13. Ganteng

963 198 105
                                    


Kalian keganggu gak sama tulisanku yang banyak typo?

Kalian suka aku nulis rapih tapi update sehari sekali apa kayak gini tapi update sehari banyak kali?

Setelah Johnny datang, mereka akhinya bersama-sama mengatar Joanna menuju tempat tinggal santri perempuan.

Di sana, sudah ada Ustadzah Jeni dan Rosa yang sedang menghidupkan lilin di masing-masing kamar, termasuk kamar Joanna.

"Aku beli bahan bakar sama Jeffrey. Dimas, kamu cek di kamar putra, ya?"

Jeffrey tampak enggan mengikuti Johnny, padahal Joanna sudah memasuki kamar dan tidak berpamitan pada dirinya tadi.

"Hayooo! Tadi habis macam-macam, kan?"

Jeffrey menggeleng pelan sembari menutup gerbang setelah Johnny menaiki motor Dimas.

"G-gak, kok."

"Heleh, tadi Dimas bisikin aku kalo kepala kalian saling nempel. Ngaku, gak?"

"Y-yaa, dikit."

"Apanya yang dikit?"

Goda Johnny.

"Apa sih, John!"

"Hahaha, enak?"

B ugh...

Jeffrey menepuk punggung Johnny keras sekali, hingga membuat sepeda matic yang mereka tumpangi hampir tergolek ke pinggir.

"Pasti enak banget, ya? Hahaha!"

Ejek Johnny, karena teman karibnya ini memang lugu sekali. Jangankan berdekatan dengan perempuan seperti tadi. Mimpi basah saja dia tidak pernah.

Iya, Jeffrey itu polos sampai ke akar-akar. Menonton film dewasa saja tidak pernah, apalagi sampai mengeluarkan sendiri cairannya. Karena sudah pasti dia tidak tahu caranya.

Tetapi akhir-akhir ini Jeffrey sering menonton drama Korea yang ada di laptop Johnny. Tidak setiap hari, tapi seminggu sekali. Ketika hari jumat dan mereka tidak ada jadwal mengajar ketika pagi.

Gerakan menghisap tadi juga berkat menonton drama Korea di laptop Johnny. Jeffrey lupa namanya, tapi yang jelas di sana menceritakan seorang sekretaris yang ingin resign kerja.

3. 10 AM

Sahur hari ke dua benar-benar terasa sangat mencekam, untung saja ada Haikal dan kawan-kawan yang selalu meramaikan suasana.

Seperti sekarang, dia sedang memainkan toples kerupuk seolah itu adalah gendang. Jeno juga sama, dia sedang bertepuk tangan sembari mendengar Reno yang sedang menyanyi ketika menunggu Ustadzah Yanti memberikan nasi di piring masing-masing.

Joanna sudah duduk bersama Rumi dan Yeri. Mereka sengaja duduk di tengah-tengah ruangan agar terkena kipas angin. Entah kenapa tiba-tiba saja udara terasa panas dan tidak dingin. Padahal, ini masih termasuk tengah malam jika dikalkulasi.

Pintu kantin tiba-tiba terbuka, siapa lagi pelakunya kalau bukan Jeffrey dan kawan-kawan. Jeffrey berjalan paling depan dengan rambut setengah basah yang ditutup peci hitam. Jangan lupakan kedua telinga yang sudah memerah pertanda dia sedang malu sekarang.

Dimas dan Johnny, kedunya tampak cekikikan dan sesekali melirik Joanna yang tampak sedang mengunyah makanan tanpa merasa terganggu akan keadatangan mereka.

"Loh, tumben langsung mandi?"

Tanya Ustadzah Yanti sembari memberikan nasi di piring anaknya.

Karena para pengurus dan santri dianjurkan sholat tahajud terlebih dulu sebelum sahur. Tentu ketika menatap rambut basah Jeffrey membuatnya sedikit khawatir karena takut dia masuk angin akibat mandi sekitar jam dua pagi.

"Banjir bandang Ustadzah, makanya harus keramas."

Jawaban Johnny membuat Jeffrey merenggut kesal. Dia malu tentu saja, karena ini adalah pengalaman pertamnya mimpi basah.

Iya, bintang perempuan di mimpinya semalam adalah Joanna. Semalam dia memakai pakaian kerja seperti di drama Korea yang pernah ditonton sebelumnya.

Jeffrey senang tentu saja, entah kenapa tiba-tiba keduanya berakhir melakukan ciuman panas di tengah hutan dan tidak memakai pakaian. Hingga akhinya... sepertinya jangan diteruskan. Takut Ustadz Jeffrey berakhir keramas lagi sebelum imsak.

Dukkk...

Joanna mendongak ketika ada seseorang yang menendang kursinya.

"Maaf, tidak sengaja."

Ucap Jeffrey sembari menunduk pelan dan beralih menduduki kursi di belakang Joanna. Punggung mereka juga bergesekan ketika mengingat Jeffrey sebesar apa. Sampai sekat tempat duduk yang diberikan tidak cukup memberi jarak di antara tempat duduk keduanya.

Nafas Jeffrey memburu seketika, dengan cepat dia mulai menghabiskan makanan dan berlari menuju kamar.

Iya, dia mandi lagi. Karena cairan yang seharusnya keluar beberapa tahun silam baru saja keluar hari ini dan terus saja keluar tidak terkendali.

Sepertinya mulai hari ini aku tidak boleh dekat-dekat dengan Joanna kalau tidak mau puasaku batal dan keramas lagi.

Batin Jeffrey ketika meraplkan niat mandi besar dan mengguyur air di kepala sebanyak tujuh kali.

Sedangkan Joanna, dia sedang mencuci piring berasama Rosa dan beberapa santriwati yang lain. Dalam hati dia tidak berhenti membayangkan wajah Ustadz Jeffrey yang tampak lebih tampan berkali-kali lipat ketika rambutnya sedang basah seperti tadi.

Kok lama-lama Ustadz Jeffrey kayak Jaehyun NCT, ya? Astaghfirullah! Gak mungkin! Tapi... ganteng beneran, sumpah! Mama Juliaaaa... sepertinya anakmu sedang jatuh cinta!

Batin Joanna sembari meremas-remas spons cuci piring, hingga membuat bak cuci piring penuh dengan busa yang sedang diciptakan saat ini.

Scene apa yang paling kalian tunggu di sini?

See you in the next chapter ~

PESANTREN KILATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang