06. Kesekian Kali

675 115 15
                                        

"Lia, ini buat lo." Nares menyodorkan botol aqua yang sudah dibuka tutupnya kepada gadis yang barusan duduk di bawah pohon.

Lia mendongak, menerima botol minum itu dengan senang hati dan meneguknya hingga habis setengah.

Nares jongkok disamping Lia, memandangi rupa gadis itu dari arah pandangnya. "Capek banget?"

Berhenti meneguk, Lia menoleh. "Hm?"

"Capek banget ya?"

"Iya, kenapa?"

"Keringetan gitu." Jawab Nares.

"Panas sih cuacanya, jadi keringetan."

"Tapi tadi lo jago loh." Ujar Nares sambil menutup botol minum Lia setelah gadis itu selesai meminum.

Lia mendengus, "Jago apanya, kalah gitu kok."

"Eh? Udah jagolah itu. Kan elo yang kebanyakan nyetak poin." Nares berusaha menghibur.

Lia mengerucutkan bibir sedih namun malah terlihat lucu. Melihat hal itu, Nares tak tahan untuk tidak menepuk puncak kepalanya berulang kali.

"Menang kalah itu biasa loh, Lia. Lo kalah, bukan berarti elo gak becus. Buktinya shooting lo gak pernah meleset 'kan?"

Bibir Lia yang tadi mengerucut perlahan melukis senyuman. Binar matanya memandang Nares dengan antusias, seakan tersentuh dan terhibur oleh ucapannya.

"Gitu ya?"

Nares menjauhkan tangan dari puncak kepala Lia, lalu mengangguk dan berdehem pelan sebagai jawaban.

"Tadi kamu juga jago kok, lari kamu cepat banget. Beda jauh samaku yang kayak siput ini."

Nares terkekeh karenanya. "Aku kan lasak, Lia."

"Eh?"

"Ha?"

Lia mengerjap beberapa kali, mengamati wajah Nares yang memerah karena salah tingkah.

"M-maksudnya gue. Gue orangnya lasak, wajar kalo larinya cepat." Nares buru-buru meralat.

"Santai aja kali, Na. Banyak kok orang yang manggilnya pake aku kamu ke aku. Nular kayaknya hehe."

Nares Adhinatha mendelik, "Siapa aja manggil kayak gitu ke elo?"

Mengedik bahu, Lia memalingkan wajah dari pemuda itu. "Gak tau, banyak pokoknya. Makanya udah gak kaget lagi kalo nanti kalian ikut ngomong pake bahasaku yang kaku ini."

Bibir Nares mengeluarkan decihan tanpa sadar, ia berujar sinis. "Mereka cuman modus doang, gak usah baper."

"Enggak kok, aku gak baper. Emangnya kamu baper pas denger cara bicaraku kayak gini?"

Nares terkesiap seperti maling yang tertangkap basah saat mendengar pertanyaan mendadak dari Lia, ia bingung tak tau mau menjawab apa. Padahal jawabannya hanya iya dan tidak.

"Enggak."

"Lia, ganti baju yuk? Nanti badan tambah bau kalo gak cepet-cepet diganti." Rachel dan Yana datang menghampiri mereka berdua.

Rachel seperti tidak menganggap keberadaan Nares, berbeda dengan Yana yang dari awal sudah menyapa.

Lia bangkit dari duduknya disusul Nares yang ikutan bangkit juga, ia mengangkat botol aqua pemberian Nares.

"Makasih minumannya ya." Kata Lia tulus. Nares hanya membalasnya dengan senyum kecil, berbeda sekali reaksinya saat Rachel dan Yana belum datang.

Lia diam-diam tersenyum kecil, ternyata benar ada sesuatu diantara Nares dan Rachel yang belum ia ketahui.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang