08. Berharap

582 120 36
                                    

"Jangan ditabrak mobil gue, supri!" Seru Haikal tak terima karena Jafran sengaja menabrakkan mobilnya hingga mobil dia terpental jauh.

Sekarang ke-empat orang sekawan itu sedang berada dikediaman rumah Jafran. Seperti yang lalu-lalu, habis pulang sekolah langsung nongkrong kerumah Jafran untuk main PS5.

Sebenarnya yang ikut main hanya Haikal dan Jafran saja, sedangkan Nares cuman nonton sambil makan camilan yang disiapkan oleh Jessica- Ibu Jeno, dan Reza tengah asik membaca buku dengan kacamata yang terpasang diwajahnya.

"Ya lo-!" Makian Jafran terpotong kala Nares usil memasukkan satu nugget ayam kemulut dia. Alhasil, Jafran mengunyah dengan cepat dan menelannya. "-Lo bego-!" Lagi, Nares kembali memasukkan dua nugget ayam sekaligus kemulut Jafran.

Jafran menghela nafas menahan emosi saat mendengar tawa puas Nares dibelakang. Dia tidak bisa membalas kejahilan Nares sekarang karena sedang fokus untuk game. Walaupun mulutnya sudah menggembul penuh dengan nugget ayam, tapi itu semua tidak mempengaruhi kehebatan seorang Jafran dalam bermain game.

Reza diam-diam melirik ketiga sahabatnya, lalu menggeleng heran melihat tingkah mereka.

Rasanya, cuman dia aja yang waras disini. Yang lain sama gilanya.

"Diem dulu bisa gak? Orang pintar mau belajar." Ujar Reza dengan nada datar.

Haikal masih sempat-sempatnya memancing kesabaran Reza, "Udah pinter ngapain belajar? Cari kerja sana!"

Reza memejamkan mata, sebenarnya dia malas meladeni Haikal namun apa daya dia sudah terpancing emosi.

"Orang pinter harus belajar biar makin pinter. Nah kalian? Udah goblok jarang belajar pula. Dasar beban orang tua." Pemuda itu berdecih.

Nares sontak menoleh padanya. Dia merasa tidak terima, "Gue rajin belajar ya!"

"Gue juga!" Sahut Jafran.

"Iya dah kalian semua rajin, gue mah ampas doang." Kata Haikal mulai tersinggung.

Jafran terkekeh hingga matanya menyipit nyaris tertutup. "Kita tuh sebenarnya gak goblok, tapi temen-temen aja yang kelewat pinter."

Nares langsung tersedak nugget, buru-buru Jafran membalikkan badan dan mendekatkan minuman dingin padanya.

"Jafran kalau ngomong suka ngagetin," Ujar Nares sehabis minum.

Reza merotasikan bola mata, "Jantung lo aja yang lemah."

"Lemah gimana?"

"Gampang deg-degan kalo deket Rachel atau Lia. Cih, Buaya!"

Selanjutnya tawa Haikal terdengar mengisi ruang kamar Jafran. Sungguh, ia sangat puas dan bangga atas sikap Reza sekarang.

"Nares sukanya sama Lia, tapi dia terjebak sama rasa bersalah ke Rachel. Liat aja ntar, palingan Nares sadar sendiri." Celetuk Jafran, mengutarakan pendapat pribadinya.

"Dan gue tebak Nares sadar dalam keadaan nyesel." Lanjut Haikal misterius.

"Nyesel gimana?" Nares bingung.

"Ada. Nanti lo tau kok, Na." Kata Haikal semakin memancing rasa penasaran.

"Ah, gak jelas lo pada." Kesal Nares, agak membanting piring nugget ke meja lalu berbaring diatas sofa dengan kedua tangan sebagai bantalan.

Defenisi tidak tahu diri.

Reza menutup buku pelajaran yang dia baca dengan gerakan kasar, lalu melemparkannya ke dalam tas. "Lo suka sama Rachel atau Lia? Ini pertanyaan yang kedua kali, pokoknya harus jawab jujur." Ucap Rez tegas.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang