25 | Ini berakhir?

686 91 32
                                    

“Sialan,”

Claude meremas kaleng Coca-Cola ditangannya, matanya menajam, nafasnya menggebu-gebu. Namun, Diana hanya menghela nafas melihat kelakuan Claude yang seperti itu.

Bagaimana tidak, Claude dan Diana duduk di sofa sambil menonton televisi, dan disana menampilkan secara live acara festival akhir tahun di universitas obelia. Seperti yang di beritahukan oleh sang MC disana, kamera yang berjejeran itu di tampilkan dalam live.

(Chapter 23 | Festival akhir tahun)

“Tenanglah, Athanasia sudah memilih pasangannya sendiri, kita tidak perlu memaksanya melakukan perjodohan itu lagi”

Mendengar itu Claude hanya bisa menghela nafas, itu pilihan putrinya dan dia juga tidak bisa melarang lagi. Athanasia sudah dewasa, dia tau mana yang baik mana yang tidak. Karena Claude dan Diana pun berhak melihat putrinya bahagia.

Siaran itu memperlihatkan Lucas yang berdiri memegang sebuah bunga di tangannya dan Athanasia berada di depannya.

“Malam ini aku ingin memberitahu dunia bahwa kamu hanya milikku,” dan memberikan bunga itu pada Athanasia

“Terima kasih, aku sangat bahagia” Athanasia langsung memeluk Lucas. Penonton bersorak sambil bertepuk tangan

“Wah... Athanasia seperti sedang di lamar oleh Lucas” Cabel menganga sambil menggelengkan kepalanya. “Aku harus menirunya jika ingin melamar Helena nanti”

Helena berdehem “Kau ingin melamar ku? Benarkah?” tanyanya malu-malu, terlihat jelas pipinya yang merah merona

“Hehe tapi tidak sekarang,” Cabel meraih tangan Helena, mengelusnya lembut “Aku harus sukses dulu agar bisa melamarmu nanti,” dan mereka berpelukan.

Setelah hal romantis itu mereka pulang, hari juga sudah sangat larut. Dan disinilah mereka berdua berada, di ruang tamu dengan pencahayaan yang minim, dua cangkir coklat hangat di meja dan jangan lupakan cookies juga.

“Kenapa disini sangat gelap” Diana menghidupkan saklar lampu dan pencahayaan di ruangan itu seketika terang.

Athanasia dan Lucas duduk di sofa, sedangkan di depan mereka berdua sudah ada Claude yang sedari tadi fokus menatap Lucas yang bersikap biasa saja. Lain halnya, Athanasia sudah keringat dingin memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini.

“Umm Ayah...”

“Masuk ke kamarmu Athanasia, Ayah ingin berbicara empat mata dengan bocah ini”

“Tidak apa, pergilah” Lucas menenangkan Athanasia dengan mengelus lembut tangannya.

“Siapa yang menyuruhmu menyentuh tangannya?!” nada berbicara Claude menaik, bisa-bisanya Lucas dengan santai memegang tangan Athanasia, didepan Claude lagi.

“Tenanglah Claude,” Diana mengelus pundak Claude agar amarahnya sedikit mereda.

Melihat itu Athanasia pergi ke kamarnya, yang dia lakukan di sana hanya menunggu. Menunggu kabar baik atau buruk, tapi semoga saja itu kabar baik.

“Sejak kapan kau dan Athanasia berpacaran?” pertanyaan pertama di lontarkan oleh Claude.

“Baru dua Minggu yang lalu,” jawab Lucas santai

“Apa kau menyukainya?”

“Tentu saja, jika tidak, aku tidak akan memacarinya”

“Aku akan membunuhmu jika kau membuatnya menangis,”

“Terserah padamu, Ayah. Aku tidak akan pernah membuat Athanasia menangis”

“Apa?!”

***

Between Us [Suddenly I Became A Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang