VIII. Mistake

912 121 12
                                    

"Ini, kau bawa semua ke dapur." Taehyung menyerahkan semua kantung belanjaan yang dibelinya bersama Sooyoung tadi pada wanita itu.

Jelas, Taehyung mendapatkan tatapan tajam darinya. "Aku? Tapi ini berat Tuan Yoon." Decak nya.

"Aku harus ke kamar sebentar, bawa saja." Ujarnya lalu pergi. "Oh ya, satu lagi. Panaskan minyak juga."

Pria bermarga Yoon itu tersenyum ditengah langkahnya meninggalkan Sooyoung. Entah mengapa hari ini dia sangat merasa puas, walau pada awalnya dia sangat amat tidak tega melakukan semuanya pada Istrinya. Tapi apa boleh buat, dia harus mencoba seperti yang Jimin bilang.

Taehyung mengeluarkan ponselnya dari saku, mencari kontak Jimin dan menyambung panggilan padanya setelah dia Pastika pintu kamar tertutup rapat.

"Jimin-ah."

"Apa? Kau tau? Kau mengganggu acara kencan ku, tahu!"

Taehyung sedikit menjauhkan ponselnya, dasar Jimin. Diganggu sebentar saja sudah mengomel seperti ibu-ibu komplek.

"Ada apa! Jangan mengatakan hal tidak penting, cepat!"

"Iya, aku hanya ingin bilang bahwa saran yang kau berikan ternyata berjalan cukup baik." Ujar Taehyung.

"Woah?! Benarkah? Yak! Taehyungie... Ini berita bagus."

"Terimakasih Jim."

Sepertinya jika ini berhasil sampai akhir, Taehyung harus mentraktir Jimin makan kami gurita ditepi pantai. Karena berkatnya, Taehyung bisa menjadi alasan Sooyoung tersenyum bahkan mengobrol cukup panjang dengan istrinya. Taehyung mengingat apa yang laki-laki itu katankan--

"Kau mendengarnya menelpon seseorang yang mencurigakan? Ck ck ck, dasar bodoh."

"Yak! Yang benar saja, aku tidak bodoh."

Jimin memasang mimik muka mengejek. Jelas-jelas Taehyung bodoh, jika dia tidak bodoh mengapa laki-laki itu mau saja di jodohkan dengan wanita seperti Sooyoung?

"Baiklah, katakan saja kau tidak bodoh. Tapi, perlakukan mu selama ini, apa yang kau lakukan untuk istrimu-- memasak, membereskan rumah, dan lainnya. Bukan kah itu terlalu bodoh? Kau tidak seharusnya mengerjakan semua itu." Tegas Jimin dengan semangat empat lima nya.

Kesal sekali dia melihat Taehyung terus menerus seperti itu, bahkan hari ini Taehyung juga bercerita bahwa Sooyoung pernah memarahinya perihal penolakan tas yang dibelikan laki-laki itu sebagai hadiah ulang tahunnya. Dan sekarang? Wanita itu menelepon orang mencurigakan.

Keterlaluan bukan?

Tidak...

Tapi keterlaluan bagi Jimin.

"Kau mulai tertarik padanya, Tae?" Tanya Jimin yang dibalas dengan anggukan ragu-ragu dari Jimin.

Entahlah, Taehyung belum bisa memastikan. Tapi setiap melihat Sooyoung rasanya laki-laki itu sangat gugup setengah mati dan berusaha untuk tidak melakukan kesalahan sedikitpun didepannya, walau apa yang dilakukan Taehyung selalu salah bagi Sooyoung.

Tapi Taehyung senang melihat Sooyoung.

"Ahhh sudah ku duga. Orang akan menjadi bodoh ketika mereka menyukai satu hal."

"Tapi sepertinya Sooyoung membenciku." Taehyung menekuk wajahnya. Dia merasa frustasi sendiri.

Merasa iba, Jimin mengelus pundak temannya. Harap-harap sedikit beban cintanya bisa berkurang.

"Okay! Aku ada ide." Ujar Jimin semangat.

"Ide?"

Laki-laki bertubuh lebih pendek itu mengangguk. "Ide agar Sooyoung melirik mu."

[M] The Perfect HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang