Jeffrey langsung menatap Rosa murka, wajah dan telinganya bahkan sudah memerah sekarang. Apalagi ketika melihat Gus Kafi yang tidak kunjung berhenti menatap tubuh belakang Joanna."Dia calon istri saya!"
Bukannya marah, Gus Kafi justru tertawa dan menunjuk Joanna dan Jeffrey bergantian.
"Serius? Kukira kamu dan Rosa saling suka dan merencanakan hal ini diam-diam. Itu Rosa yang asli, kan? Tenang saja, aku akan meminta Abi membatalkan perjodohan. Tapi sebagai gantinya, aku mau perempuan tadi."
"Brengsek!"
Bugh...
Jeffrey langsung memukul wajah Gus Kafi seketika. Membuat Utadzah Yanti dan Rosa langsung panik dan memekik meminta pertolongan.
"Sudah kubilang dia calon istriku!"
Johnny dan Dimas yang kebetulan lewat langsung melerai keduanya. Hingga membuat para satri yang sedang beristirahat mulai keluar dan melihati mereka.
"Apa-apaan ini!? Jeffrey! Astaghfirullahaladzim, kamu ini apa-apaan!?"
Suami Nyai Airin langsung membantu Gus Kafi berdiri, dia tampak marah pada Jeffrey karena melihat calon menantunya yang dibuat babak belur seperti ini.
"Ini bukan salah Jeffrey, Kyai. Ini salah putri Kyai, dia menyuruh santriwati untuk menggntikan dirinya ketika pertemuan tadi. Jadi saya memutuskan untuk membatalkan perjodohan dengan putri Kyai dan lebih memilih santriwati tadi. Kalo Kyai berkenan, boleh saya meminta kontak orang tuanya? Supaya bisa langsung saya hubungi sekarang."
Jeffrey semakin murka, pegangan Johnny dan Dimas yang menahan tangannya mulai mencoba dilepaskan.
"Jangan beri Kyai! Saya yang mengenal Joanna terlebih dahulu, saya yang akan menghitbah Joanna! Bukan dia!"
Joanna tampak marah sekarang, pasalnya namanya disebut-sebut sebagai sumber permasalahan mereka.
Buka puasa pertama berlangsung dengan hikmat. Joanna yang memang tidak mengikuti sholat terawih tentu harus ikut membersihkan kantin dan mencuci piring di sana.
Tidak ada yang berani menanyai dirinya lagi, karena dia pasti akan diam saja dan membuat orang yang bertanya malu sendiri.
"Joanna, maaf... aku tidak bermaksud membuatmu malu seperti tadi."
Joanna menggeleng pelan, mengusap tangan Rosa yang saat ini sedang menyentuh pundaknya.
"Gak papa, Ning. Orang tuaku pasti bisa mengatasi ini. Aku tidak akan menjadi istri ke empat Gus Kafi."
Tarawih sudah selesai, para santri mulai kembali ke kamar masing-masing dan ada beberapa dari mereka yang tetap berada di masjid sembari mengaji.
"Joanna, orang tuamu telepon."
Joanna langsung mendongak, menatap Ustadz Johnny yang baru saja bersuara.
Dengan gerakan cepat Joanna menuju ruang penitipan barang karena telepon kantor ada di sana.
"Halo Ma?"
Kamu ini! Ini baru dua hari! Kenapa bisa ada yang tiba-tiba mau melamarmu? Mama gak setuju, ya! Mama mau kamu belajar agama! Bukan cari pacar apalagi menikah cepat!
"Siapa juga yang mau nikah cepat! Ini salah Mama! Dibilang aku gak mau di pesantren, eh malah dipaksa. Terus gimana? Udah Mama dan Papa tolak, kan?"