XIII. Breakout

693 106 19
                                    

Taehyung berganti baju terburu-buru, mengambil asal mantel di lemari, lantas berlari secepat mungkin.

Malam sudah semakin larut, sangat susah mendapatkan kendaraan umum. Bahkan setelah hampir setengah jam berdiri, Taehyung masih belum mendapatkan setidaknya taksi lewat satupun. Padahal biasanya, di jam-jam seperti ini taksi masih berlalu-lalang hingga pagi.

Laki-laki itu menyugar rambutnya kasar, perasaan kesal dan khawatir bercampur jadi satu.

Beberapa saat lalu Seulgi menghubunginya dan mengatakan bahwa istrinya berada di apartemen kekasih Jimin itu. Ribuan pertanyaan terus saja bermunculan, terlebih ketika wanita bermata monolid itu mengatakan bahwa Sooyoung dicampakkan oleh Sungjae. Jelas membuat Taehyung semakin khawatir, apalagi kini Sooyoung tengah mengandung, bagaimana jika hal buruk terjadi padanya?

Taehyung tidak bisa membayangkan itu saat ini. Memikirkan bagiamana perasaan Sooyoung saja Taehyung tak mampu, pasti dia sangat terluka.

"Baiklah, Taehyung. Kita berlari saja." Ujar laki-laki itu pada dirinya sendiri.

Laki-laki benar berlari setelah mengatakannya, mengayunkan tungkainya secepat mungkin tanpa perduli apa yang diinjaknya. Peluh bercucuran seiring jarak yang semakin dekat, berlari hampir 3KM rupanya sangat menguras tenaga. Kaki Taehyung sudah lemas, bahkan tubuhnya sempoyongan. Tapi sebuah senyum akhirnya menghiasi wajah laki-laki itu, gedung tinggi dengan lampu terang terpampang didepannya.

Ayo Taehyung, kau hanya perlu berjalan sedikit lagi.

"Argh!" Langkanya terhenti. "Aish sial." 

Sebuah luka kecil di bawah kakinya mengeluarkan darah segar, tidak terlalu banyak memang tapi cukup membuat perih jika dipaksakan berjalan. Mungkin tadi Taehyung tidak merasakannya karena terlalu kencang berlari.

Laki-laki itu melapas sendal rumahannya, dia tidak sempat menggunakan sepatu tadi saking terburu-buru. Memutuskan berjalan dengan sebelah kaki yang telanjang.

Ting!

Lift terbuka. Di depan unitnya Seulgi berdiri, menenteng kantung berisikan beberapa makanan dan botol soju. Dia baru saja pergi belanja.

"Taehyung?" Wanita itu menatap Taehyung dari atas hingga bawah, tampak kacau sekali. Berkeringat dan bertelanjang kaki. "Kau baik-baik saja?" Tanyanya.

"Ah dimana Sooyoung?" Tanya Taehyung langsung tanpa menghiraukan pertanyaan seulgi.

"Ada di dalam, dia sedang tidur." Taehyung mengekor dibelakang, terkadang mengaduh ketika kakinya tak sengaja bersentuhan dengan karpet bulu milik seulgi.

"Sepertinya kau terluka, mau di obati dulu?" Tawaran itu langsung di tolaknya dengan gelengan cepat. "Sooyoung ada di kamar."

"Bisakah aku menemuinya?" Tanya Taehyung.

"Tentu, dia membutuhkan mu."

Taehyung tersenyum samar, benarkah Sooyoung membutuhkan Taehyung? Atau seulgi hanya mengada-ada?

Laki-laki itu menggeser pintu kamar pelan, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Kata seulgi tadi Sooyoung sedang tidur, dan benar saja. Wanita cantik itu terlelap dibawah selimut tebal milik seulgi, dengan mata sembab dan hidung yang memerah. Dia terlalu banyak menangis hari ini.

Taehyung berlutut disamping tempat tidur, menatap Sooyoung penuh khawatir meski tak sekhawatir sebelumnya. Dia sedikit lega, melihat Sooyoung tertidur pulas.

Tangannya bergerak membelai Surai hitam milik Sooyoung, baru kali ini dia mempunyai keberanian menyentuh istrinya sendiri.

"Kau pasti banyak menangis, Soo. Mata mu bengkak." Tangan itu beralih menggenggam tangan Sooyoung. "Maaf, karena tidak bisa melindungi mu."

[M] The Perfect HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang