon, namun hanya lebih membatasi saja.
***
Malam yang biasa. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sembari menikmati cemilan larut malam. Memang mereka sudah mulai terbiasa dengan hal itu. Mengerjakan tugas hingga larut malam. Sebab peraturan mengenai pengumpulan penugasan disekolah mereka kala itu sangatlah ketat. Apabila telat sedikit saja akan langsung diberi sanksi tertentu.
"Bentar ya gue mau ke kamar mandi dulu." Ucap Dion yang kemudian beranjak dari kursi meja belajarnya. Iapun membawa serta minyak tawon bersamanya untuk mengobati luka bengkak yang ia punya. Dan memang hingga saat itu Dion tidak dapat mengatakan apapun mengenai hal yang dialaminya ketika sedang waktu jam makan siang disekolah tadi. Perlahan ia mengoleskan minyak tawon itu sembari berharap bengkaknya cepat menghilang. Walau bengkaknya tidak besar, namun tetap saja terasa nyeri. Tak lama Dion pun kembali dari kamar mandi dan melanjutkan mengerjakan tugas-tugasnya.
Singkatnya, malam pun makin larut. Mereka bertiga sudah selesai mengerjakan segala tugas yang diberikan. Nanpaknya Dion belum dapat tertidur dikala kedua teman baiknya sudah terlelap pulas dan sedang asyik menjelajahi dunia mimpi mereka masing-masing. Pikirannya masih terpaku pada kejadian tadi siang. Memang terasa familiar baginya. Lebih tepatnya ialah perasaan yang mirip dengan perasaan yang dirasakannya ketika ia mengalami kejadian serupa dimasa lalu. Takut, kecewa, dan sebagainya hinggap di pikirannya. Sungguh Dion tidak ingin hal itu membuat orang lain menjadi repot dan terbebani karenanya. Iapun memilih untuk diam. Sembari menatap langit-langit kamar, Dion menarik nafas panjang dan kemudian merebahkan dirinya dikasur. Berharap apa yang ditakutkannya tidak betul-betul terjadi di kemudian hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Teen Fiction"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...