Sekitar kurang lebih dua jam yang lalu....
.
.
.
Vlora benar-benar lelah, badannya terasa amat gerah sehabis pulang dari kafe Gara. Tadi, Vlora pulang diantar oleh Saga, katanya-hari ini adalah hari terakhir cowok itu berada di Indonesia sekaligus hari terakhir Saga bertemu Vlora, sebab saat jam delapan malam nanti-dia sudah harus berangkat menuju Amerika.Tak enak menolak, Vlora memutuskan untuk menyetujuinya saja meski Suci sempat berubah menjadi setan yang terus-terusan membisikinya tentang hal-hal buruk yang pernah Saga perbuat pada Vlora.
Sekarang, Vlora berjalan gontai ke arah kamar mandi, mengguyur tubuhnya hingga dinginnya air mengalir ke seluruh badan, lalu Vlora melanjutkan kegiatannya dengan mencuci baju dan menaruh beberapa potong ikan salmon di dalam mangkuk makanan Cemara.
Selesai mengerjakan semua aktifitas rutinnya, cewek itu kini nampak duduk santai sembari menonton televisi di ruang tamu. Ralat-televisi yang menonton Vlora karena dia sibuk memainkan ponsel dan cekikikan sendiri.
Dari bawah lemari, suara gerusak-gerusuk membuat Vlora melirik. "Bunyi apa tuh?" gumamnya mulai waspada.
Srskksksrkk...
Mata Vlora membola, tangannya perlahan bergerak mengambil remote kemudian mematikan televisi hingga keadaan mendadak sunyi, Vlora menelan salivanya kasar.
Sssrkkkrkksksshk...
Cewek itu berdiri, mendekati lemari yang berjarak dua meter dari tempatnya.
Ngwng...
Ngewng...
Itu suara Cemara. Kucing betina itu muncul dari bawah lemari, namun perutnya mengempes.
"Cem? Kamu-?" Terbelalak sambil menutup mulut, Vlora segera berjalan menghampiri Cemara, memutar-mutar kucing itu untuk memastikan jika si Cemara benar-benar sudah melahirkan.
Vlora menunduk, menempelkan pipinya di lantai, melihat di manakah Cemara menaruh anak-anaknya.
Di ujung gelap sebelah kiri, Vlora menemukan benda yang persis macam anak tikus, berbulu sangat-sangat tipis, walau masih ada sedikit noda-noda darah terdapat di sana.
Dengan keberanian setengah persen, Vlora menyorot makhluk yang diduga anak Cemara itu memakai senter ponselnya.
"Ya ampun, Cemaraa!" Vlora memekik. Berkacak pinggang. "Masa anak kamu dibiarin tidur kek gitu!"
Vlora bangun, berlari menuju gudang di belakang rumah, mencarikan kardus atau alas apapun itu agar anak-anak Cemara tidak mengalami-sakit punggung serta sesak napas karena banyak debu dan sarang laba-laba di dalam sana.
Sepuluh menit kemudian, Vlora kembali, membawa sebuah kardus berukuran sedang yang sudah diisi berbagai kain perca.
"Gimana ngambilnya ya?"
"Cem. Angkatin anak kamu gih!" suruh Vlora, meletakkan kardus di sebelah lemari dengan posisi yang terbuka mengadap ke depan, supaya memudahkan Cemara masuk.
Seakan mengerti. Kucing itu langsung mengangkut anaknya, menggigitnya di bagian leher. Vlora yang memperhatikannya lantas cemas sekali jika Cemara kebablasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiologi Cinta
Teen Fiction#Frozen itu kartun, kalau friendzone itu kamu, awowkwk. . . . Menganggu Satria setiap hari di sekolah atau di luar sekolah sudah menjadi rutinitas bagi Vlora sejak berada di kelas sepuluh. Vlora juga melakukan berbagai macam cara agar bisa menakluk...