07. /PSYCOPAT/

2.4K 301 12
                                    

Semua murid SMA RajaElang sudah berbaris rapi di lapangan outdoor untuk melaksanakan upacara bendera sekaligus pemilihan Ketua Osis periode baru.

Di sana, ada Satria, Arvin dan teman-temannya yang nampak santai-santai saja, sangat berbeda dengan Vlora yang sekarang sedang gelisah gundah merajalela. Tadi malam, cewek itu tidak bisa tidur nyenyak dan juga kehilangan selera makannya. Padahal, kalau kalahpun Vlora tidak akan mati atau dihukum.

Setelah upacara selesai, kini adalah giliran acara untuk pemilihan Ketua Osis, para perwakilan sudah diperintahkan maju satu-persatu untuk membacakan visi dan misi mereka.

Pak Yanto menulis nama-nama calon di papan tulis yang memang sudah disediakan sebelumnya.

"Baik anak-anak, silakan kalian tulis nama perwakilan di kertas kecil yang sudah saya bagikan, tolong gak usah nyontek ya," ujar Pak Yanto menunjukan wajah garangnya.

Semuanya lantas menuliskan siapa nama yang mereka pilih. Ada yang saling berbincang dan berdiskusi, ada juga yang memilih asal karena sudah terlalu capek berdiam diri di lapangan.

Beberapa menit berlalu, nama-nama dari kertas itu mulai dibacakan dari kertas pertama sampai kertas penghabisan.

Kalau dilihat dari perhitungan yang tercatat di papan tulis, nama Vlora dan Satria hampir seimbang. Hanya selisih satu angka saja dari keduanya.

Pak Yanto mengakhiri acara, kemudian mengumumkan kalau Ketua Osis tahun ini adalah Vlora Ollivia dari kelas 11 IPS 4. Semua murid bertepuk tangan menyambut Ketua Osis mereka yang baru.

Vlora menyentuh bagian dadanya yang terasa berdebar.

"Ehem, jadi ketua nih, ye," goda Arvin.

Vlora tersenyum manis. "Mayan berat sih kalo jadi Ketua Osis, Vin," gerutu Vlora, takut-takut.

"Bawa sellow, Ra, pelajari dari agenda tahun kemarin aja."

Vlora mengangguk semangat. "Entar gue minta ajarin sama Ketua Osis tahun kemarin, pasti dia mau kok."

"Bilang aja mau modus," sindir Satria dari arah samping. Wajah cowok itu sama sekali tidak menatap Vlora melainkan menatap lapangan yang masih di isi oleh para siswa-siswi, walau sebagian sudah ada yang berteduh di bawah pohon. Satria ingat sekali kalau Ketua Osis sebelumnya adalah seorang cowok. Pasti Vlora sengaja mengambil kesempatan dari hal itu, pikirnya.

"Bukan gitu, Ayahanda. Gue cuma ingin tau cara menjadi Ketua Osis yang benar."

"Suttt...udah-udah, lo ditungguin tuh sama yang lain," kata Arvin kepada Vlora, menunjuk para bagian inti osis.

"Oke, makasih, Vin."

🐢🐢🐢

Lima belas menit yang lalu bel pulang berbunyi, Vlora berjalan sendirian di koridor yang sudah sepi, di tangannya terdapat satu buku tebal berupa agenda Osis pada tahun lalu yang baru saja ia dapatkan. Mata cewek itu terlalu fokus pada bukunya hingga tidak memerhatikan jalan. Sesaat, tubuhnya tidak sengaja menabrak sesuatu, kalau dari bau parfumnya sih Vlora sangat kenal sekali.

"Kalau jalan, liat-liat!" kata Satria ngegas.

"Iya, sorry," balas Vlora sambil menggaruk tengkuknya.

Sosiologi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang