"Masih sakit, Jo?"Tanya Yeri ketika mendapati Joanna yang baru saja selesai mandi.
"Sudah agak mendingan. Habis maghrib nanti aku mau ke minimarket. Jalan kaki bisa?"
"Mau beli apa?"
Tanya Rumi yang tiba-tiba memasuki kamar.
"Paracetamol dan pembalut."
"Biasanya nitip Utadzah Jeni waktu belanja harian, atau mau pakai pembalutku? Aku masih ada."
Timpal Yeri.
"Aku butuh paracetamol sekarang, kalau aku mau beli sendiri, bisa?"
"AYO, PINJAM MOTOR USTADZ DIMAS! NANTI AKU BONCENG!"
Rumi langsung menatap Joanna penuh binar. Karena dia sudah ingin keluar dan menghirup udara luar.
"Memangnya boleh?"
Tanya Joanna sembari memakai kerudung hitam.
"Boleh. Ayo sekarang! Mumpung masih ada waktu satu jam sebelum sholat maghrib."
Rumi segera menarik Joanna keluar kamar dan menuju tempat penitipan barang.
"Sudah mau maghrib, banyak begal. Apalagi kalian perempuan."
"Tapi ini urgent Ustadz, Joanna darahnya keluar banyak. Persediaan pembalut yang lain juga habis semua. Memangnya Ustadz mau belikan?"
Bohong Rumi sembari melirik Joanna yang tampak gelisah.
Dimas sedang menimbang-nimbang ucapan Rumi. Karena dia juga tidak mau jika diminta membeli pembalut sendiri.
"Joanna bisa pergi dengan Ustadz Johnny. Sebentar, aku panggilkan."
Rumi tampak kesal ketika Dimas mulai memanggil Johnny yang masih berada di dalam.
"Bisa antar Joanna ke minimarket? Mau beli sesuatu katanya."
"Bisa, ayo!"
Rumi langsung pamit pergi, di tengah jalan dia bertemu Jeffrey yang tampak baru saja keluar dari masjid.
"Ustadz Jeffrey. Dipanggil Ustadz Dimas, disuruh gantiin Ustadz Johnny yang jaga kantor penitipan barang."
"Loh, memanganya Ustadz Johnny ke mana?"
Tanya Jeffrey sembari memakai sendal dan tidak menghadap Rumi ketika berbicara.
"Ustadz Johnny mau mengatar Joanna ke minimarket."
Sedetik kemudian Jeffrey langsung berlari menuju kantor penitipan barang.
Di sana, dapat Jeffrey lihat kalau Joanna sudah duduk di belakang Johnny yang sedang mengendari motor matic milik Dimas.
"Berhenti!!! Ustadz Johnny, turun! Aku saja! Aku yang antar!"
Johnny yang baru saja akan menghidupkan mesin langsung terperanjat ketika Jeffrey tiba-tiba saja datang dan menggoyangkan motor Dimas dari belakang. Hingga membuat Joanna hampir terjatuh dan refleks memeluk pinggangnya erat-erat karena takut terjatuh sekarang.
Kedua mata Jeffrey membola, dengan gerakan cepat dia menarik Johnny agar segera turun dari motor Dimas.
Sedangkan Dimas, dia hanya tertawa dari kejauhan ketika melihat tingkah lucu teman-temannya.
Kalian gak overthinking, kan?
Aku buat work ini supaya bisa buat kalian ketawa meskipun lagi gak baik-baik aja di dunia nyata :)
See you in the next chapter ~