Saat siswa lain lebih memilih pelajaran Bahasa Inggris karena pasti kelak akan sangat dibutuhkan di masa depan nanti, sementara Azil akan lebih memilih pelajaran Matematika
sebagai prlajaran favorit nya ke-dua setelah tentu saja jamkos dan pendidikan jasmani. Coba lihat saja, rumus-rumus matematika lebih terlihat bervariasi dan menarik untuk ditelaah lebih jauh, dibandingkan dengan ketikan-ketikan Inggris di buku paket yang bahasa nya sulit diserap oleh otak Azil. Harus membedakan penggunaan is am are saja Azil sudah keleyengan.
Blangsak-blangsak begini Azil juga tidak bisa kalah dalam bidang akademis nya. Sebab ia dulu sudah berjanji kepada mendiang papah, Azil akan masuk ke salah satu universitas rencananya di Amerika Serikat. Ingin jadi ahli matematika, katanya.
"Terus nanti di sana maneh mau ngobrol kaya gimana, oon?"
Tanya Kaleya waktu itu yang dibuat heran dengan pilihan universitas nya di luar negeri, sementara dirinya saja ogah-ogahan belajar Bahasa Inggris."Pake bahasa tubuh"
Jawab Azil dengan santai.Tapi Azil yakin kok! Azil pasti diterima di universitas idamannya. Ya walaupun ia juga sebenarnya sudah menyiapkan pilihan universitas dalam negeri, jika pait-pait nya ia tidak memungkinkan diterima di luar negeri. Tapi tidak ada salahnya untuk bermimpi setinggi-tingginya kan?
Lalu jika ditanya mengapa dari awal ia tidak memilih untuk masuk jurusan IPA? Cowok itu akan menjawab, hubungannya dengan kimia, fisika dan biologi sudah berakhir dari saat pertama kali bujang itu memasuki laboratorium untuk praktikum. Sampai kapan pun, Azil tidak sudi jika sampai harus dihadapkan dengan mereka bertiga.
Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Tanpa disangka-sangka setelah bel masuk istirahat ke-dua, bu Indah langsung mengadakan ulangan bahasa Inggris harian dadakan, alias tamat lah Azil!
"Mana cepetan ih, ntar keburu balik bu Indah nya"
Ucap Azil sesudah berjalan menghampiri meja Kaleya dan Shilla di deretan tengah baris paling belakang, yang masih sibuk mengisi soal-soal ulangan di atas lembar kerja siswa."Maneh kalo nge-buru-buru, ga aing kasih"
Jawab Kaleya sedikit ketus sambil masih terpaku pada kertas yang ada di atas meja nya.Azil pun jadi mencibir Kaleya tanpa sepengetahuan cewek itu, sambil jongkok di sebelah bangku Kaleya Menunggu sahabatnya ini memberikan jawaban ulangan yang Azil bahkan tidak mengerti materinya.
Berbeda sembilan puluh derajat dengan Azil, Kaleya sangat meminati Bahasa Inggris. Tidak. Kaleya cinta! Film-film luar yang menjadi pacuan Kaleya menggeluti minat nya dalam bidang Bahasa Inggris ini membuat Kaleya jadi yakin, bahwa suatu saat nanti Kaleya pasti akan diterima di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung jurusan Sastra Inggris dambaannya, lewat jalur undangan. Kaleya yakin!
"Permisi,, Ada Azil?"
Suara seorang cewek yang tiba-tiba mengetuk pintu kelas XII IPS 3 itu berhasil membuat penghuninya yang tadinya sedang ribut mencari jawaban kesana-kemari, jadi memperhatikan sosok manis yang sedang berdiri di ambang pintu kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shady | Lee Haechan ✔
Teen Fiction[completed] Bandung bagi Azil bener-bener ga kehitung deh seberapa berharganya. Dari Bandung, cowok itu jadi belajar banyak tentang kehidupan. Kenangan yang sudah pahit, jangan dibuang sepenuhnya. Cukup diingat, tapi jangan juga terlalu larut. Lalu...