SAVLORA
.
.
."Emang lo mau ngapain sama gue? Cuma mampir doang 'kan?" tanya Vlora balik, dia menampilkan wajah polosnya. Bukan maksud bermuka dua, hanya saja Vlora harus menjaga image di depan Satria supaya cowok itu tidak ilfeel padanya. Kan gawat kalau Satria ilfeel, baru aja ada sedikit kemajuan beberapa hari ini.
Satria terkekeh dan salah tingkah. Padahal dia hanya sekedar bercanda untuk menggoda cewek menyebalkan itu. "Lain kali aja. Gue pulang, lo jangan kemana-mana kalau gak ada kepentingan."
"Oke deh, hati-hati, Ayahanda!" teriak Vlora ketika Satria sudah menjalankan motornya dan mulai menjauh.
Keheningan menyapa Vlora saat dia memasuki rumah. Cewek itu berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua, masih dengan wajah yang senyum-senyum tidak jelas. Senyum itu memudar ketika lintasan bayang-bayang masalalu kembali, sudah sembilan tahun telah berlalu, itu waktu yang panjang bagi Vlora.
Cewek itu dirawat oleh Om-nya yang baik dan Tantenya yang pura-pura baik. Namun sejak satu tahun lalu, Vlora memutuskan tinggal sendiri di rumah peninggalan kedua orang tuanya. Awalnya Mahesa--Om Vlora--menolak tegas, namun Vlora berhasil membujuknya dengan embel-embel ingin hidup mandiri.
Almarhum Ayah Vlora termasuk orang berada, harta warisannya yang melimpah membuat Vlora tidak lagi bekerja untuk kebutuhan sehari-hari selama beberapa tahun terakhir, lagipula Vlora termasuk perempuan yang hemat. Dia tidak akan membeli apa yang tidak diperlukan. Kadang Mahesa juga sering mengiriminya uang dua bulan sekali, padahal Vlora sudah menolaknya.
Sebuah deringan ponsel masuk berhasil membuyarkan lamunan Vlora. Lantas mengambil ponselnya yang masih bersembunyi di dalam tas.
Shara is calling...
Cewek itu mengerutkan kening. "Hallo, dengan Vlora sendiri di sini, ada perlu apa?" tanya Vlora, kemudian mendudukkan dirinya di atas kasur. Vlora tidak akan kaget jika Shara mengatakan sesuatu yang mustahil diketahui cewek itu.
"Lo tadi nyari gue? Sorry ya, tadi gue udah dijemput," ujar Shara.
Nah kan, padahal Vlora tidak memberitahu apa-apa sebelumnya. "Santai aja, Shar. Gue juga pulang bareng Satria kok," balas Vlora bersemangat.
"Serius?" tanya cewek itu, memastikan.
"He'em," Vlora tetap mengangguk.
Di seberang sana, Shara terdiam beberapa detik, setelahnya dia kembali bersuara. "Semoga kali ini usaha lo berhasil."
Spontan saja Vlora tertawa mendengar ledekan itu. Shara memang cewek baik, cuman orang-orang tidak terlalu mengenalnya dan hanya memandangnya dengan sebelah mata.
Percakapan mereka berdua berlanjut, Shara tidak banyak bicara, dia tetap setia mendengarkan ocehan Vlora yang menceritakan bagaimana ia bisa pulang bersama cowok berponi lempar itu.
"Iya, bye, Shar."
Vlora menaruh ponselnya lalu kemudian merebahkan diri di kasur empuk miliknya dengan seragam yang masih melekat di tubuhnya. Jam menunjukan pukul tiga sore lewat sepuluh menit. Vlora menutup matanya, lumayan ada waktu beberapa jam untuknya menenangkan pikiran.
👁👄👁
"BUNDAA, PANDAA, TOLONGIN SATRIA!"
Thania yang sedang duduk santai di sofa ruang tamu bergegas lari dengan tergopoh-gopoh untuk menghampiri kamar anak semata wayangnya itu.
Sandi---Ayah Satria yang tadinya rebahan menonton televisi juga ikut berdiri mengejar istrinya, siapa tau istrinya itu terjatuh karena tersandung semut yang lewat.
"Kamu kenapa?" tanya Thania panik.
"Kamu mau cosplay jadi kura-kura kah?" tanya Sandi, dia heran saat melihat Satria tengkurap di lantai, hampir menyerupai kura-kura. Sayangnya Satria tidak memiliki tempurung.
"Laper, Bun, kepalaku pusing," katanya, Satria sudah tidak sanggup lagi berbangun. Kebiasaan rese' yang kadang muncul ketika ia sedang lapar.
Thania mengusap dadanya sabar. Kalau lapar tinggal makan apa susahnya? "Bangun dulu, makan, terus minum obat biar gak pusing lagi. Mikirin apasih ampe pusing begitu."
"Mikirin masa depan, Bun, aku gak mau minum obat, pahit."
"Lihat senyum Papah aja, biar tambah manis," celutuk Sandi sambil mengeluarkan senyumnya, tepatnya— menyeringai datar. Bukannya tambah manis, tapi, malah nampak seperti om-om cabul yang menggoda para gadis.
Thania menggeleng pelan. Tidak anak tidak suami, kelakuannya sama aja.
"Ayo bangun, Satria!" Thania bertolak pinggang.
Satria duduk, meskipun sekarang kepalanya benar-benar berputar bahkan ini lebih menyeramkan dari pada naik komedi putar.
Thania berjalan ke arah dapur, mengambil nasi dan juga lauk untuk anak kesayangannya.
Sandi masih memperhatikan Satria, pria itu berjongkok kemudian menyentuh kening Satria lalu bergumam. "Hm, keknya, kamu bentar lagi mau jadi kura-kura deh."
"I believe I can be a turtle~"
.
Pria berusia kisaran 40-an lebih itu tetap memandangi Satria yang sedang menerima suapan makanan dari Thania.
"Udah SMA masih aja disuapin," ledek Sandi.
"Dari pada Papah, udah tua masih aja disusuin."
Refleks Sandi melotot, begitu juga dengan Thania yang ingin sekali mengutuk anak laki-lakinya itu seperti yang dilakukan seorang ibu di cerita dongeng, Maling Kandang.
"Udah-udah, kamu ini Pah, beresin kerjaan aja sana!" ujar Thania, dari pada obrolan mereka kemana-mana lebih baik dihentikan sekarang.
Sandi kicep, istrinya ini selalu benar. "Iya-iya, Bunda mah hobinya marah-marah mulu, gak asik."
Satria terkekeh. "Tenang Pah, Satria gak bakal berubah jadi Pororo, kok," ujarnya. Pororo adalah nama kura-kura milik Satria yang sudah menjadi arwah penasaran.
Sandi jujur sangat khawatir pada anaknya itu akibat kematian Pororo yang tidak diketahui penyebabnya apa. Tiba-tiba saja Pororo ditemukan tak bernyawa dalam posisi terbalik. Sandi cukup takut jika Pororo dendam karena tidak becus merawatnya dan mengubah Satria menjadi kura-kura.
"Ya udah, habisin makanannya." Satria mengangguk sambil menatap kepergian Sandi.
Sandika Putra adalah suami dari Thania Afitra Irsya. Pasangan legend yang berhasil menurunkan generasi kebobrokan terbaru yaitu Satria Abiputra. Satria lahir secara otodidak. Makanya otak Satria agak sedikit geser, tapi hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa Satria cukup cerdas. Hanya saja, cowok itu masih lemah dalam urusan cewek.
.
.
.•••Negara yang bisa nyembuhin sakit? •••
.
.
.Parasepanyol
29-12-20
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiologi Cinta
Teen Fiction#Frozen itu kartun, kalau friendzone itu kamu, awowkwk. . . . Menganggu Satria setiap hari di sekolah atau di luar sekolah sudah menjadi rutinitas bagi Vlora sejak berada di kelas sepuluh. Vlora juga melakukan berbagai macam cara agar bisa menakluk...