X. Not first night

1K 115 18
                                    

Sooyoung membenamkan kepalanya diantara dua tangan yang terlipat di atas meja kerja. Berusaha menuli-kan pendengarannya dari suara ponsel yang sedari tadi tak berhenti berdering.

Jam dinding menunjukkan pukul 22.00 waktu setempat, cukup larut untuk pulang. Dan Sooyoung malas untuk pulang, dia muak melihat Taehyung terlebih karena laki-laki itu membiarkan ibunya menginap. Yang jelas-jelas karena itu Sooyoung tidak bisa pulang.

"Yak! Kau tidak pulang?" Tanya Jennie. Salah satu rekan kerjanya yang kebetulan lembur hari ini.

"Entahlah, tidak tahu." Jawab Sooyoung tanpa memperdulikan lawan bicaranya. Gadis itu masih tetap dengan posisinya. Mencoba menenangkan sejenak pikirannya.

"Tapi setidaknya angkat telpon mu, sangat berisik membuat ku tidak fokus, Soo." Protesnya.

Sooyoung mendengus, memang berisik. Sedari tadi dia juga tahu, tapi mencoba bodo amat.

21 panggilan tak terjawab, siapa yang menelponnya?

Tentu saja sang ibu. Pasti saat ini dia tengah sibuk menggerutu karena Sooyoung belum pulang kerja. Atau mungkin mengomel karena melihat Taehyung yang menyiapkan makan malam alih-alih putri semata wayangnya?

Wanita itu menatap layar ponselnya malas, panggilan untuk yang ke-22 kalinya kembali masuk. Yang ini Sooyoung putuskan untuk mengangkatnya, sebelum Jennie menerkamnya karena bising tak konsen bekerja.

"Ya, oemma?"

'Soo-ah! Kau belum pulang? Cepat pulang! Suamimu sudah menunggu, kau bahkan tidak menyiapkan makan malam untuknya, malah Taehyung yang menyiapkan untukmu!'

Ingin rasanya menjawab, 'asal oemma tahu saja, memang setiap hari pun Taehyung yang menyiapkan makan malam, bahkan sarapan.' tapi Sooyoung urungkan karena tentu sang ibu akan memarahinya habis-habisan.

Dia akan berkata inilah itulah, istri harus begini istri harus begitu seperti yang dilakukannya satu hari sebelum hari pernikahan Sooyoung.

"Aku lembur. Oemma makan saja bersama Taehyung."

'Mwo? Tidak! Kau harus pulang. Aku akan bicara dengan bos mu besok.'

"Aku tidak bisa, Oemma. Aku masih banyak kerjaan." Jawab Sooyoung lesu.

Terlalu malas untuk menjawab lagi. Ibunya terlalu keras kepala, sama seperti dirinya.

'Apa pekerjaanmu jauh lebih penting dari suami dan ibumu?'

"Bukan begitu, aku--"

'Cepat pulang! Oemma tidak mau tahu.'

Lagi-lagi Sooyoung mendengus kesal, ketika panggilan diputuskan sepihak oleh sang ibu.

Benarkah? Sooyoung harus pulang? Malam ini? Lalu tidur dalam satu ruangan bersama Taehyung?

Membayangkannya saja Sooyoung muak, apalagi jika itu benar.

Tapi, mau tidak mau Sooyoung harus pulang atau ibunya akan terus menerus meneror telpon memaksanya pulang.

Taehyung sedang membereskan piring-piring di meja makan ketika Sooyoung masuk tanpa semangat kedalam rumah. Sementara nyonya Ahn sedang berpangku tangan menatap putrinya meminta penjelasan.

Penjelasan tentang bagaimana bisa dia pulang selarut itu? Bekerja lembur, tanpa memikirkan suaminya? Tanpa menyiapkan makan malam dan lain-lain?

"Kau harus berhenti bekerja!" Sooyoung terperanjat mendengar penuturan sang ibu.

"Hah? Tidak, tidak bisa! Mengapa aku harus berhenti?"

"Jika kau terus bekerja, kau tidak bisa mengurus suamimu dengan baik, sayang. Lihat, Taehyung menyiapkan makan malam dari tadi dan kau baru pulang?" Celoteh sang ibu. Kuping Sooyoung sudah panas mendengarnya tapi berusaha di tahan, tidak boleh melawan orang tua. Nanti kualat.

[M] The Perfect HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang