"Kenapa lo bikin itu buat gue?" Satria kembali ke kasurnya, setengah tiduran. Kondisi tubuhnya sudah lumayan membaik, tidak panas seperti beberapa menit lalu.
"Gatau, pengen aja," balas Vlora, lagi, masih menatap gantungan kunci itu. Dirinya sendiri tidak tau apa alasannya menyukai Satria, cowok itu memang ganteng banget, tapi kalo soal ganteng doang'kan...Arvin juga ganteng, Febri juga, malah ada tambahan cantiknya. Entahlah, Vlora hanya berpikir kalau Satria itu menarik, pinter, tatapannya yang sering membuat Vlora kejang-kejang, apalagi cara bicaranya, dan perilakunya yang kadang cuek kadang bodo amatan tapi peduli, ibaratnya ya kayak cowok-cowok di film-film, paket lengkap.
Balik lagi, suka bukan berarti Vlora bisa memilikinya 'kan?
"Satria." Vlora diam di tempatnya, masih berdiri.
"Hm."
"Lo, kenapa gak pernah punya pacar?"
🐢🐢🐢
"Beli yang mana ya?" gumam Febri, membandingkan dua barang yang ada di tangannya.
"Pink atau ungu?" Sulit memutuskan pilihan kali ini, akhirnya Febri meminta saran dari Arvin.
"Ini aja," tunjuk Arvin, pada tangan Febri yang sebelah kanan.
"Tapi yang kiri bagus loh," jawab Febri, bergulat dengan pikirannya.
"Ngapain lo minta saran gue, bego!" Arvin emosi, menjitak kepala Febri dengan kesal. "Lo tadi bilang cuma liat-liat doang, gak akan beli," peringatnya gemas.
"Ini bukan buat gue," cetus Febri.
"Terus?"
"Kepo."
Febri berjalan, bertanya pada Arvin ternyata tidak memuaskan.
"Si kampret ni anak," gerutu Arvin, menatap Febri tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sosiologi Cinta
Fiksi Remaja#Frozen itu kartun, kalau friendzone itu kamu, awowkwk. . . . Menganggu Satria setiap hari di sekolah atau di luar sekolah sudah menjadi rutinitas bagi Vlora sejak berada di kelas sepuluh. Vlora juga melakukan berbagai macam cara agar bisa menakluk...