8. Masa Ini Judulnya Itzy Gitu?

937 190 84
                                    

Karena di chapter sebelumnya ada temen kita yang nonis dan kurang paham sama istilah-istilah Islam. Jadi aku sedikit jelasin beberapa istilah yang mungkin belum terlalu familiar didengar supaya mereka lebih enak dalam memahami cerita.

Taaruf adalah kegiatan berkunjung ke rumah seseorang untuk berkenalan dengan penghuninya. Taaruf dapat menjadi langkah awal untuk mengenalkan dua keluarga yang akan menjodohkan salah satu anggota keluarga.

Khitbah adalah prosesi lamaran di mana pihak keluarga calon mempelai laki-laki mengunjungi kediaman calon mempelai perempuan.

Bukannya marah, Joanna justru diam saja ketika Jeffrey mengambil alih motor Dimas. Dia juga bahkan berpegangan pada bagian belakang kemeja yang Jeffrey kenakan.

Keadaan Jeffrey?

Ambyar.

Jantungnya tidak berhenti berdebar dan kedua telinganya sudah memerah sekarang.

Motor Dimas juga sengaja dilajukan pelan-pelan karena takut mereka segera sampai ke tempat tujuan.

"Ustadz pasti gak pernah pacaran, kan? Keliahatan, baru disentuh sedikit saja sudah meriang."

Tanya Joanna sembari melonggarkan tangan yang baru saja dilingkarkan pada perut Jeffrey saat mereka mulai memasuki jalanan sepi.

"Aku tidak pacaran, kalau kamu mau... kita bisa taarufan."

Bugh...

Joanna sengaja menepuk punggung Jeffrey kuat-kuat. Bukannya marah, Jeffrey justru tertawa kegirangan ketika menatap wajah kesal Joanna dari spion yang sengaja diarahkan agak ke atas agar bisa melihat si penumpang dengan leluasa.

"Sepertinya aku salah menilai Ustadz."

"Memangnya penilaianmu bagaimana?"

"Saya kira Ustadz itu lugu, tidak pernah berpacaran dan taat pada agama. Tetapi sepertinya Ustadz sama saja seperti laki-laki yang pernah kukenal. Gampangan dan mudah jatuh cinta, Ustadz pasti juga sering melakukan ini pada santri-santri baru, kan? Jangan jawab! Aku sudah tahu jawabannya. Ustadz, tolong percepat. Ini sudah mendung, sepertinya mau turun hujan."

Jeffrey akhinya diam saja dan mulai melajukan motor Dimas agak kencang setelah melihat awan hitam yang mulai datang. Dalam hati dia sedikit kesal karena Joanna sudah berasumsi yang tidak-tidak padanya.

Setibanya di minimarket, Joanna segera mendekati rak pembalut dan berbagai macam obat. Dari dalam, Joanna juga dapat melihat Jeffrey yang baru saja keluar dari ATM terdekat.

Setelah selesai memilih barang-barang yang akan dibeli, Joanna bergegas menuju kasir karena hari mulai gelap dan awan hitam semakin pekat.

"Tambahkan ini."

Jeffrey memberikan lima batang silverqueen berukuran besar pada penjaga kasir yang sedang menghitung belanjaan Joanna.

"Ustadz apa-apaan! Pakai uang saya saja, Mas!"

Tegur Joanna ketika Jeffrey memberikan tiga lembar uang berwarna merah pada penjaga kasir.

"Totalnya 250 ribu."

Joanna langsung merogoh saku gamis yang sedang dikenakan.

Gawat, Joanna lupa kalau uangnya dititipkan pada tas selempang Rumi sebelum mendatangi ruang penitipan barang.

"Pakai ini saja, Mas. Sekalian tambahkan itu juga."

Ucap Jeffrey sembari menujuk botol kiranti warna biru dan kuning muda.

"Pengantin baru, ya? Saya kira adiknya."

Goda si penjaga kasir setelah memberikan struck dan kembalian.

Dengan sigap Jeffrey langsung mengambil alih kresek belanjaan yang awalnya akan dibawa Joanna.

"Iya, doakan semoga segera bisa mendapat momongan, Mas."

Joanna hanya bisa mendengus kesal dan keluar dari minimarket segera. Karena dia benar-benar sudah malu berlipat-lipat akibat insiden lupa membawa uang dan ucapan Jeffrey pada petugas kasir yang berjaga.

Di tengah perjalanan pulang, hujan tiba-tiba saja turun sangat deras. Jeffrey dan Joanna juga tidak bisa berhenti karena jalanan yang mereka lewat sepi dan tidak ada tempat yang bisa mereka gunakan untuk berteduh saat ini.

Belanjaan Joanna sudah disimpan di jok motor Dimas, sehingga saat ini Joanna bisa lebih leluasa berpegangan pada bagian belakang baju yang Jeffrey kenakan.

Dari spion dapat Jeffrey lihat kalau bibir Joanna sudah membiru sekarang, kedua matanya juga sudah memerah karena terkena percikan air hujan yang terkena wajahnya.

Motor berhenti tepat di depan gubuk tua bekas tempat penggilingan padi warga desa yang sejak lima tahun terakhir pindah lokasi di dekat kecamatan.

"Dingin, ya?"

Tanya Jeffrey sembari menatap Joanna yang saat ini tengah berjongkok sembari memeluk tubuhnya sendiri. Tubuhnya juga sudah menggigil karena hujan kali ini disertai angin.

"Maaf."

Untuk pertama kali di hidup Jeffrey, dia berani memeluk perempuan yang bukan ibu kandungnya sendiri.

Joanna tidak terlalu ambil pusing. Toh, dia juga membutuhkan ini. Dia juga bukan perempuan naif yang tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki.

"Masih dingin."

Cicit Joanna sembari merapatkan tubuhnya, bahkan dia bisa merasakan degub jantung Jeffrey yang tidak beraturan, berbeda dengan dirinya yang biasa saja karena dia sudah terbiasa dipeluk Mega, pacarnya.

Ah, mantan pacar maksudnya.

See you in the next chapter ~

PESANTREN KILATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang