XII. Save me, please

729 100 28
                                    

"Hai, Soo. Maaf membuatmu menunggu. Ada apa?" Tanya laki-laki itu tepat setelah duduk dan meletakkan mantelnya di sandaran kursi.

Sooyoung memasang senyuman termanisnya, ekspresi yang mengatakan bahwa dia tidak sabar untuk segera menyampaikan kabar gembira ini pada sang kekasih.

Merasa ada yang aneh dengan Sooyoung, Sungjae menautkan kedua alisnya, lalu ikut tersenyum simpul menatap wajah cantik wanita dihadapannya.

"Sepertinya kau sedang bahagia sekali?" Sooyoung mengangguk sebagai balasan.

Sungjae menarik tangan wanitanya, mengurung dalam genggamannya, tangan yang pas untuk sedikit menghangatkan suasana di tengah dinginnya kota.

"Baiklah, katakan apa yang membuatmu sebahagia ini, eum?"

"Aku yakin kau juga akan ikut bahagia mendengarnya, Oppa."

"Benarkah?" Lagi Sooyoung mengangguk. "Ya, katakanlah kalau begitu."

Alih-alih mengatakannya secara langsung, Sooyoung malah mengeluarkan benda kecil berwarna putih yang di berikan dokter Kwon tempo hari. Dua garis pink mini melingkar di antara pertengahan benda itu. Senyuman cerah tak luntur dari wajahnya. Sementara Sungjae hanya menatap bingung kearah benda itu.

"Lihat, kita bisa bersama setelah ini." Ujar Sooyoung.

"M-maksudnya?"

"Aku hamil anakmu, dan ini bisa menjadi alasan agar aku bercerai dengan Taehyung lalu kita bisa kembali bersama, dan hidup bahagia. Bagaimana?" Penjelasan itu nyaris membuat mata Sungjae lompat dari tempatnya.

Apa?

Apa yang sedang wanita dihadapannya ini lakukan? Hamil anaknya? Ah ayolah? Apa Sungjae percaya?

Laki-laki itu terkekeh di sisa-sisa kebingungannya, menetralisir ketidakpercayaan yang beberapa saat lalu menyerangnya. Ya Sungjae tidak percaya.

"Kau pikir aku percaya?"

Senyum itu perlahan memudar, "Maksudmu?" Tanya Sooyoung.

"Itu bukan anakku, ini anakmu dan laki-laki itu." Tegas Sungjae.

"Jelas-jelas ini anak mu, Jae-ah. Aku hanya tidur dengan mu." Balas Sooyoung.

"Kau pikir aku percaya?!" Laki-laki itu bangkit dari duduknya, menatap tajam Sooyoung. "Kau mengkhianati ku dengan menikahi Taehyung, dan sekarang kau berniat menjebakku dengan mengatakan bahwa kau hamil anakku? Begitu?"

Apa? Mengkhianati?

Benarkah Sooyoung mengkhianati laki-laki itu? Lalu bagaimana kabar hati Sooyoung yang berkali-kali remuk atas penghianatan Sungjae yang selalu Sooyoung anggap bukan apa-apa?

Berkali-kali tidur dengan wanita lain? Bergonta-ganti pacar di belakangnya? Apa itu bukan penghianatan?

Sooyoung menarik nafasnya dalam-dalam, hatinya mencelos mendengar penuturan Sungjae. Jelas-jelas Sooyoung hanya tidur bersama laki-laki itu, laki-laki yang bahkan tidak memiliki hak atas tubuhnya. Tidak sepertinya, tapi mengapa dia mengatakan bahwa Sooyoung mengada-ada?

Hal ini sama sekali tak pernah  terbesit sedikit pun dalam pikiran Sooyoung. Ada kekecewaan dalam diri wanita itu, dipikirnya sang kekasih akan turut bahagia dengan adanya berita tersebut, bukan malah kacau seperti ini.

Sooyoung menyeka air matanya yang turun tanpa sadar, "Kau bilang aku berkhianat? Bukankah dari awal aku sudah mengatakan bahwa aku sudah menikah dengan Taehyung? Lalu mengapa kau tidak meninggalkan ku saja saat itu alih-alih berjanji akan tetap bersama ku, mengapa!!!" Suara wanita itu meninggi seiring seringaian menjijikan terpatri di wajah laki-laki yang beberapa saat lalu masih dicintainya.

[M] The Perfect HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang