Kalian tahun baruan ngapain nih?Kalo aku sih lagi main monopoli sama Ustadz Jeffrey, hehehe.
Jeffrey tampak marah sekarang, pasalnya dia sedang patah hati sekarang. Tetapi Rosa tiba-tiba saja membuat gara-gara dengan meminta dirinya untuk segera melamarnya.
"Kamu apa-apaan? Kita sudah seperti saudara, aku tidak mungkin menikah denganmu. Tidak! Kalaupun ada yang mau kuhitbah, dia pasti wanita lain. Bukan kamu!"
Rosa tampak hampir menangis sekarang, karena harapannya untuk lepas dari lamaran Gus Kafi musnah.
"Aku gak mau jadi istri ke empat. Aku harus bagaimana? Aku gak mau hidup sengsara bersama istri-istrinya yang lama."
Jeffrey tidak bersuara dan langsung pergi meninggalkan Rosa yang masih menangis di gang sempit dekat aula.
Yeri dan Rumi yang tiba-tiba lewat tampak berjalan mengendap agar kehadiran mereka tidak terlihat.
Setibanya di kamar, Yeri dan Rumi langsung menutup pintu rapat-rapat dan mulai menggibah.
"Heh! Masa Ning Rosa mau dijodohin sama Gus Gus yang istrinya ada empat? Kok kasihan kali aku lah!"
Ucap Rumi sembari membuka kerudungnya.
"Bukannya emang udah biasa, ya? Gak kaget sih, soalnya poligami 'kan emang sering dipraktekkin di kalangan pesantren. Gak semuanya memang, tapi banyak ulama yang punya istri lebih dari satu. Bener, gak? Makanya aku gak mau nikah sama orang lulusan pesantren, karena pasti rawan dipoligami."
"Gak gitu, Jo konsepnya... "
Baru saja Yeri ingin menjelaskan, tetapi tiba-tiba saja pintu kamar mereka dibuka dari luar dan Rosa adalah pelakunya.
"Joanna, kamu 'kan masih pakai kerudung. Mau bantu aku sebentar? Perutmu sudah tidak sakit, kan?"
Joanna langsung mengangguk cepat dan menuruni ranjang.
"Kita mau ke mana Ning?"
Tanya Joanna ketika Rosa menggandeng tangannya erat-erat.
"Nanti kamu juga tahu. Terima kasih, ya?"
"Sama-sama, Ning Rosa juga sering bantu aku waktu susah."
Mereka sudah tiba di tempat tujuan. Rosa mulai tersenyum singkat, dalam hati dia sedikit merasa bersalah pada Joanna.
"Kamu cukup duduk di sini. Diam saja, jangan jawab apapun pertanyaan yang ditanyakan nanti. Oke?"
Joanna mengangguk cepat setelah Rosa menukar kerudung mereka.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Joanna mendongak, menatap orang asing yang tiba-tiba memasuki ruangan ini. Ruangan yang biasanya digunakan oleh para tamu yang ingin menemui para santri.
"Ternyata kamu lebih lucu ketika dilihat secara langsung."
Joanna hanya tersenyum singkat dan sesekali menunduk ketika pria tadi menatapnya tajam.
"Pernikahan kita dipercepat saja, ya? Saya tidak sabar."
Joanna mendongak, menatap pria tadi penuh tanya. Wajahnya juga tampak kesal ketika menatap wajah menyebalkan di depannya.
Setelah pria itu pergi, Joanna bergegas keluar melalui pintu belakang. Menemui Rosa yang sedang menunggu dirinya.
"Tadi orang yang mau dijodohkan dengan Ning Rosa?"
Tanya Joanna sembari menukar kerudung mereka.
"I-iya, maaf."
"Gak papa Ning, tapi kayaknya orang tadi suka sama saya. Tadi dia bilang mau mempercepat pernikahan. Memangnya kalian gak pernah bertemu sebelumnya?"
Rosa menggeleng pelan, dia tampak sedih karena rencananya gagal. Padahal, dia berharap Gus Kafi menolak dijodohkan dengannya ketika melihat Joanna.
Iya, Rosa merasa Joanna tidak secantik dirinya karena memiliki wajah bulat dan sedikit pucat. Perawakannya juga seperti anak-anak yang baru masuk SMA. Itu sebabnya Rosa berharap Gus Kafi membatalkan perjodohan. Bukan malah sebaliknya.
Joanna segera berjalan cepat menuju kamar, tetapi di tangah jalan dia bertemu dengan Jeffrey dan Gus Kafi yang sedang berjalan berdampingan.
"Loh, Rosa kok cepat ganti kerudungnya?"
Joanna berhenti berjalan dan menoleh ke balakang, menatap Rosa yang sudah berdiri tegang.
"Dia bukan Rosa, jangan bilang..."
Ucap Jeffrey membenarkan.
"Loh, tadi yang kutemui di dalam dia. Lalu dia namanya siapa?"
"Joanna, dia salah satu santriwati di sini. Ada apa Gus?"
Tanya Ustadzah Yanti yang kebetulan lewat.
"Saya mau menikahi dia saja, putri Kyai dan Nyai Airin tidak bertanggungjawab ternyata. Saya mau dia saja, siapa tadi namanya?"
Rahang Jeffrey mengeras, raut ramah yang tadi ditampilkan berubah menyeramkan setelah Gus Kafi mengucap keinginannya.
Sedangkan Joanna, dia hanya menatap mereka dengan tatapan malas. Karena menurutnya ini bukan masalah besar.
Enak saja mau menjdikanku istri keempat. Langkahi dulu mayat Pak Tama dan Bu Julia!
Batin Joanna sembari berlari menuju kamar, meninggalkan Gus Kafi yang masih menatapnya penuh minat.
Kira-kira abis ini Ustadz Jeffrey mau ngapain ges? 😂
See you in the next chapter ~