04. Tentang Cinta

774 122 24
                                    

"Lo beneran gak mau cerita ke kita? Bagus Res, gue salut sama pengkhianatan elo. Tingkatin lagi dah tu bakat biar makin gak jelas persahabatan yang udah kita bangun sejak jadi orok ini." Kesal Haikal sambil melemparkan tasnya asal ke sofa kamar. Ia berjalan menuju sofa dan duduk disana dengan satu kaki yang dia angkat keatas meja.

Dreamer saat ini sedang berada dikediaman rumah Jafran. Memang biasanya selepas sekolah langsung menongkrong, pas pulang kerumah masing-masing barulah kena semprot dengan omelan sang Mama.

Reza menghampiri Haikal, menoyor dahi anak itu lagi. "Drama lo!"

Saat Haikal akan membalas hal yang sama, Reza sudah lebih dulu menghindar sehingga membuat umpatan sukses keluar dari bibir Haikal.

Nares pergi ke kamar mandi untuk mencuci kaki, lalu merebahkan tubuhnya dikasur empuk milik Jafran sambil bermain ponsel.

Nares memang anak pecinta kebersihan, dia paling tidak bisa melihat sampah berserakan atau ruangan yang bau.

Melihat wajah Nares masih murung, akhirnya Haikal mengalah dan beranjak duduk diujung kasur.

"Res? Ada masalah apa sih?" Tanya Haikal, lebih serius dibandingkan sebelumnya.

Jafran ikut duduk disebelah Haikal, "Iya Res, jangan dipendem sendirian. Kita ini lo anggap apa sebenernya?"

"Syaiton." Sahut Reza yang sedang duduk menyandarkan tubuh pada punggung tempat tidur.

Jafran mendelik, "Lo ngajak gelud?"

Reza tak menyahut. Ia kalau sudah bertemu buku, maka dunia seakan jadi milik berdua. Iya, berdua dengan buku maksudnya.

"Res?" Haikal menegur Nares yang masih tak mengacuhkan.

Nares mematikan ponsel, ia menghela nafas panjang kemudian menyamakan posisinya dengan Reza.

"Jadi tadi elo sama Haris kenapa sampe muka dia bonyok gitu?"

"Ya berantemlah." Jawab Nares seadanya.

"Yeuu si anjir. Gue nanyak yang bener."

"Gue juga jawab yang bener 'kan?"

"Nares, disebelah lo ada si Reza tuh." Jafran menunjuk Reza dengan dagunya, mendengar namanya disebut Reza sontak mendongak.

"Apaan?"

"Kagak. Becanda gue."

"Gue tanya sekali lagi. Tadi kenapa bisa berantem?" Haikal mengulangi pertanyaan.

Kali ini ia bersumpah, kalau Nares menjawab dengan main-main maka ia akan mengkoyakkan buku Reza sampai jadi serpihan debu.

"Haris meluk Rachel. Diperpustakaan. Yaudah gue bogem." Akhirnya Nares buka suara.

Diam-diam Haikal bersyukur, kalau saja dia jadi mengkoyakkan buku kesayangan Reza, bisa-bisa besok dia hanya tinggal nama.

"Udah? Gitu aja?" Jafran tidak menyangka Nares akan bertindak secepat itu.

"Iya."

"Anjir lo perusak keuwuan orang." Hardik Haikal.

"Nares yang selama ini gue kenal sama sikap lembutnya kemana? Ini kayaknya lagi masang mode Dilan ya?" Jafran lagi-lagi dikacangi.

"Res, gini ya." Reza meletakkan bukunya di atas nakas.

"Detik-detik kena ceramah check!!" Celetuk Haikal namun tidak ada yang menyahuti.

"Lo sebenernya sama dia masih ada hubungan lagi gak?" Tanya Reza.

Nares mendesah kasar, "Enggak."

"Jadi ngapain masih ngurus dia sih? Terserah dialah mau bahagianya sama siapa. Trus lo bilang lo nonjok Haris karna dia meluk Rachel? Menurut gue wajar sih mereka gitu. Secara mereka tuh udah temenan lama. Lo harusnya malu sama diri elo sendiri karna bersikap semena kayak gini." Ucap Reza bijak, berhasil mendapat applause dari Jafran dan Haikal.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang