sembilanbelas - buku catatan Raka

255 59 70
                                    

part ini banyak bahasa sunda nya, kalau kurang paham tanya di comment aja yap!

jangan lupa vote&comment nya ya seng 💚

-

"Si Kei kumaha?"
[* Si Kei gimana?]
Tanya Raka kepada Azil yang kini sedang sibuk mengunyah batagor di hadapannya.

"Kumaha, kumaha?"
[* Gimana, gimana?]
Azil hanya mengangkat satu alisnya, memperlihatkan wajah bingungnya kepada Raka yang juga sedang menyantap batagor miliknya di meja kantin sekolah yang mereka tempati bersama.

"Aman? Naha tara bareng ayeuna?"
[* Aman? Kenapa jarang bareng sekarang?]

"Rumit euy.. Pokona just friend lah ayeunamah.."
[*Rumit.. Pokonya Just friend lah sekarangmah]
Jawab bocah itu kini menyeruput nutrisari mangganya yang sudah hampir habis.

Raka menautkan alisnya. Masih belum mengerti maksud dari perkataan Azil. Ia ingin tahu lebih jelasnya lagi.

Merasa paham, Azil menyimpan gelas plastik kosong nya.

"Kumaha nya. Jadi,, nya kitu lah.."
[*Gimana ya. Jadi,, ya gitu lah..]

"Nu baleg atuh goblog"
[*Yang bener dong goblok]

Azil menarik mapasnya. Ia juga bingung harus menjelaskannya dari mana.

"Kaleya, ya?"
Tanya Raka, kini dengan piring mamang batagor yang sudah kosong. Menyisakan bumbu kacang yang bercampur dengan kecap dan sambal.

Azil mengangguk tidak kaget. Pasalnya, hanya Raka yang bisa membaca situasi Azil tanpa bocah itu beri tahu. Yang berati Raka pasti tahu bahwa Azil menyimpan perasaan kepada Kaleya.

"Kenapa aing bisa suka, ya?"
Monolognya.

"Terus sama si Kei udahannya gimana?"

Azil akhirnya menjelaskan kejadian kemarin dengan sangat rinci kepada Raka. Dari awal hingga akhir, sampai tenggorokannya serat. Ekspresinya pun ikut berubah-ubah sesuai keadaan yang ia jelaskan.

"Aing berasa bejat gini, Ka. Asa jiga jadi pakboy kieu aing"
[* Gue berasa bejat gini, Ka. Kaya yang jadi fakboy gini gua]
Tambahnya di akhir kalimat.

Raka menggeleng-gelengkan kepalanya, tergelak pelan melihat ekspresi konyol wajah sahabatnya ini.

"Zil,, saran ti aing"
[* Zil,, saran dari gue]
Ucap Raka.

"naon?"

"Lamun emang bogoh, dipepet ku maneh. Bisi katiheulaan batur. Loba nu hayang si Kal teh"
[* Kalau emang suka, dipepet sama lo. Takutnya keduluin orang lain. Banyak yang mau si Kal tuh]
Jawabnya memberi wejengan kepada Azil. Azil hanya bisa menghela napasnya. Tidak tahu juga harus menjawab apa.

Plak!

"HEEEEE!"
Entah dari mana asalnya, Kaleya menggeplak meja kantin yang Azil dan Raka tempati. Membuat beberapa murid di sekitarnya juga kaget karena suara yang dihasilkan Kaleya.

"gobloggg"
Ucap Azil sembari mengelus dadanya. Masih berdetak cepat karena kaget. Untung saja suapan batagor terakhirnya sudah ia telan duluan. Kalau tidak, mungkin ia sekarang sudah tersedak.

Tanpa merasa bersalah sedikitpun, Kaleya malah mengambil duduk di sebelah Raka sambil masih cengar-cengir memperlihatkan deretan giginya yang sangat rapi.

"Pulangnya ngerjain sejarah minat yu, di my house."
Ajak gadis itu sembari menyomot nutrisari jambu milik Raka.

"Udah beres aing mah. Kelas aing kan pelajarannya hari ini"
Jawab Raka.

"Nah! Bagus dong! Nanti aing sama Azil liat. Ngerjainnya di rumah aing yaa"

"Mbung ah. Hoream"
[* Gamau ah. Males]
Ujar Azil.

"Ih! Ngerjain bareng atuh!"

"Mbung"

"Ngerjain bareng ah anjing! "

"Mbung goblog"

"Ih  Azil anjengggg"

Raka yang sudah biasa dengan perdebatan kedua sahabatnya ini hanya bisa menghela napas dengan sabar. Sambil dengan santai menyeruput minumannya.

Kemudian jadi dapat tatapan dari Azil dan Kaleya. Sama-sama saling meminta pendapat. Matanya jadi bergantian melirik kedua bocah itu. Ia melepas sedotan dari bibirnya, sekali lagi menghela napasnya.

"Udah, turutin aja lah.."
Ucapnya kepada Azil yang dibalas senyuman kemenangan dari Kaleya, namun wajah jengkel dari Azil.

Rencana Azil pulang sekolah hari ini untuk meningkatkan level pada game nya harus tertunda akibat permintaan Kaleya. Sebenarnya Azil juga senang bisa ke rumah Kaleya lagi setelah sekitar dua minggu ia tidak ke sana. Isi kulkas rumah itu kini sangat ia rindukan.

Terutama pemiliknya.

-

-

-

Kini Azil dan Kaleya jadi tatap-tatapan cukup lama dengan posisinya yang sama-sama duduk menyila bersebelahan di atas karpet.

"Anjim! Lieur kieu tulisan maneh, Ka!"
[* Anjim! pusing begini tulisan lo, Ka!]
Seru Azil setelah mengamati tulisan tangan Raka pada buku catatannya yang ada di atas meja.

Masalahnya, tulisan Raka benar-benar sulit untuk dibaca oleh Azil. Apalagi catatan Sejarah itu bukan hanya satu sampai dua paragraf saja yang kalau tulisannya tidak jelas, masih bisa ditebak-tebak. Melainkan lima halaman penuh!
Apalagi materi Sejarah Minat kali ini lebih banyak dari bab sebelumnya.

Ditambah tugas tambahan berupa sepuluh soal essai yang jawabannya tidak mungkin hanya satu atau dua baris saja.

"Tulisan dewa. Cuma bisa dibaca sama yang imannya kuat"
Timbal Raka dari atas sofa sambil asyik mengunyah cimol yang tadi sempat ia beli di sekolah.

"Ah anjeng. Tau gitu aing liat yang si Sabit aja"
Ucap Kaleya menyerah dengan tulisan Raka. Matanya jadi pusing habis melihat tali-tali kusut berwarna hitam pekat di atas kertas.

"Mana sini aing bacain"
Raka merebut buku catatannya dari Kaleya. Kemudian berdehem, mempersiapkan diri untuk membaca isi catatannya. Namun jadi langsung menautkan alisnya. Ternyata ia juga tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Eh? Aing nulis naon anjing?"
[* Eh? Gue nulis apaan anjing?]
Tanyanya heran.

Kini Azil dan Kaleya hanya bisa saling memandang sambil sama-sama menghela napasnya lelah.

"Brainly aja brainly, Kal"
Ujar Azil pasrah sambil menunjuk posel Kaleya dengan dagunya.

"Eehh bentarr! Nih, sok yah. Perpecahan Uni Soviet... Taa... Ngg.. Tai? Eum.. Tak? Ngg.."
Ucap Raka namun malah jadi bingung sendiri. Menebak-nebak tulisannya. Membuat Azil menggeleng pasrah.

"Bacain Kal"
Titah Azil kepada Kaleya saat gadis itu sudah berhasil menemukan apa yang dicarinya di internet.

Kemudian keduanya mencatat apa yang perlu dicatat. Tidak menghiraukan Raka yang masih juga memcoba membaca buku catatannya kembali. Masih mengingat-ngingat apa yang kemarin ia tulis.

"Naon sih ieu?"
[* Apa sih ini?]
Tanya Raka pada dirinya sendiri sambil masih terpaku pada buku catatannya dengan matanya yang memicing. Berharap tulisannya seketika jadi jelas di matanya.






























dari sini kita rada santai ogghey pusing konflik terus.

SAPA MAU ASUPAN UWU DARI AZIL CUNG!!

Shady | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang