XXIV. I Miss You

819 117 8
                                    

2 bulan kemudian...

Dua bulan sudah, Sooyoung melewati hari tanpa kehadiran Taehyung disisinya. Dan selama dua bulan itu pula, Sungjae rutin berkunjung ke kediaman keluarga Ahn. Awalnya orang tua Sooyoung menentang kedatangannya, tapi Sooyoung meyakinkan bahwa tidak ada apapun lagi diantara mereka.

Sungjae lebih baik dari sebelumnya, semakin hari hidupnya semakin mapan, tidak ada lagi Sungjae yang selalu meminta uang pada Sooyoung. Bahkan sebaliknya, sekarang laki-laki itu lebih sering memberikan banyak hal, entah untuk bayinya ataupun untuk Sooyoung.

Sungjae masih mencinta Sooyoung, dan Sooyoung bisa merasakannya. Tapi laki-laki itu sadar, bahwa hati wanita itu bukan lagi miliknya, perlahan namun pasti, Sungjae mulai mencari tambatan hati, dia sempat mengenalkan seorang wanita pada Sooyoung bahkan dengan tegasnya Sungjae menceritakan bahwa Sooyoung mengandung anaknya.

Sooyoung melarang laki-laki itu, tapi dia bilang akan lebih baik mengatakannya sejak awal daripada sengsara diakhir. Karena bagaimanapun Sungjae memiliki tanggung jawab bagi bayinya.

Dia benar-benar berubah menjadi pribadi yang lebih baik, Sooyoung senang melihatnya.

Bahkan hari ini, laki-laki dengan tak sabarannya menjemput Sooyoung yang akan melakukan check kehamilan, menurut perkiraan dokter Kwon, Sooyoung akan melahirkan bulan ini jadilah Sungjae menyiapkan semuanya dengan sebaik mungkin, dia menyewa ruangan VVIP di salah satu rumah sakit paling mahal demi kelahiran anaknya.

Meski setelah itu, dia akan pergi dan memulai kehidupan baru jauh dari hiruk pikuk Korea, bersama calon istrinya.

"Yak! Pakai payungmu, kau akan membuat anakku kepanasan!" Sooyoung hanya menggelengkan kepalanya, Sungjae memang seperti itu.

Selalu seperti itu.

"Yak! Perhatikan jalanmu, jangan menginjak batu nanti kau terjatuh anakku bisa terluka."

"Yak! Jangan memakai pakaian terbuka, anakku akan kedinginan!" Padahal di luar sedang panas.

Sooyoung hanya mendengus kesal.

"Yak!--"

"Apa? Apa lagi?! Kau tidak lelah berteriak terus, hah!" Potong Sooyoung, sebelum laki-laki itu mengatakan banyak hal lagi mengatas namakan anaknya, padahal itu juga anak Sooyoung.

Dan Sooyoung lebih tahu apa yang baik untuk anaknya.

Sungjae hanya tersenyum lebar, menampilkan giginya yang berderet rapi, terlihat sangat menggemaskan sekaligus menyebalkan Dimata Sooyoung.

"Yak, jangan lupa tersenyum padaku." Ujar Sungjae lembut.

"Tidak jelas sekali, kau sakit?" Sungjae menggeleng.

"Ayo masuk, atau tidak kita akan terlambat, aku tak sabar melihat anakku lahir ke dunia." Ujarnya, sambil melompat-lompat kecil.

Sooyoung memutar bola matanya malas.

"Ini hanya cek biasa, bukan melahirkan!"

"Tetap saja aku tak sabar." Tegasnya, mengangkat kedua bahu.

"Oh ya, apa Taehyung masih tidak mengabari mu?"

Sooyoung menunduk mendengar pertanyaan tersebut. Entah kapan terakhir kali ayahnya mengatakan Taehyung baik-baik saja, sampai akhirnya Sooyoung tahu bahwa kedua orang tuanya berbohong. Sooyoung pernah sekali pergi ke kedai Jimin, dengan Sungjae tentunya, tapi laki-laki pendek itu mengatakan bahwa Taehyung sudah berhenti kerja dan tidak pernah menghubunginya lagi.

"Tidak."

"Kau mau aku mencarinya?"

"Tidak usah."

[M] The Perfect HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang