Ramai dan padat. Dua kata yang dapat dengan jelas menggambarkan keadaan jalan di Senayan kala itu. Tak heran karena hari itu merupakan hari sabtu, jadilah banyak orang yang mengunjungi tempat tersebut, atau hanya sekedar melewatinya saja. Langit sore pun nampak lumayan indah walau agak tertutup dengan sedikit awan. Gerbong MRT yang membawa ketiga remaja itupun tiba di stasiun Senayan.
Sesampainya disana, tujuan pertama mereka ialah ke salah satu mall yang berada dekat dari stasiun tempat mereka turun barusan. Sebenarnya hingga ketika sampai di stasiun Senayan, merekapun masih tidak tahu harus kemana dan apa jika sudah sampai. Jadilah sekarang yang dilakukan oleh mereka adalah hal spontan tanpa perencanaan apapun.
"...Jadi sekarang mau ngapain?" tanya Remi yang sudah ngeblank sejak awal karena perencanaan dadakan itu. "Ngemil aja dulu kali ya? Nyari-nyari makanan apa gitu, tapi yang ga berat dulu gitu." Spontan Arthur langsung mengiyakan usulan Dion karena iapun sudah gatal ingin mulai membeli berbagai macam makanan ringan.
Selama beberapa menit berselang, ketiga teman tersebut berkeliling mencari makanan ringan yang pas untuk dibeli. Walau beberapa diantaranya terbilang agak mahal untuk ukuran kantong anak SMA, tapi tidak apa-apa. Sesekali mengeluarkan uang lebih untuk kebahagiaan dan quality time terkadang terasa lebih berharga dibanding membeli barang.
Tak terasa jam menunjukkan pukul 17:45. Setelah membeli beberapa makanan ringan, merekapun mencari tempat atau food court untuk duduk disana menunggu jam makan malam, juga sekaligus untuk mengobrol ria dan menikmati suasana jalan-jalan dadakan dari Dion tersebut. Arthur yang terkadang ketika sedang gabut dan melihat sesuatu yang bagus untuk kameranya, mendadak ia memiliki hobi fotografi. Padahal sebenarnya fotografi bukanlah hobi yang sangat Arthur tekuni.
Suasana hangat mengudara. Food court yang ramai dan padat, ditambah dengan suara obrolan dan tawa dari setiap pengunjung yang ada membuat rasa hangat menjadi kental disana, terutama bagi ketiga remaja sekawan itu. Topik obrolan silih berganti. Dan ketika sudah masuk jam makan malam pun, suasana hangat itu tetap bertahan.
Seusai mengisi perut, merekapun kembali ngeblank ria. Setelah beberapa menit, Remi pun mengusulkan untuk pergi ke tempat karaoke. Karena ketiganya belum pernah berkaraoke ria ditempat karaoke asli. Dan singkatnya, entah bagaimana merekapun setuju dengan usulan itu. Dion memesan jasa gocar segera setelah mereka setuju, untuk menghemat waktu dan juga agar nanti ketika selesai berkaraoke ria pun tidak sampai terlampau malam.
Sesampainya di tempat karaoke tersebut, mulailah mereka melihat-lihat tempat yang baru pertama kali mereka kunjungi. Pada awalnya Arthur pun sempat agak bingung juga, sebab penerangan yang ada di tempat itu terbilang agak remang-remang.
Setelah selesai memesan ruangan dan cemilan, merekapun bergegas masuk ke ruangan yang sudah dipesan dan mulai bernyanyi ria. Padahal hanya soal bernyanyi bersama, namun mereka sangat menikmati momen sederhana itu. Dan satu hal yang menarik di hari itu bagi mereka ialah ketika ketiga sekawan itu tiba-tiba ditawarkan cocktail dan sejenis minuman beralkohol lainnya. Spontan mereka menolak. Entah atas dasar apa pelayan tersebut berpikir bahwa mereka akan serta mengonsumsi minuman sejenis itu. Dan entah bagaimana, awalnya Remi justru iseng dengan berkata bahwa ia ingin sebotol dari minuman tersebut. Sungguh memiliki teman iseng seperti spesies Remi memang merupakan sebuah keberuntungan karena orang dengan sifat seperti itu jarang ditemui. Walau terkadang terkesan menyebalkan, namun tetap saja, ia adalah Remi.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Sudah waktunya untuk mereka pulang ke rumah mereka masing-masing. Setelah selesai bergabut ria bersama-sama, walau dengan perencanaan yang begitu mendadak, namun tetap dapat dikatakan bahwa jalan-jalan mereka kali ini berhasil.
***
Sesampainya di stasiun MRT Fatmawati, merekapun mulai sibuk dengan HP masing-masing untuk segera memesan ojek online. Ketika akan memesan jasa ojek online, mendadak HP Remi mati karena kehabisan baterai. Begitupun dengan Arthur yang kehabisan kuota internet, dan juga baterai. Pada awalnya mereka menjadi kebingungan. Mengapa tidak, sebab mereka berada disana diatas jam 23:30 malam dan jarak antara stasiun tersebut dengan rumah mereka terbilang lumayan jauh. Namun tetiba demikian Dion spontan memecah kebingungan.
"Mending lo berdua kerumah gue aja. Nginep gitu. Besok baru balik." ujarnya demikian "Rumah lo aja yang paling jauh kalo diukur ama rumah gue. Mending langsung balik rumah." balas Remi yang masih agak kebingungan.
"Mau lo berdua tetep disini? Kalo mau yaudah gue mau balik. HP lo berdua gabisa dipake buat order ojeknya kan? Yaudah babay." ucap Dion yang kemudian langsung direspon dengan persetujuan Arthur dan Remi untuk menginap dirumah Dion. Karena memang sudah sangat malam dan tidak ada pilihan lain lagi. Jadilah mereka malam itu akan menginap dirumah Dion. Dan seperti biasa, mereka mengabari dahulu ke orangtua masing-masing bahwa mereka untuk malam ini akan menginap dirumah Dion, dan tentu saja menggunakan HP Dion.
Setelah selesai dengan semua itu, gocar yang dipesan pun sudah sampai. Segera merekapun masuk dan duduk didalam mobil itu. Terlebih lagi Dion dan Arthur sudah mulai merasa ngantuk.
"Udeh gue didepan aja duduknya. Lo berdua kan masih bocah, gidah tidur kalo udah ngantuk. Gue mau ngobrol ama pak sopirnya. Yoi ga pak?" ujar Remi yang memilih duduk di kursi depan samping pak sopir. Si pak sopir hanya tertawa melihatnya sembari mengobrol ria dengan Remi. Dion dan Arthur yang memang benar sudah mulai mengantuk pun hanya menyenderkan tubuh mereka disandaran kursi sembari melamun ria. Sesekali mereka membicarakan hal random, ataupun Dion yang mulai menyodorkan Arthur berbagai macam riff yang ia buat dengan gitarnya. Beberapa diantaranya merupakan request dari Arthur pula.
Sekitar setengah jam lebih mereka berada didalam mobil gocar tersebut dan sampailah mereka dirumah Dion. Satpam yang berjaga di pos dekat gerbang rumah Dion pun membukakan pintu gerbang rumah Dion. Setelahnya, ia membuka pintu depan dengan kunci cadangan yang biasa ia bawa apabila sedang pergi keluar rumah. Dengan kondisi setengah mengantuk, ia masuk dan langsung menaruh jaketnya di sofa ruang tamu. Sebagai tamu dadakan yang datang di malam hari, Remi dan Arthur hanya duduk di ruang tamu menunggu tuan rumah selesai dengan segala urusannya terlebih dahulu.
Sekitar lima menit kemudian, Dion kembali dari kamar mandi seusai mencuci muka, tangan, dan kaki. Memang hal itu merupakan hal wajib bagi Dion apabila ia akan beranjak tidur. Terlebih lagi apabila ia baru pulang dari luar rumah.
"Ayodah sini masuk." ajak Dion pada mereka berdua untuk ke kamarnya. Ruangan yang terbilang lumayan luas dengan berbagai macam barang didalamnya seperti meja belajar, kasur, lemari pakaian, dan juga terlihat tempat untuk meletakkan gitar agar tidak berserakan. Tak lupa drum elektrik, juga cajon yang berada di sudut ruangan, rapi terbungkus didalam tas cajon.
"Nih ya, sabeb dah lo berdua mau tidur kek apaan aja. Nih tempat lo berdua." ujar Dion sembari menarik kasur yang berada tepat dibawah kasur Dion dan mulai menata sedikit sprei yang agak berantakan di kasur tersebut dan mulai memberi bantal. Setelahnya sekitar sepuluh menit kemudian, Dion sudah tertidur pulas. Sejenak kemudian ketika Arthur hampir tertidur, Remi mengajaknya untuk saat teduh sebentar terlebih dahulu. Awalnya ia juga ingin mengajak Dion, namun karena iapun kasihan padanya karena sebelumnya ia terlihat sangat mengantuk, jadilah ia hanya mengajak Arthur yang kebetulan masih bangun.
Sekitar setengah jam berlalu. Namun lagi-lagi, ketika Arthur hendak tertidur, Remi kembali menggagalkannya dengan ide untuk menjahili Dion yang sudah terlelap lebih dahulu, yaitu dengan mencoret-coret sedikit wajahnya menggunakan pulpen yang kebetulan berada didalam tas kecil Remi. Seketika Arthur merasa bersyukur karena belum sempat tertidur. Atau justru wajahnya pun akan menjadi sasaran kejahilan Remi. "Emang dasar tamu biadab." ujar Arthur yang menahan tawanya yang hampir saja meledak karena selain melihat kejahilan Remi, juga dengan ekspresi wajah Dion sedang tertidur lelap yang sangat memenuhi standar untuk menjadi 'meme'. Setelahnya Remi merogoh HP nya lalu memotret wajah 'memeable' salah satu kawannya itu.
Sungguh Arthur ingin sekali tertawa keras, namun harus ditahan karena semua orang dirumah itu sudah terlelap. Melihat semua hal tersebut daritadi pagi hingga malam ini, tergambar bahwa Arthur memiliki teman-teman bobrok nan sesekali menyebalkan, namun tetap saja sangat jarang dapat ditemukan spesies seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day: Disguised Melody
Teen Fiction"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat me...