Pagi-pagi sekali pria pendek itu sudah bangun menyiapkan peperluan kerjanya, hari ini ia tidak memiliki jadwal kuliah. Kenma bisa fokus mengerjakan beberapa pekerjaan yang sudah terbengkalai. Ia mengecup dahi Kuroo yang masih tertidur dengan singkat lalu tersenyum lembut sambil berbisik.
"aku berangkat dulu Kuroo-san." ujarnya pelan. Kenma melangkahkan kaki dengan tergesa. Tidak ingin melewatkan satu detik berharga sekalipun.
Jika ditanya apakah Kenma baik-baik saja atas kejadian semalan. Tentu saja ia cemburu, tapi jika diingat kembali mengenai komitmen awal hal seperti itu hanyalah sebuah risiko yang harus diterima dengan lapang dada. Hubungan yang ditutupi tidak semudah yang dipublikasikan.
Ia mempercayai kekasihnya, ia mempercayai Kuroo yang tidak akan mengkhianatinya. Pasti ada setidaknya sedikit alasan mengapa pria jangkung itu melakukan tindakan seperti semalam.
Bunyi ponsel kembali berdering, Kenma semakin bergegas meninggalkan flat tempat tinggalnya bersama Kuroo. Menuju kantor tempatnya bekerja dan juga bermain dengan saham. Kenma berpikir masa depan cerah perlu usaha ekstra. Ia tidak bisa berleha-leha untuk sekedar mencari kesenangan belaka.
"Kenma-san seperti biasa kau selalu rajin." ujar salah satu karyawan mencoba menyapa.
"ah terima kasih."
"kau juga semakin cantik Kenma-senpai." celetuk salah satu wanita yang tengah memandangnya dari jauh.
"aku pria." ujar Kenma singkat.
"tapi kau lebih cantik dari kami yang notabene karyawan wanita." ujar yang lain menyetujui. Kenma hanya tersenyum geli, ia segera bergegas menuju ruangan tempatnya bekerja.
Bulan ini cukup sibuk karena perusahaannya mensponsori salah satu kegiatan turnamen olahraga dimana turnamen itu dibuka untuk umum. Beberapa perusahaan lain berdatangan untuk sekedar menawarkan saham yang akan ditanam di perusahaannya. Begitu pula tidak sedikit acara yang meminta disponsori bahkan bekerja sama.
Semakin sedikit waktu luang untuk sekedar bersantai dan bermanja pada Kuroo. Jika diingat kembali Kuroo juga tampaknya begitu sibuk. Setiap ia pulang kerumah pria itu selalu tidak ada disana. Mungkin saja tugas kuliahnya sedang menumpuk atau pekerjaannya sebagai relawan sedang sibuk juga.
Lagipula Kenma mengerti dan yakin jika keduanya saling memahami satu sama lain maka semua akan baik-baik saja.
Pekerjaan terbengkalai mulai diatasi, Kenma sedikit meregangkan otot karen terasa pegal. Ia melirik jam yang sudah menunjukan pukul delapan malam. Sepertinya ia bekerja sangat keras hari ini. Sampai melupakan fakta jika dirinya belum menghubungi Kuroo sekalipun.
Kenma meraih ponselnya diatas nakas, membukanya dan menemukan panggilan tidak terjawab sebanyak delapan kali.
Tuuut tuuuut
"Hallo Kenma-san." dering ketiga terdengar sahutan parau dari sebrang.
"Kuroo apa kau baik-baik saja? Suaramuu.."
"aku baik-baik saja, kapan kau akan pulang. Biar kubawakan pie apple setelah aku kembali." Ujarnya memotong.
Kenma sedikit bergeming, pria itu kembali keluar rumah tanpa memberi pesan apapun. Mungkin saja ia malas mengetik dan menghubunginya lewat telpon namun tidak terangkat karena dirinya sedang sibuk.
"aku akan segera pulang, pekerjaanku sudah selesai." ucapnya memberi tanggapan.
"kalau begitu aku juga akan segera pulang." Kuroo mengakhiri panggilan. Suasana kembali hening. Kenma merebahkan tubuhnya di senderan kursi. Menerawang keluar jendela lalu memeriksa postingan instagram milik kakak dari juniornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt [Kuroken][COMPLETED]
Fiksi PenggemarCerita ini bukanlah tentang perihal rasa sakit yang Kozume terima, tapi perihal jika ia telah jatuh cinta pada rasa sakit itu sendiri. [start : 20/10/2020 finish: 16/01/2021 Status : END] Warn! Yaoi/bxb! Bagi homophobic harap skip dan jangan memaksa...