"Ustadz, bisa tolong keluar? Saya ingin mandi."Joanna tampak kesal, pasalnya dia tidak suka dekat-dekat dengan orang asing seperti Jeffrey. Apalagi dengan lancang dia telah memasuki kamarnya dan mengompres perutnya dengan tapa izin.
Dengan gerakan cepat Jeffrey langusng menutup jendela dan menatap Joanna cukup lama. Saat ini dia tengah mengambil baju ganti dan pembalut baru dari kopernya.
"Jamu dari Umi, jangan lupa diminum."
Joanna mengangguk singkat dan mulai menatap Jeffrey cukup lama.
"Sudah, Ustadz. Tolong jangan seperti ini lagi, saya tidak mau orang lain mengira macam-macam kalau sampai melihat apa yang sedang Ustadz lakukan di sini."
Tegur Joanna setelah meminum habis jamu buatan Ustadzah Yanti dalam sekali tegukan.
"Saya suka kamu."
Hening, Joanna langsung tertawa singkat dan beralih menutup pintu kamar rapat-rapat kali ini. Takut orang lain mendengar pembicaraan mereka saat ini.
"Ustadz bercanda? Kita bahkan belum ada satu hari bertemu. Saya tahu Ustadz hanya penasaran dengan saya. Rasa suka itu hanya muncul sesaat dan akan hilang setelah Ustadz mendapat apa yang diinginkan. Benar, kan? Jadi, mau melihatku telanjang sekarang?"
Joanna memang kurang ajar, karena bisa-bisanya dia mengatakan itu pada Ustadz tempat dirinya belajar.
Tanpa banyak bicara, Jeffrey langsung mengambil gelas bekas jamu tadi sembari bergegas keluar kamar karena aura panas yang didapat seperti akan segera membakar tubuhnya.
Brak...
Joanna terkekeh pelan saat Jeffrey membanting pintu kamar cukup keras. Mungkin saja Ustadzah Yanti yang masih di depan akan menegurnya.
"10 tahun dikurung di sini, pantas saja cupu seperti ini."
Ejek Joanna sembari memasuki kamar mandi, dia puas karena sudah memberi pelajaran Ustadz Jeffrey.
Bukannya sombong. Joanna hanya mencoba melakukan pertahanan melindungi diri. Ini karena laki-laki seperti Jeffrey yang dalam satu hari langsung mengatakan tertarik dengannya bukan menjadi hal baru lagi.
"Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, Umi."
Jeffrey langsung meletakkan gelas bekas jamu tadi pada tempat cuci piring.
"Kamu di dalam tidak ngapa-ngapain, kan? Kenapa pintunya ditutup tadi?"
Jeffrey menggeleng cepat dan disusul dengan wajah dan telinga yang mulai memerah.
"Umi harap kamu tidak melakukan hal-hal yang dilarang agama, Jeffrey. Kalau kamu memang tertarik dengan gadis itu, nanti Umi bantu. Mau taaruf dulu atau langsung dihitbah?"
"Umiii..."
Wajah Jeffrey semakin memerah karena digoda seperti itu oleh ibunya. Berbeda dengan Rosa yang diam-diam tersenyum masam setelah mendengar pembicaraan mereka.
See you in the next chapter ~