promise

744 96 55
                                    

Delapan bulan berlalu, kedekatan sepasang kekasih itu tidaklah diragukan lagi. Saling memberi perhatian dan juga saling memahami satu sama lain. Bersikap manja dan juga gentle disaat yang sama. Seperti pagi ini, Kenma yang masih bermuka bantal dengan surai teracak.

Beberapa kali menghela napas karena sulit bergerak bahkan hanya untuk turun dari tempat tidur. Ia kembali mendengus menatap Kuroo yang baru saja datang membawa semangkuk bubur dengan segelas teh lemon.

"apa masih sakit, maaf aku terlalu kasar tadi malam." ucapnya tanpa malu. Kenma menutup manik kucing miliknya sekedar menahan malu serta perasaan panas yang merambat di wajah. Menimbulkan semburat merah sampai didaun telinga.

"aku makan sendiri." ucap Kenma singkat setelah melihat Kuroo yang hendak menyuapi dirinya.

"kau yakin Kenma-san, aku sangat merasa bersalah saat ini. Aku akan menemanimu sepanjang hari." ucap Kuroo menyesal.

Kenma mengangguk singkat, "lagipula pinggang dan bokongku yang sakit, bukan
tanganku."

Mendengar hal itu Kuroo berubah merah padam, ia segera bangkit lalu pamit undur
diri.

"kalau b-begitu aku akan menyiapkan air hangat untuk mandi." Kuroo berlari cepat.
Terdengar suara grmericik air dan juga beberapa barang yang berjatuhan.

Kuroo memang mudah ditebak, ia akan bersikap ceroboh saat dirinya salah tingkah. Lagipula bukan sekali kejadian seperti ini terjadi. Mungkin bisa dikatakan setiap pagi setelah mereka melakukan hubungan tersebut. Kenma tidak keberatan selama hal itu tidak menganggu kegiatan bekerja ataupun kuliah.

Meski ia akui tiga bulan terahir keduanya jarang sekali memiliki waktu luang, mengingat Kenma yang mulai sibuk dengan tugas kuliah dan juga pekerjaannya di Bouncing Ball. Patut saja jika Kuroo akan terlewat bersemangat saat mendapatkan kesempatan melakukannya. M saja membuat Kenma semakin memerah.

Drtt drrrtt

Bunyi ponsel mengalihakan lamunannya, Kenma mengabaikannya sejenak sebelum
ia membaca nama yang tidak asing. Alisa
menghubungi Kuroo dihari libur seperti ini.
Kenma memandang pintu kamar mandi yang
masih setia tertutup. Ia akhirnya menerima panggilan tersebut setelah kembali bergetar. Mungkin saja penting.

"iya hallo?"

"K-Kenma-san? Apa aku bisa bicara dengan Kuroo?" sahut suara wanita itu dari sebrang.

"bisa tunggu sebentar? Kau bisa telpon lagi setelah tiga menit. Kuroo sedang ada dikamar mandi." ucap Kenma pelan.

"tidak perlu, aku bisa menunggu. Tolong jangan putuskan sambungannya." ujar
Alisa tidak mau menyerah. Kenma hanya
bergeming.

"baiklah." ucapnya sambil menyimpan kembali ponsel Kuroo diatas nakas tanpa menekan butoon merah. Ia menghabiskan bubur lalu meminum teh buatan Kuroo.

Tiga menit setelahnya akhirnya Kuroo keluar. Dengan surai basah dan handuk tersampir dibahu tegapnya.

"sudah siap Kenma-san, apa aku perlu membantumu?" ujarnya khawatir.

"tidak perlu, Kuroo ada telpon untukmu. Seprtinya sangat penting karena dia masih
menunggumu sampai sekarang." ucap Kenma sambil membuka selimut dan hendak berdiri dengan celana pendek tanpa atasan. Ia sedikit meringis lalu kembali berjalan kearah kamar mandi.

Kuroo sedikit khawatir, tapi ia tidak berniat memaksakan kehendak pada pria manis itu.
Ia tidak ingin hubungan dengannya kembali
memburuk.

"hallo Kuroo disini."

"Kuroo kumohon bantu aku."

"ada apa Alisa? Apa ada sesuatu yang salah?"

🍮🍮🍮

Taburan bintang tanpa bulan menghiasi malam ini. Lampu kota tidak kalah menawan dengan udara dingin menerpa surainya yang sudah menghitam. Kenma masih setia dengan ponsel, sesekali sepasang mata kucing itu menatap pintu seakan menunggu seseorang membukanya.

Pagi ini setelah ia keluar dari kamar mandi,
hanya secarik note dan juga pancake serta puding yang ia dapati. Secangkir susu tanpa teh lemon yang biasa Kuroo siapkan. Apakah
seurgent itu sampai kekasihnya tidak sempat membuat air panas untuk menyiapkan teh.

Apakah Alisa sepenting itu dalam kehidupan kekasihnya. Kenma kembali menghela napas, ia tidak boleh egois. Kuroo memiliki kehidupan priabadi selain mengurusnya sepanjang hari.

Besok adalah hari yang sibuk, mungkin akan berlangsung selama seminggu. Perusahaan tempat ia bekerja sangat ambisius mendengar generasi muda yang bersemangat. Ia tidak segan menjadi sponsor terbesar untuk mendukung potensi mereka.

"Shouyou kau benar-benar luar biasa." gumam Kenma pelan setelah membaca pesan singkat dari sahabat chibinya. Hinata baru saja menyampaikan kabar jika ia diikutsertakan di timnas muda Jepang dan perusahaan Kenma menjadi sponsor utama.

Selain itu Akashi juga baru memberinya kabar jika Bokuto memenangkan turnamen antar kampus. Kedua sahabat itu tidak pernah gagal membuatnya bangga. Ia jadi teringat sang kekasih.

Dulu Kuroo sangat menyukai voli, tapi entah sejak kapan pria itu kehilangan semangat dan menjadikan permainan itu hanya sekedar hobi.

"Kuroo belum pulang, ini hampir jam sembilan malam." ujar Kenma sambil mematikan ponsel.

Kenma bangkit lalu mengenakan jaket Nekoma milik Kuroo. Ia berjalan menuruni tangga berniat mengecek jika seandainya Kuroo sudah sampai didepan rumah.

Kaca terlihat buram akibat embun, Kenma menyipitkan mata saat lampu mobil menyorot kearah rumahnya. Pria puding itu hendak membuka pintu jika saja ia tidak mendapati seseorang berada dipelukan sang kekasih. Menunduk malu dengan coat tidak asing menyampir ditubuhnya.

Kenma melihat jelas Alisa kembali memasuki mobil dengan seseorang berperawakan jangkung menyambutnya. Membuka coat dan hendak mengembalikan pada Kuroo jika saja pria Jamet itu tidak menolak. Alisa mengambil kembali coat itu lalu memukul pria tinggi bersurai pirang. Lev Haiba, juniornya saat SMA dulu.

Pria puding itu bergegas membuka sepatu yang baru saja ia kenakan. Berlari menaiki tangga untuk sekedar bersembunyi atas keadaannya yang memalukan.

Bergumul dengan selimut lalu menangis dalam diam. Perasaan sakit dan takut kehilangan kembali menghantuinya. Apa yang perlu ia perbuat saat ini.

Kenma membeku merasakan pelukan dari belakang, menahan isakan sekuat mungkin.

"Kenma-san maafkan aku, kau pasti kesepian hari ini." ucap Kuroo parau. Ia mengeratkan pelukannya. Menghirup aroma sang terkasih dari ceruk leher yang tertutupi rambut.

Kuroo menatap lemah pada deretan kaset film dan beberapa video game. Dengan sejumlah snack yang menumpuk serta kaleng bir disampinya. Tentu saja ia baru saja melupakan janji yang ia buat seminggu yang lalu.

Flashback

"setelah kesibukan selama ini bagaimana jika kita menghabiskan libur dengan menonton film dan bermain video game?" ujar Kuroo bersemangat.

"hmmm" Kenma menyahut sambil membenahi dasi miliknya.

"Kenma-san ayolah." ujarnya merengek.

"baiklah." ucapnya kemudian sambil menenteng tas miliknya. Kenma sangat sibuk dua minggu terakhir sampai tidak sempat sekedar memegang joystik yang biasa ia mainkan. Bahkan dilibur yang  singat ia justru sibuk dengan Kuroo yang terus bersikap manja.

Kuroo menarik Kenma lalu mendekapnya posesif.

"kau membuat jas miliku kusut Kuroo."
Ucap Kenma malas.

"Janji." ujarnya antusias lalu mencuri kecupan di tengah-tengah kesibukan sang kekasih yang begitu giat bekerja dan juga menyelesaikan tugas kuliah.

Kenma mengangguk lalu membiarkan pria itu mendominasi bibirnya.

-
Tbc.

Hurt [Kuroken][COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang