delapanbelas - lekas sembuh Kei

288 62 67
                                    

ini part fav aku karna ajil nya gemoy bgt disini tapi bawahnya sih umm..

ttp vote&comment nya ya seng, lub dari jane❤

-

"Kei!"
Panggil Azil dari jok motor depan kepada Kezia sedikit kencang. Terhalang suara bising kendaraan bermotor yang lainnya di bawah langit malam.

"Apa!"
Sahut Kezia mendekatkan kepalanya ke sebelah kanan telinga Azil begitu cowok itu memberhentikan motornya tepat di depan plang pembatas rel kereta api. Lalu menurunkan kedua kakinya untuk menjaga keseimbangan motor agar tidak terjatuh.

"Taruhan yu!"
Azil sedikit menoleh ke kanan, walaupun tetap tidak bisa melihat wajah Kezia.

"Taruhan apa?"

"Keretanya muncul dari kanan atau kiri?"
Tanya bocah itu dengan senyuman lebar yang bisa Kezia lihat jelas. Cewek itu jadi ikut tersenyum.

"Aku kanan!"
Seru nya sangat bersemangat.

"Ah aku kanan!"

"Ih yaudah, aku kiri!"

"Tuh tuh, bentar lagi dateng"
Ucap Azil saat dirasa tanah pijakannya mulai bergetar.

"Inimah getaran nya dari kanan tau Kei!"

"Sok tauuu!"

"Ehhh. Cobain sama kamu. Turun terus pegang aspal nya, fix dari kanan!"

"Hahahahha gamauu! Nanti aku ditinggalin!"
Balas Kezia. Azil jadi ikut terkekeh, bisa dilihat jelas dari kaca spion oleh Kezia. Si oknum yang berhasil memikat hatinya cukup lama.

Semingguan ini keduanya semakin dekat. Mulai dari makan di kantin sekolah berdua, menonton film dari laptop di rumah Kezia, sampai jalan-jalan malam seperti sekarang ini.

Ah, coba saja hari ini bisa lebih panjang lagi. Sebab Kezia rasa, ia akan sangat merindukan momen ini nantinya.

Tapi malam ini, Kezia akan menyatakannya.

"Cepetan masuk"
Titah Azil ketika motornya sudah terpakir di depan pagar rumah Kezia. Namun cewek itu malah berdiri di samping Azil sambil menatap mata cowok itu lumayan dalam.

"Kenapa sih? Ganteng yah?"
Tanya Azil. Tapi malah tidak Kezia hiraukan. Cewek itu masih mematung tidak bergerak. Membuat Azil jadi membuka helm nya dan menggantungnya di kaca spion.

"Hei.. Kenapa?"
Tanyanya lagi kini mengubah posisi duduknya jadi miring menghadap Kezia.

Terdengar jelas helaan napas Kezia yang entah mengapa jadi tiba-tiba berat.

"Zil.."
Panggil Kezia pelan.

"Kenapa Kei?.."
Tanya Azil sangat lembut.

"Sini tangannya.."
Kezia menjulurkan tangan kanannya. Matanya tertuju kearah tangannya sembari menariknya kembali saat tangan Azil sudah ada di genggamannya.

Kezia menarik napasnya lagi. Kali ini cukup panjang. Mempersiapkan hati dan pikirannya untuk melontarkan isi otaknya melalui bibirnya.

"Aku tau, kamu juga paham sama situasi kita.."
Kezia menggantung kalimat nya, membuat Azil mengangkat kedua alisnya.

"Aku mau mundur duluan aja, Zil.."
Lanjutnya kini memberanikan diri untuk menatap mata Azil.

"Hah? Apaasih?"
Azil malah dibuat Kezia semakin bingung. Mundur duluan apanya sih?

Cewek itu kini malah tersenyum tipis. Sedikit dipaksakan.

"Kita itu kan gaboleh bohong sama perasaan sendiri.."
Ucap Kezia dengat matanya yang mulai menghangat.

Masih belum paham, namun entah mengapa rasanya seperti tertusuk. Napas Azil berhenti sedetik. Ia kerjapkan matanya beberapa kali sampai dirinya bisa mengatur napasnya kembali.

"Aku tau, kita sama-sama udah saling berjuang di sini,,"
Suaranya jadi gemetar.

"Tapi seberapa keras pun kita berusaha, hati kamu tetep ga sama aku Zil..."
Setetes air yang masih hangat jatuh ke atas pipi Kezia setelah ia melanjutkan kalimatnya, seraya melepas genggamannya perlahan pada tangan Azil.

Azil jadi mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sambil masih berusaha menormalkan pernapasannya.

Memang sudah sekitar dua bulan keduanya jadi semakin dekat semenjak pensi sekolahnya. Juga karena usaha Kezia yang tidak berhenti dengan gencarnya mendekati Azil sampai sudah di tahap ini.

Tapi mau sampai kapanpun, Kezia sadar. Kezia paham, ia ini tidak akan pernah bisa berdampingan dengan Azil.

Kezia tahu, hati Azil dari awal memang bukan disediakan untuknya.

Yah, daripada patah hati di kemudian hari karena dipaksakan untuk bertahan. Dilepas dari sekarang saja biar lekas sembuhnya ya, Kei. Pikirnya saat itu.

Azil menarik napasnya, kini giliran cowok itu yang memberanikan dirinya untuk menatap mata Kezia.

"Ngomong apa sih kamu.. Udah, masuk sana. Jangan mikir yang aneh-aneh.."

Kezia menggeleng.

"Bukan aneh-aneh Zil.. Tapi keliatan terlalu jelas.."
Tangisnya semakin deras.

Lagi, rasanya seperti tertusuk. Namun kali ini sedikit lebih perih. Perkataan Kezia benar. Sampai detik ini pun yang masih menghuni isi hati Azil bukan Kezia. Entah mengapa pula, sekeras apapun ia berusaha untuk bisa menaruh Kezia di hatinya, Azil tetap tidak bisa.

Kaleya yang ada di lubuknya sudah terlalu jelas dan kuat.

"It's cruel, Zil. Untuk aku, untuk kamu juga"
Lanjut cewek itu sesekali menghapus air matanya. Tapi kemudian memaksa untuk tersenyum lagi.

"Aku mundur, yah?"
Sakit sejujurnya untuk menghadirkan sebuah senyuman dikala suasana seperti ini.

Hening seketika membalut atmosfer diantara keduanya untuk satu menit.

"Aku minta maaf Kei.."
Azil membuka suara lagi.

Cowok itu merasa terlalu bersalah kepada Kezia. Ia pun tidak menduga Kaleya tidak juga hilang dari hatinya sebanyak apapun usahanya.

Kezia menggeleng lagi.

"Ga ada yang salah di sini. Kita sama-sama belajar.."
Jawabnya.

Azil semakin merasa bersalah. Bisa-bisa nya ia sudah menyakiti cewek baik seperti Kezia.

"Now take care, ya.. Tetep cari aku kalau butuh temen main ya! Hehe.."
Senyuman lebar ia tunjukkan kepada Azil. Berharap bisa mengurangi rasa patah hatinya.

Yah, setidaknya sekarang ia tidak perlu mengejar apa yang tidak seharusnya ia dapatkan. Karena itu cukup melelahkan. Bagi raga maupun otaknya. Apalagi kalbunya.












sebelum teh Kei menghilang dari peradaban

sebelum teh Kei menghilang dari peradaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


hampura nya teh☹

tar lagi mau ditamatin ah

Shady | Lee Haechan ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang