4. Overage

933 199 42
                                    


Setibanya di kamar, Joanna langsung melepas kerudungnya dan digantung di belakang pintu kamar.

"Astaghfirullah, Joanna. Itu jangan sembarangan lepas hijab. Kita hanya boleh lepas hijab kalau pintu kamar sudah ditutup rapat, soalnya kadang para Ustadz tiba-tiba lewat buat pasang galon di sana."

Tegur Yeri sembari menujuk galon air yang terletak di pojok koridor ruangan.

Ceklek...

Pintu kamar langsung dikunci Rumi dari dalam, dengan cepat dia juga mulai melepas hijabnya dan digantung di samping kerudung Joanna.

"Panas banget sumpah. Kipas anginnya aku hidupin, ya?"

Joanna dan Yeri mengangguk singkat, mereka akhinya menuju ranjang masing-masing karena ingin segera berbenah.

"Itu dari Ustadz Jeffrey?"

Tanya Rumi sembari menunjuk kinder joy yang baru saja Joanna keluarkan dari kantongnya.

"Iya, mau? Nih, ambil!"

Joanna melempar kinder joy pada Rumi, hingga membuat Yeri yang sedang melepas kerudung mulai menatap aneh pada mereka saat ini.

"Thanks! Tumben banget Ustadz Jeffrey kayak gini, biasanya dia pendiem banget. Kalo ngajar aja sering nunduk. Jangan-jangan kamu keponakannya, ya?"

"Gak lah! Mana ada aku punya Om kayak dia! Tukang ceramah dan sok suci kayak dia! Males banget tau, gak? Tiap hari pasti dapet ceramahan."

"Tapi gantenggg, kan???"

Goda Rumi sembari memakan isi kinder joy yang baru saja dibuka.

"Ganteng sih, tapi aku lebih suka Ustadz Johnny. Vibes-nya kayak Mr. Grey wkwkwk."

Rumi dan Joanna terbahak, karena keduanya ternyata pernah menonton film yang sama.

Sedangkan Yeri, dia hanya diam saja dan beralih menuju kamar mandi.

"Dia kenapa?"

Tanya Joanna pada Rumi.

"Gak tau, dapet kali. Biasanya dia seru kok."

Joanna hanya mengangguk singkat dan beralih melepas gamisnya di depan Rumi, dia tidak peduli kalau dalamannya dilihat teman sekamarnya sendiri.

Toh, mereka sama-sama perempuan. Itu tidak masalah, kan?

4. 50 AM

Joanna sesekali menguap ketika menunggu antrian mengaji dengan Utadzah Jennie di masjid.

Rumi dan Yeri sudah kembali ke kamar, mereka sengaja meninggalkan Joanna karena mereka mendapat jadwal membersihkan halaman. Seharusnya Joanna juga, tetapi karena dia baru saja datang. Yeri dan Rumi akhirnya berbaik hari membiarkan Joanna lolos untuk hari ini saja.

"Alhamdulillah, sering-sering iqra' di kamar, ya? Minta ajari Yeri atau Rumi. Mereka pasti mau."

Joanna mengangguk singkat dan memeluk Al-Qur'an erat-erat.

Karena dia adalah santriwati terakhir, akhirnya Joanna memutuskan bersender pada pilar yang terletak di teras masjid semabari menatap Rumi dan Yeri yang masih menayapu halaman. Mukenah putih yang dipakainya juga belum dilepas. Karena dia berniat melepas mukenah di kamar saja setelah menunggu Yeri dan Rumi selesai bekerja.

"Kok gak balik? Masih ada waktu dua jam sebelum kelas Ustadz Jeffrey dimulai."

Joanna menoleh pada sumber suara, atau lebih tepatnya pada Johnny yang saat ini ikut duduk di samping dirinya.

"Nungguin Yeri dan Rumi, Ustadz."

"Kenapa gak dibantu? Kalo dibantu kan bisa cepet selesai."

Sahut Dimas yang tiba-tiba saja datang dengan Utadzah Jennie yang berjalan agak jauh di belakangnya.

"Hari ini Joanna libur dulu, dia masih beradaptasi. Kasihan kalau harus disuruh langsung bersih-bersih."

Bela Jennie sembari memakai sendal dan berpamitan untuk segera pergi.

"Ustadz denger, kan? Makanya gak usah julita! Ih! Wangi banget, Ustadz Dimas pake parfume sekolam?"

Ejek Joanna setelah mencium bau Harum yang tiba-tiba saja mengusik hidungnya.

"Mana ada! Itu! Di belakangmu!"

Joanna menoleh ke belakang, menatap Jeffrey yang pagi ini memakai baju koko berwarna biru muda dan sarung kotak-kotak berwarna hitam.

"Wangi banget, Ustadz? Ning Rosa kan lagi halangan, jadi gak di masjid sekarang."

Goda Joanna karena dia sempat diberi tahu Rumi dan Yeri kalau Ustadz Jeffrey dan Utadzah Rosa memang sering dipasang-pasangkan.

Dimas dan Johnny tampak menahan tawa ketika menatap wajah kesal Jeffrey yang baru saja diejek anak didiknya.

"Joanna! Ayo!"

Panggil Rumi sembari mengangkat sapu, pertanda dia dan Yeri telah selesai menayapu.

"Permisi, Ustadz."

Joanna langsung berlari menuju Yeri dan Rumi, meninggalkan tiga Ustadz yang sering digandrungi oleh para santriwati di sini.

Di dalam kamar, Johnny dan Dimas menertawakan Jeffrey yang baru saja keluar dari kamar mandi karena baru saja selesei mandi lagi. Baju yang tadi dipakai sholat subuh juga diganti dengan baju baru lagi karena tidak mau bau parfum menyengatnya diejek Joanna lagi.

"Siapa dulu yang mulai jodoh-jodohin aku dengan Rosa? Kamu pasti ya John? Aku gak suka, ya! Buat finah saja!"

"Itu udah lama kali, Jeff. Kenapa juga baru protes sekarang?"

Goda Johnny sembari memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari pakaian.

"Sekarang beda lah, ada Joanna. Gila, Jeff. Kamu beneran suka dia? Inget umur! Dia 17 tahun! Kamu 24! Gak cocok!"

"Cocok, kok! Kemaren aku abis dari kantor administrasi. Umur Joanna 21 tahun, dia baru aja lulus kuliah dan langsung dibawa ke sini sama orang tuanya. Aku juga minta fotokopian KTP-nya. Mau lihat?"

Johnny tertawa dalam diam dan Dimas mulai tercengang karena tidak menyangka kalau teman seperngajiannya ini serius ingin mendekati wanita.

See you in the next chapter ~

PESANTREN KILATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang