Hari ini piket per-angkatan sudah mulai dilaksanakan. Semangat Vlora menggebu-gebu karena akan bertemu Satria.
Sesudah menaruh tas di bangku miliknya, Vlora langsung mematri langkahnya menuju green house yang terletak di dekat mantan kolam renang SMA RajaElang. Selain aula, kolam renang itu juga sering dikatakan angker oleh beberapa murid. Katanya di sana pernah terjadi pembunuhan massal, sampai sekarang kolam renang itu tidak lagi dipakai barang sekalipun. Entahlah, benar atau salahnya rumor itu Vlora tetap tidak peduli, yang lebih penting dia akan piket bersama Satria hari ini.
Ah-hampir lupa, bukan hanya nama Satria yang Vlora ketik waktu itu, dia juga memasukkan nama kedua sahabat Satria yaitu Febri dan Arvin di jadwalnya, dan ditambah lagi dengan Desty Ryanditha. Vlora memang sengaja menambahkan Desty karena Febri yang berstatus sebagai sang pacar pasti akan selalu menurut kalau disuruh-suruh.
Sesampai di green house, Vlora mengambil sapu yang sudah di sediakan oleh Osis Bidang Kebersihan.
"Kayaknya gue ke pagian deh," monolog Vlora. Bola matanya meliar menatapi pot-pot bunga yang sedikit tergeser dan dedaunan yang kering akibat tidak disirami air. "Macam tak betul je tempat ni," gerutu Vlora dengan nada melayu-nya
Dari arah berlawanan, terdengar suara-suara langkah kaki yang diperkirakan berjumlah banyak. Vlora menoleh, senyum tipisnya terulas saat matanya tidak sengaja bersitatap dengan mata Satria. Vlora jadi salah tingkah sendiri.
"Widih, Ketua Osis kita emang rajin ya, Bre." Febri menepuk bahu Satria kemudian merangkulnya.
"Iyalah, kan ada Ayang Bebeb," timpal Arvin tertawa meledek.
Desty berdecak. "Gak usah didengerin, Ra. Mending kita nyapu daun-daun itu yuk, biarin mereka yang mungut sampahnya."
Vlora mengangguk saja, dia mulai menyapu di bagian paling ujung sebelah kiri, sedangkan Desty di bagian sebelah kanan.
"Kita bertiga ngapain nih?" tanya Febri polos.
"Lo masukin daun-daunnya ke plastik sampah aja sana!" perintah Vlora.
"Ngambilnya pakai tangan?" tanya Febri.
"Iyalah, masa pakai kaki!" ketus Vlora. Jangan kalian pertanyakan lagi bagaimana keadaannya kalau Febri dan Vlora bertemu. Pasti akan ada saja hal-hal yang mereka permasalahkan, mulai dari hal kecil sampai hal besar.
Febri cemberut, namun tak urung menolak, dia berjalan malas mengambil tempat sampah.
"Plastiknya mana?" tanya Febri. "Eh lo berdua kok diam aja? Ayo bantuin!" ujarnya pada Satria dan Arvin.
"Gue nyari plastik deh," kata Arvin yang langsung berlari keluar, tidak lama kemudian cowok itu kembali datang bersama plastik-plastik sampah di kedua tangannya.
"Dapat di mana nih? Nyuri ya lo?" tuduh Satria curiga. Mana mungkin Arvin mengambil ke kelas 11 IPS 2 dalam waktu sesingkat itu.
"Biasa, gue minta sama adek kelas," jawab Arvin cengengesan.
"Nih, cepet masukin," ujar Desty menunjuk tumpukan daun yang sudah ia sapu.
"Apa yang dimasukin?" goda Febri sambil memainkan alis.
Desty melotot. "Sekali lagi kamu nanya, aku marah," ucap Desty mengancam.
"Ampun, Nyai." Febri segera melakukan tugasnya. Diikuti oleh Satria dan juga Arvin, ketiga cowok itu sesekali tertawa karena Febri yang mual-mual akibat mencium bau busuk dari banyaknya sampah daun yang telah dikumpulkan.
Beberapa menit berlalu.
"Udah beres nih, diapain lagi?"
"Dibuang lah, yakali dimakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiologi Cinta
Teen Fiction#Frozen itu kartun, kalau friendzone itu kamu, awowkwk. . . . Menganggu Satria setiap hari di sekolah atau di luar sekolah sudah menjadi rutinitas bagi Vlora sejak berada di kelas sepuluh. Vlora juga melakukan berbagai macam cara agar bisa menakluk...