Jangan lupa vote & comment nya ya seng ❤
-
Langit Sabtu pagi hari ini amat cerah. Udara kota Bandung hari ini juga sejuk. Pas sekali deh, dengan rencana Kezia yang mengajak Azil untuk nonton bioskop hari ini. Kezia tidak sabar.
Betul, Kezia kini semakin gencar terus menerus mendekati cowok itu. Lagi pula tidak ada salah nya kan, membuka hati untuk seseorang yang baru? Toh Kaleya yang sudah setengahnya mengarsir isi hati Azil, akan segera resmi dengan Arya.
Dari pada menunggu patah hati, kita singgah di hati yang baru.
"Udah siap?"
Tanya Azil saat Kezia sudah berhasil menutup pagar rumah nya lalu berdiri di depan Azil dan motor Vario hitam kesayangannya, Lika.Malika, si hitam manis yang sudah menemani Azil selama kurang lebih tiga tahun belakangan ini. Sudah pula berperan sebagai kereta kencan yang selalu setia menjadi saksi bisu dalam hubungan percintaan monyet Azil, seperti lagunya HiVi!.
Menurut Kezia, ia menentang berat persoalan tentang ganteng doang jemput cewek depan gang. Kezia heran dengan yang pertama kali mendeklarasikan pernyataan tersebut. Coba lihat, Azil datang jemput cewek depan gang ini bukan cuma ganteng doang tau!
"Kemana dulu? Film nya masih tiga jam lagi"
Tanya Azil."Hmmm, udah sarapan? Cari sarapan dulu yuk"
Ajak Kezia yang dijawab anggukan disertai senyuman manis dari Azil.Setelah sekitar sepuluh menit keduanya berkeliling mencari santapan pagi untuk perut masing-masing, disinilah Azil dan Kezia berada. Di tempat lontong kari pinggir jalan yang selalu ramai pengunjung, seperti sekarang. Mereka harus menunggu dulu hingga dua orang pelanggan selesai makan agar bisa dapat tempat untuk diduduki.
"Yah, lupa bilang.."
Ujar Kezia setelah mendapat piring nya."Kenapa?"
"Aku ga suka kacang goreng.."
"Yaudah sini oper ke aku"
Azil menyendok kacang goreng yang berada di atas lontong kari Kezia satu-per-satu dikarenakan sudah saling terpencar.Kezia tersimpul. Hal se-sederhana inilah yang buat Kezia semakin jatuh hati kepada Azil.
"Kamu kata Raka pinter matematika ya?"
Tanya Kezia disela acara menyantapnya. Membuat Azil ikut menoleh ke arah Kezia."Kenapa? Minta diajarin? Kan kamu wali kelasnya bu Sumi, guru matematika"
Jawab Azil."Ih nggaa.. Keren aja gitu. Disaat orang lain nyerah sama matematika, kamu malah enjoy banget"
Azil terkekeh mendengar jawaban Kezia. Lalu bocah itu malah menjulurkan tangan kanannya, membuat Kezia jadi menyatukan alisnya."Kenalin, calon ahli matematika"
Ujarnya penuh percaya diri."Hahaha, Aamiin!"
Jawab Kezia menjabat tangan Azil."Kalo kamu calon apa?"
Tanya Azil kembali menyuap sesendok lontong karinya yang sudah sedikit dingin."Hmmm... Calon istri orang? Hahaha"
Jawab cewek itu lagi, kemudian ikut kembali menghabiskan sisa lontong karinya."Gamau jadi calon istri aku aja?"
"Uhuk!"
Kezia tersedak!"Eeh pelan-pelan!"
Azil menyodorkan segelas teh tawar hangat kepada Kezia yang kini masih terbatuk-batuk.Bisa-bisanya cowok itu melontarkan kalimat tadi dengan sangat santainya. Tidak dipikir dulu bahwa lawan bicaranya ini bisa kapan saja kena serangan jantung akibat ulahnya.
Azil malah terkekeh gemas melihat Kezia yang tidak hentinya meneguk teh tawar tadi hingga gelas nya kosong.
"Bercanda nenggg... Hahaha. Emang mau, jadi istri aku?"
Lagi-lagi pertanyaan Azil barusan membuat Kezia tertegun kembali. Matanya membulat, pipinya memerah malu.Masalahnya, beberapa pelanggan di sekitarnya kini jadi menatap ke arah Azil dan Kezia karena tidak sengaja mendengarkan percakapan keduanya tadi.
"Azil ih!"
Lagi, Azil malah terkekeh. Lalu jadi mengacak puncak kepala Kezia dengan gemas.Cowok itu akhirnya bangkit dari duduknya seraya mengeluarkan dompet dari saku belakang celana ripped jeans nya. Kemudian berjalan menuju mamang lontong kari yang kini sedang asyik menyiapkan pesanan pelanggan lain sambil bersenandung seirama dengan musik dangdut yang ia putar lewat speaker ponselnya.
"Tarik mang! Digeboy, geboy mujaer!"
Ujar Azil sambil mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya. Ikut sedikit berjoget di samping mamang lontong kari."Nang ning nong, nang ning nong!"
Jawab si mamang. Lalu keduanya jadi tergelak setelahnya.Kezia memperhatikan adegan itu dari tempatnya terduduk. Tidak tahan lagi untuk menarik ujung-ujung bibirnya ke atas. Membuat sebuah lengkungan senyum yang sangat indah untung dipandang.
Kenapa sih, Azil bisa se-menarik ini di mata Kezia. Cewek itu kini semakin berambisi untuk memiliki bujangan yang kini sedang ia pandangi itu.
Namun jadi semakin ragu pula. Apakah ia pantas? Atau apakah ia menempati sudut ruang di hati cowok itu? Setidaknya sedikit saja?
Karena sampai detik ini pun Kezia paham, masih ada satu sosok yang telah berhasil menghuni penuh dada cowok itu.
-
"Ke gramedia dulu yu, sambil nunggu film"
Ajak Azil ketika ia dan Kezia berhasil menaiki eskalator Mall yang mengarah ke lantai atas.Dibalas dengan anggukan dari Kezia yang berdiri tepat di sebelah kiri Azil.
"Kamu mau cari buku apa, ngga?"
"Mmm ngga deh kayanya. Kalo kamu?"
"Mau liat buku latihan soal buat utbk"
Jawab Azil masih berjalan berdampingan dengan Kezia. Menelaah rak-rak buku yang berderet rapi di dalam toko buku tersebut."Oh iya bentar lagi lulus. Yah,, nanti di sekolah ga rame lagi dong.."
Ujar Kezia kini menekuk bibirnya ke arah bawah. Membuat Azil jadi terkekeh."Iyalah, primadona nya Binar Lembayung lulus. Nanti siapa yang mau dijeritin histeris sama cewek-cewek di sekolah?"
Ujar bocah itu kelewat percaya diri."Heh, kepedean banget sih!"
Satu cubitan berhasil mendarat tepat di pinggang kiri Azil. Lalu keduanya jadi sama-sama tertawa pelan."Nah disana kayanya, yuk!"
Ucap Azil memberhentikan langkahnya saat menemukan sudut ruangan yang berisikan buku-buku latihan soal untuk kelas duabelas. Lalu jadi menarik lengan kanan Kezia agar ikut berjalan menuju tempat yang dimaksud tadi.Ah, rasanya hari ini adalah hari terbahagia sepanjang sejarah enam belas tahun Kezia hidup di dunia. Ingin pula rasanya ia menepis semua keraguan dalam otaknya yang sempat terselip tadi pagi. Tapi apa bisa?
•
•
•
Sekarang Kei-Zil momment dulu.
Gatau deh kalo ntar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shady | Lee Haechan ✔
Teen Fiction[completed] Bandung bagi Azil bener-bener ga kehitung deh seberapa berharganya. Dari Bandung, cowok itu jadi belajar banyak tentang kehidupan. Kenangan yang sudah pahit, jangan dibuang sepenuhnya. Cukup diingat, tapi jangan juga terlalu larut. Lalu...