07. Perlindungan

656 108 31
                                        

Hari Minggu tepatnya siang nanti Lia dan Yuna berencana untuk pergi ke supermarket karena bahan makanan sudah habis di dapur. Sebenarnya semalam hanya tersisa dua bungkus mie instan saja, tapi sudah dihabiskan oleh Lia dan Nares. Malamnya, kakak beradik itu memutuskan untuk delivery makanan lewat aplikasi. Sedangkan sarapan pagi ini mereka hanya memakan dua helai roti tawar dengan selai kacang.

Beginilah nasib tinggal tanpa orang tua.

Ting tong!

Bel rumah berbunyi nyaring. Lia dan Yuna yang tengah menyantap sarapannya saling berbagi pandang, memikir siapa gerangan yang datang sepagi ini.

Sampai akhirnya Yuna berdiri sembari meneguk susu putihnya dengan tergesa, "Temenku yang dateng kak, mau belajar bareng soalnya." Usai mengucapkan itu, Yuna berlari kecil untuk membukakan pintu.

Lia tidak banyak bereaksi, dia hanya ber'oh' ria lalu kembali melanjutkan makan.

Samar-samar percakapan Yuna dan temannya terdengar hingga keruang makan. Lia menautkan kedua alis, suara teman Yuna terdengar seperti suara laki-laki.

Ia diam sebentar sebelum memutuskan untuk mengakhiri acara makannya dan menyusul Yuna keruang tamu.

"Eh, kak? Ini temenku namanya Andi, dia yang nganter aku pulang semalam." Tanpa diperintah Yuna sudah mengenalkan temannya lebih dulu.

Pemuda yang bernama Andi itu mengulurkan tangan, "Gue Andi kak, temen Yuna."

Lia menampilkan senyum ramah sembari membalas uluran tangannya, "Lia, kakak si tengil ini." Ucapan Lia dihadiahi cubitan keras dilengan yang membuat dia meringis kesakitan.

"Oh iya, katanya mau belajar bareng ya?" Lia mulai menginterogasi.

"Iya kak." Jawab Andi.

"Mau belajar dimana nih?"

"Di ruang tamulah masa di kamarku." Yuna menyeletuk, lalu berjalan dan duduk lesehan di samping sofa.

"Kok gak duduk di sofa? Nanti masuk angin loh." Tanya Lia heran. Yuna ini seperti tidak menghormati tamu saja.

"Kalo di sofa nanti susah belajarnya kak. Lesehan aja gak apa-apa kan, Ndi?"

"Iya gak apa-apa."

"Yaudah belajar yang bener ya, kakak beresin dapur dulu." Ucap Lia yang diangguki keduanya, kemudian dia melangkah menuju dapur dan mulai membereskan sisa makanan.

"Kakak lo asik kayaknya?" Andi bertanya setelah ia sudah duduk di samping Yuna dan mengeluarkan beberapa peralatan tulis.

Yuna merotasikan bola mata, "Kamu belum liat kelakuan asli dia sih."

"Emang gimana kelakuan aslinya?" Andi kelihatan tertarik.

Melihat raut antusias itu, air muka Yuna berubah. "Kenapa nanya-nanya? Kamu suka dia?"

"Enggaklah ya ampun! Gimanapun juga dia bakal jadi kakak ipar gue jadi gue harus pinter-pinter ambil hati." Jawaban Andi berhasil membuat Yuna panas dingin ditempat.

Yuna yakin, pasti dia tidak bisa fokus untuk belajar.

Yuna yakin, pasti dia tidak bisa fokus untuk belajar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang